Gaipa sebenarnya tidak separah yang dipikirkan Alan, Leng hanya menambah cerita karena ingin melihat seberapa khawatirnya dia jika mendengar Gaipa sakit parah.
Gaipa bahkan pergi mandi, sudah siap kembali beristirahat. Sore kemarin dia tak sempat mandi karena terlanjur jatuh sakit, dan obat yang dibelikan Leng membuat dia tidur seperti orang mati. Itulah kenapa dia tak bisa membalas pesan Alan."Jika kau benar-benar membutuhkan ayam potong, aku bisa bantu pesankan ke temanku di pasar."
"Harganya sama, kualitasnya juga sama."
Gaipa lalu duduk didepan Alan, yang sedang menatapnya tanpa berkedip dengan segelas teh hangat didepannya; disediakan oleh Gaipa.
"Tuan Alan?"
"Khab?"
"Apa kau benar-benar membutuhkan ayam potongnya?" Gaipa sekali lagi bertanya, sedikit bingung karena Alan rupanya melamun sejak tadi.
"Tidak terlalu sih. Maksudku, kakakku hanya ingin ayam potong dari tokomu, Tuan Gaipa."
Alan kemudian meminta izin untuk meminum teh buatan Gaipa, tapi kemudian sedikit mengotori kerah kemejanya. Entah karena gugup melihat Gaipa dengan rambut basahnya yang turun, atau karena tehnya masih panas dan Alan lupa meniupnya terlebih dahulu.
Gaipa yang tak sadar akan pesonanya terlihat khawatir, sigapnya dia mencoba membersihkan tumpahan teh di kerah kemeja Alan membuat si empunya semakin gugup."Itu panas, kan?"
"Tidak terlalu, tidak apa-apa."
"Mau pinjam pakaianku? Ini akan meninggalkan bekas jika tidak segera di cuci."
Alan lalu menyentuh kerah kemejanya, sedikit khawatir karena ini juga kemeja yang biasa ia gunakan untuk bekerja.
Gaipa kembali membujuk, menakuti Alan jika semakin lama dia berpikir semakin cepat nodanya meresap.---
Alan bertelanjang dada, Gaipa lebih dulu pergi merendam kemeja Alan.
Keduanya kini juga berada di kamar Gaipa, Alan sibuk memperhatikan isi kamar tersebut sedangkan Gaipa sibuk mencari kaos yang cocok untuk Alan."Bagaimana dengan ini?"
Alan lalu berbalik, mendekat pada Gaipa yang berdiri disamping lemari.
Tubuh Alan itu ramping, namun tinggi semampai.
Sedikit kurus tapi juga memiliki tubuh atletis, begitulah komentar Gaipa dikepalanya."Ini?" Tanya Gaipa, menutupi tubuh Alan dengan kaosnya bermaksud mengukur.
"Boleh, kita memiliki ukuran baju yang sama kurasa."
Alan menerima kaos tersebut, dengan Gaipa yang mendadak gugup menatap segala arah seolah asing dikamarnya sendiri.
Setelah memakai kaos, Alan kemudian kembali memperhatikan Gaipa. Apa sakitnya dia memang tak separah itu atau sebenarnya dia menahannya?
Dari apa yang dia lihat sih Gaipa memang terlihat sehat."Apa kau benar-benar merasa sudah baik-baik saja?"
Gaipa menganggukkan kepalanya. "Aku tidak pernah sakit lebih dari satu hari. Itu juga hanya demam, mungkin karena aku kepanasan kemarin?"
Alan menganggukkan kepalanya, dia melihat Gaipa kemarin sangat kelelahan ditengah teriknya matahari.
"Apa hari ini kau hanya akan dirumah?"
Lagi, Gaipa menganggukkan kepalanya.
"Dan kau?"
"Bolehkah aku menemanimu? Aku semalaman menunggu kau mengangkat teleponku."
Hening, Gaipa semakin gugup terlihat.
Lalu, dia mengangguk lagi."Tentu," katanya.
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight Chicken:AlanGaipa Story. [COMPLETED]
FanficAlan: Hati-hati dijalan Tuan Gaipa. Alan tersenyum saat pesan itu berhasil terkirim dan langsung dibaca oleh Gaipa.