🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ 🦋
•
•
Malam ini Fahyra merengek meminta agar Fahmi membawanya jalan-jalan. Fahyra ingin membeli makanan pinggir jalan. Ia juga ingin menikmati angin malam Bali.
Jadi, Fahmi menuruti kemauan istrinya itu. Dengan langkah kaki yang masih sedikit merangkak, Fahyra terlihat begitu riang ketika sudah banyak sekali kantong plastik makanan di tangan Fahmi.
"Abang, Fahyra nggak mau pulang. Kita nambah satu hari lagi di sini, ya? Jangan pulang besok."
"Abang kerja, Ra. Kamu juga harus kuliah. Pulang dari sini harus belajar yang giat, kamu sudah ketinggalan Banyak materi."
Fahyra mendengus kecil ketika mendengar ucapan suaminya. Resiko punya suami dosen begini lah.
"Ya Allah ini capek banget harus jalan dari sini ke vila. Andai suami Fahyra peka dan bilang, sini Abang gendong. Andai aja Ya Allah." Fahyra melirik Fahmi ketika mengatakan itu.
Alih-alih paham, Fahmi justur menggeleng kepala.
"Pinggang Abang masih sakit."
Fahyra mengunyah bakso bakar miliknya. Kemudian ia berjalan mundur di hadapan Fahmi. "Salah sendiri. Siapa suruh gempur istri setiap jam. Kan pinggangnya jadi sakit."
Fahmi sampai was-was jika ada yang mendengar ucapan istrinya. Benar-benar sangat frontal manusia satu ini.
"Abang sakit pinggang juga karena kamu, Ra. Tiap malam kamu nendang Abang. Untung nggak jatuh lagi ke lantai. Besok-besok kayaknya Abang ikat aja kamu kalau tidur."
Bukannya merasa bersalah Fahyra justru cengengesan. Menyantap sampai habis bakso bakarnya tanpa mau membaginya kepada Fahmi.
Ketika sudah berada di gerbang vila. Fahyra menggandeng tangan Fahmi, ia berbisik pelan, "Abang mau lagi, nggak? Fahyra rela keramas malam-malam. Demi Abang."
Jika biasanya Fahmi mengangguk. Kali ini ia menggeleng kepala. Fahmi membuka pintu vila, berjalan menuju kamar dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Nakalnya, Fahyra ikut berbaring di sebelah lelaki itu, ia merebahkan kepalanya di dada bidang Fahmi. "Abang, ayo."
"Ayo kemana?" tanya Fahmi dengan wajah yang sudah capek berkeliling tadi.
"Yang Fahyra bilang tadi. Ayo buat Adek bayi lagi kayak semalam."
Fahmi menatap Fahyra dengan mulut menganga. Kepalanya menggeleng dengan tangan yang langsung menarik selimut untuk menutupi wajahnya.
"Tidur, Ra. Besok kita harus pulang."
"Sekali ini aja, Abang. Mumpung kita masih di Bali. Kalau udah di rumah, takutnya nanti Debora ganggu ritual kita."
Fahmi terus menggeleng. Ia menarik tangan Fahyra agar segera berbaring dengan diam di sebelahnya.
"Jangan gerak. Tidur sekarang. Sudah jam 11 malam. Anak kecil tidak boleh begadang."
Fahyra mendengus kesal di antara ketiak suaminya. Fahmi benar-benar mengunci tubuhnya.
"Abang, Fahyra belum ngantuk. Kalo nggak mau kayak semalam, minimal nuicip-nyicip dikit. Cium Fahyra sebelum tidur gitu."
Tidak ada tanggapan dari Fahmi. Ketika Fahyra mendongak agar dapat melihat wajah suaminya. Dan benar saja, Fahmi sudah tertidur. Sebelah tangan Fahyra memeluk Fahmi dan sebelah kakinya pun ikut memeluk. Fahmi sudah seperti guling bagi Fahyra.
KAMU SEDANG MEMBACA
(FA) Love Story (SUDAH TERBIT)
Romance"Ustad, kata Abah kapan nih datang ke rumah?" "Kapan-kapan." "Kapannya itu kapan, Ustad Ayang!!!" "Nanti kalau saya mau nikah, Saya datang ke rumah mu untuk ngantar undangan Saya sama Istri saya."