🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋
•
•
Pukul 04 pagi keduanya terbangun dari tidur masing-masing. Fahyra merasakan tubuhnya remuk dan bagian sensitifnya sangat sakit. Fahyra mulai membuka kedua matanya, ia meringis kesakitan sembari duduk dengan pelan.
Kondisi kamar yang sangat berantakan membuat Fahyra terkejut. Kamar itu sudah tidak berbentuk lagi saking berantakannya. Lalu, ia melirik ke arah Fahmi yang masih berada di balik selimut. Lelaki itu mulai terbangun dari tidurnya.
"Ra," panggil Fahmi.
Fahyra meneguk ludahnya, ia ketakutan. Fahmi yang semalam membuat Fahyra benar-benar takut.
"Fahyra."
"Nggak di sini." Menutup mulutnya sendiri dengan selimut.
Fahmi mulai membuka matanya. Ia mulai duduk dan menyenderkan punggungnya di kepala ranjang.
"Mau ke mana?" tanya Fahmi ketika Fahyra hendak pergi tanpa berbicara dengannya.
"M-mau ma-mandi," jawab Fahyra terbata-bata.
Tiba-tiba saja Fahmi menahan tangan Fahyra. "Mandi bareng, ya?"
Kepala Fahyra langsung menggeleng. "Nggak mau. Takut."
"Kenapa takut?" tanya Fahmi.
Fahyra menatap Fahmi. Ia menggeleng kepala dengan sangat menolak. "Takut digituin lagi. Sakit. Abang jahat sama Fahyra."
Kedua mata Fahmi langsung terbuka cerah. Ia menatap Fahyra yang benar-benar ketakutan padanya. Lalu, Fahmi mendekatkan dirinya kepada Fahyra.
"Jangan takut. Abang nggak jahat, Sayang."
Ia terus menggeleng kepala.
"Yang goda Abang, kan, kamu. Yang ngajak juga kamu. Abang cuma nurut."
"Tapi kata Abang nggak sakit. Fahyra udah nangis tapi Abang tetap nggak mau berhenti. Abang bilang sebentar lagi tapi kenapa malah sampai lima jam, hiks."
Ketika Fahyra menangis, Fahmi langsung menarik perempuan itu ke dalam pelukannya.
"Abang minta maaf, ya."
"Percuma. Fahyra udah takut. Nggak mau gituan lagi. Fahyra bakal buang semua baju dinas Fahyra."
"Eh, nggak gitu. Lihat Abang." Fahmi memegang kedua bahu Fahyra. Ia menatap lekat mata istirnya yang sudah basah akibat menangis. "Kalau permulaan memang sakit, Sayang. Tapi lama-lama nggak akan lagi. Jadi, Fahyra jangan takut, ok?"
Gadis itu diam tidak menjawab apapun. Ia belum percaya pada suaminya ini.
"Ssttt, maafin Abang ya. Lain kali Abang akan lebih hati-hati."
"Tapi sakit. Nggak mau mandi. Nanti pasti bakal perih."
Fahmi mengusap rambut panjang Fahyra. Ia mengambil jepitan rambut, lalu mengkuncirnya dengan hati-hati. Setelah itu Fahmi menyibak selimutnya. Ia berdiri di sebelah ranjang dengan tangan yang merentang.
"Nggak perih. Ayo mandi dulu."
"Bohong!"
"Abang nggak bohong. Fahyra mandinya pakai air hangat, berendam dulu supaya sakitnya reda. Setelah itu Abang belikan obat pereda nyerinya, ya."
Fahyra mulai tenang ketika Fahmi terus membujuknya. Merentangkan tangan agar Fahyra mau. Dengan sedikit ragu Fahyra mendekat ke arah suaminya. Dan Fahmi langsung mengangkat tubuh Fahyra ke dalam gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(FA) Love Story (SUDAH TERBIT)
Romance"Ustad, kata Abah kapan nih datang ke rumah?" "Kapan-kapan." "Kapannya itu kapan, Ustad Ayang!!!" "Nanti kalau saya mau nikah, Saya datang ke rumah mu untuk ngantar undangan Saya sama Istri saya."