07

219 11 3
                                    

Siang ini tepat pukul 14.00 WIB dicestoran yang biasa keluarga Yani makan bersama. Keluarga Yani dan keluarga Permata sudah kumpul dicestoran tersebut.

"Maaf ya , anak saya lagi diperjalanan. Mancet mungkin." ujar Yani kepada Ranto-ayah Permata.

Ranto adalah sahabat Yani, dari masih muda sampai sekarang selalu bersama. Ranto tersenyum manis,"Tak apa."

Jipa memasang wajah gelisah, karena takutnya Pradhika tidak datang dan membuat malu. Yani menoleh melihat sang istrinya gelisah,"Kenapa? Mana Pradhika?"

"Itu sayang ... Aku khawatir kalo Pradhika ga dateng." jawab Jipa diakhiri dengan helaan nafas.

Yani memutarkan bola matanya malas. Yani memgambil handpone nya disaku celananya,"Saya angkat telfon dulu ,"

Ranto menganggukkan kepalanya."Silakan."

Yani bangkit dari tempat duduk, dan mencari tempat nyaman. Setelah sudah berada ditempat nyaman, Yani pun menelfon Pradhika.

Hallo pah.

"Dimana kamu sekarang! Papah sudah bilang untuk tepat waktu."

Pradhika tau. Tapi ini macet , harus gimana pah? Tadi aja ada rapat osis.

"Papah gamau tau! Cepat kesini. Ga enak nanti papah harus bilang apa?!"

Tut!

Telpon pun terakhir.

Yani kembali duduk disebelah Jipa. Ranto menoleh melihat Yani kembali duduk,"Bagaimana?"

Yani menjawab,"Seperti yang saya bilang. Mancet , tadi katanya ada rapat osis mendadak , maklum ya ... Ketos."

Ranto kekeh mendengarnya."Pintar sekali anakmu , Yan. Sudah jadi ketos , mau jadi CEO keren. Saya ikut bangga."

"Pih ... Kapan selesainya? Permata sibuk." celtuk Permata.

"Sebentar lagi. Ga enak sama om Yani. Om Yani itu sahabat papih! CEO terkenal , kamu harus lebih sopan!" tegas Ranto.

Bola mata Permata memutar malas mendengarnya."Ck! Iya iya."

                                         ****

Setelah mematikan handpone Pradhika fokus menyedir. Vera yang sudah mendengar semua dusta antara kita ... Eak! Canda. Antara Pradhika dan Yani sangat membuat Vera geleng geleng kepala.

Vera menepuk keningnya."Pintar bohongnya lo. Lo ga ada rapat osis , yang ada lo gangguin gue!"

Pradhika tersenyum smirk,"Gue sengaja. Sengaja biar lama lamain mereka ,"

"Biar sama gue terus gitu?" tanya Vera dengan polosnya.

Pradhika tertawa bahak mendengarnya, apa lagi ekspresi wajah Vera begitu imut."Hadeh , kepedean lo."

"Ga si. Ya kali lo suka sama gue gitu ... Terpesona sama gue ," ucap Vera disertai tawanya.

"GA! Inget ya , Ra. Kita cuma pacar pura pura sampai perjodohan gue sama siapa itu lah lupa , batal. Udah gitu cukup." peringatan untuk Vera.

"Dan , jangan baper sama gue. Nanti kalo udah sampe sikap lo harus mesra atau ya ... Bikin si cewe itu nangis pojokkan." tambahnya.

Gimana caranya gue bersikap mestra? Gue ga pernah pacaran ... Batin Vera.

"Caranya gimana? Kalo gue gagal gimana? Gue ga pernah pacaran. Gue pernahnya dighosting ..." ucap Vera dengan jujur. Bukannya merasa kasihan atau apa kepada Vera malahan menertawakan dirinya.

Vera menatap dengan tajam kearah Pradhika."Kenapa lo ketawa? Lucu?!"

"Iya ada ada aja lo. Mana ada cewe yang kek lo dighosting yang ada lo yang ghosting." pekik Pradhika. Aneh saja bagi Pradhika, cewe seperti Vera seharusnya banyak yang suka apa lagi dirinya cantik. Pradhika mengakui dirinya cantik, bukan berarti dirinya menyukai Vera.

"Lo ga percaya?!" bantah Vera dengan nada tingginya apa lagi Pradhika seolah olah meremehkan dirinya.

Pradhika menggelengkan kepalanya dengan santai, tanpa menatap Vera yang tengah panas mendengar ucapan dirinya barusan."Ga. Cewe kek lo , dighosting? Gue ga percaya aja. Lagian , lo cantik ,"

Buset. Pradhika kesambet apa? Tiba tiba mengatakan dirinya cantik? Apa pertanda... Dirinya menyukai Vera? Ngga! Jangan sampe.

Vera begitu menahan senyuman, tapi gagal. Dirinya tersenyum manis membuat Pradhika hanya tersenyum tipis dan menoleh sebentar melihat dirinya tersenyum."Ya. Lo cantik , dari belakang."

Apa? Dia bilang Vera cantik dari belakang? Dia saja yang matanya buta. Apasi! Bikin kesel.

Vera benar benar kesal. Bahkan rasanya ingin menghindari dirinya, pedas jika mengucapkan sesuatu."Gue boleh batalin ga?"

                                        ****

"Kamu pindah sekolah kemana?" Yani bertanya sambil menatap Permata untuk Permata tetap disana dan tidak merasa bosan.

Permata menoleh dengan menjawab,"Emang kak Pradhika dimana om?"

Jipa terkekeh,"Di SMK TARUNA BUMI. Mending kamu masih kesitu , biar lebih deket sama Pradhika ,"

Permata menganggukkan kepalanya."Mungkin aku sesitu tan , biar deket sama kak Pradhika. Boleh kan pih?" Ranto menganggukkan kepalanya sertai senyum manis.

Beberapa menit pun mereka salfok dengan kehadiran Pradhika dengan mengandengkan tangan gadis lain, Pradhika berjalan menghampirinya dan tepat didepan mereka Pradhika tersenyum sopan dan menyapa.

Yani geram akan tingkah Pradhika seolah olah tidak menghargainya, membuat halu didepan sahabatnya itu. Tanpa memperdulikan Yani, Pradhika duduk berdua bersama gadis itu, tak lain Vera.

Permata menatap simis kearah Vera, yang tengah memperhatikan satu persatu."Dia siapa kak?"

Pradhika menaiki kedua alisnya. Pradhika tersenyum manis kearah Vera dan mengkode Vera,"Pacar gue ,"

VERA & KETOS GALAK { TAMAT }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang