Alan, seorang pria pekerja disebuah Bank yang mengalami patah hati setelah hubungannya berakhir cukup tragis setelah 5 tahun.
Dia memutuskan untuk melupakan secara perlahan, memulai kehidupan barunya dengan menerima semua takdir.
Hingga akhirnya Alan dipertemukan dengan seorang pria bernama Gaipa, anak dari kliennya, Nyonya Hong.
Sebuah pertemuan tak biasa, Alan datang ke acara pemakaman Nyonya Hong sebagai pekerja Bank juga pelayat dan bercakap secara singkat dengan Gaipa soal asuransi dan sebagainya milik Nyonya Hong.
Tidak, hatinya belum bergetar seperti pada Wen, mantan kekasihnya yang kini hidup disekitar daerah tempat tinggal Gaipa.
Hatinya masih kalut untuk jatuh cinta kembali, dan suasana tidak memungkinkan keduanya untuk jatuh cinta. Benar?Hari berikutnya adalah hari pengabuan atau kremasi, Alan kembali hadir sebagai penghormatan dari pihak Bank karena Nyonya Hong salah satu kliennya dan lagi, ia perlu kembali membicarakan banyak soal dokumen Gaipa.
Tetap tidak apa-apa, Alan ditemani Wen ketika Gaipa mulai berpidato berbicara soal Nyonya Hong.
Pada saat itu, Alan memikirkan Nyonya Hong yang memang baik adanya. Dia selalu mendengar Nyonya Hong menyebut putranya tanpa nama, betapa besar keduanya saling mencintai dan tanpa sadar Alan meneteskan air mata dibalik kacamata minusnya.2 bulan berlalu, hubungan Alan dan Gaipa masih sebagai pekerja Bank dan kliennya.
Namun Alan memiliki getaran baru itu, berbeda daripada bersama Wen tapi berarti sama. Alan ingin melangkah dan kembali membuka lembaran baru."Hati-hati dijalan, Tuan Alan." Gaipa mengantarkan Alan ke parkiran setelah membahas dokumen di kedai truk milik Paman Jim.
"Terimakasih." Alan membalas senyum Gaipa.
"Tuan Gaipa?"
Gaipa menghentikan langkahnya, kembali dia melangkahkan kakinya mendekati Alan yang sudah siap akan masuk ke dalam mobil.
"Khab?"
"Apa besok kau sibuk?"
Gaipa menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku mungkin akan berada di pasar sepanjang hari. Apa kita akan membahas dokumen lagi besok?"
"Bisakah aku menemuimu sebagai teman?"
Gaipa mengerjapkan matanya, lalu tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, dimana kau ingin kita bertemu?"
"Dipasar saja, aku juga ingin membeli keperluan rumah."
Gaipa kembali mengangguk dan Alan pun segera pamit pulang.
Keduanya terus saling mengucapkan selamat tinggal dan selamat malam. Kali ini, Gaipa tidak langsung kembali ke kedai truk paman Jim, ia berdiri disana cukup lama sembari tersenyum tak berhenti."Orang akan melihatmu sebagai orang gila, Gaipa."
Saleng dan Praew terlihat akan bersiap pulang juga, keduanya menyaksikan bagaimana Gaipa berdiri disana untuk melihat kepergian Alan.
"Kau benar-benar akan pergi meraihnya setelah tak dapat meraih paman Jim?" Tanya Saleng, ia selalu penasaran dengan urusan asmara sang sahabat.
"Kau yang gila, Leng."
"Praew, hati-hati dengan suamimu dia-"
"Kau masih bercanda aku belum membalas pesan gadis lain?" Leng menghentikan aksi Gaipa dengan cepat, bisa-bisanya dia masih melakukan gurauan semacam itu setelah ia resmi menikah dengan Praew.
---
Gaipa kembali ke kedai truk paman Jim, terlihat Wen yang sedang berbincang dengan paman Jim di meja pelanggan.
Sepertinya mereka akan segera tutup, ayamnya sudah habis sejak beberapa menit lalu."Paman Jim, aku akan pulang sekarang." Gaipa datang untuk pamit, rumahnya cukup jauh dari kedai, takutnya terlalu malam dijalan.
"Baiklah, hati-hati dijalan Gaipa." Paman Jim menjawab dengan senyuman, dia senang karena Gaipa saat ini terlihat sudah lebih baik dari dua bulan lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight Chicken:AlanGaipa Story. [COMPLETED]
FanfictionAlan: Hati-hati dijalan Tuan Gaipa. Alan tersenyum saat pesan itu berhasil terkirim dan langsung dibaca oleh Gaipa.