1997'a

112 11 0
                                    

Banjarsari, solo 1996

Perempuan berusia 42 tahun keluar dari dapur dengan membawa senampan cemilan dan minuman untuk tamu.

Di dalam sana terdapat satu perempuan yang menunduk di samping Ayah nya dan satu laki-laki dengan pakaian rapi duduk di samping kedua orang tua nya.

"Monggo di sambi nggih, seadanya Pak, Bu, Ngger" ( Silahkan di nikmati, seadanya ya Pak, Bu, Nak )

"Matur sembah nuwun, ngerepoti" ( Terimakasih banyak, jadi ngerepotin )

Perempuan yang menyandang status Ibu itu kemudian duduk disamping anak nya. "Jadi pripun, Pak, Bu? Anak kulo sampun katresnan karo anake sampean. Seperti yang sudah kulo sampe-aken, tujuan kunjungan sedoyo iki kangge ngelamar, Yasmin." Ayah dari laki-laki tersebut angkat bicara setelah menyesap teh hangat yang baru di hidangkan tadi. ( Jadi bagaimana, Pak, Bu? Anak saya sudah cinta mati sama anak mu. Seperti yang sudah saya sampaikan, tujuan kami berkunjung untuk melamar, Yasmin. )

Gadis yang di sebut Yasmin itu hanya menunduk, hati nya sangat berdebar. Ia menggigit bibir bawah nya sendiri untuk menahan air mata nya agar tidak terjatuh.

Dia tidak mau dengan laki-laki itu, dia sudah memiliki kekasih, dia masih ingin belajar dan bermain dengan teman-temannya. Ini sudah bukan jaman Siti Nurbaya, dia tidak suka dengan laki-laki 4 tahun lebih tua dari nya itu.

Alasan tersendiri mengapa kedua orang tua Yasmin sangat setuju, karena laki-laki tersebut tampan, giat bekerja, mapan dan dari keluarga yang mempunyai latar belakang yang bagus.

Sedangkan laki-laki tersebut tidak bisa menahan senyumnya, dia sangat bahagia. sangat sangat bahagia.

"Yen mangkono, kulo setuju banget. Tapi iki masa depane anak ku, kalo anak ku purun nggih monggo jadikan dia menantu" Ayah Yasmin menjawan dengan santai dan di akhiri tawa kecil dari mereka semua, tidak dengan Yasmin.

Ibu Yasmin beralih menatapnya yang sedari tadi hanya menunduk dan memainkan jari-jarinya.

Perempuan itu merangkul pundak anak perempuannya dan mengelus lengan anak nya sambil tersenyum.

"Mau ya, Ndok"

"Ngga mau, Ma" Ingin sekali dia menolak untuk kesekian kali nya, memberontak dan memohon kepada orang tua nya agar mereka mendengar apa yang anak mereka mau.

"Ndok? Mau ya sama Mas Bagas?"

Laki-laki yang disebut Bagas itu tersenyum, harap-harap jika Yasmin menerima lamarannya.

Yasmin mendongak, menatap lurus ke laki-laki itu yang membuat Bagas sedikit terkejut. "Emang Mas Bagas mau sama aku? Aku jelek. Lagian aku masih sekolah, aku mau sekolah. Aku ngga mau ada tunang-tunangan gini, aku masih mau bebas.."

Yasmin beralih menatap ibu nya dengan tatapan memohon, "..Ma, Sepurane. Aku belum siap, Ma"

"Cuma tunangan, Ndok. Kamu masih bisa sekolah kok. Mas Bagas bakal nunggu kamu sampe lulus sekolah." Ibu dari Bagas langsung menjawab hingga membuat Yasmin langsung menoleh padanya.

"Terus, kenapa engga lamar aku waktu uda lulus aja?"

"Yasmin."

"Ma.."

"Yasmin."

Yasmin menghela nafasnya perlahan, "Iya, aku mau."

Kedua orang tua Yasmin, dan Bagas serta Bagas sendiri tersenyum mendengar jawaban dari Yasmin.

Dan kini, jari manis Yasmin telah dihiasi benda melingkar berwarna emas yang terlihat elegan.

Kini Yasmin Abigail Shofika resmi menjadi tunangan Albagas Geofahri.

***

Beberapa menit setelah keluarga Bagas pulang, baru lah Yasmin menangis sejadi-jadi nya. Dia menutup matanya dan masih tetap terduduk di sofa, bahu nya terguncang, tangis mya terdengar perih.

"Yang kamu tangisin itu apa?"

Yasmin langsung berdiri sambil mengusap air mata nya. "Aku ngga mau, Ma. Aku ngga suka di jodoh-jodohin gini."

"Apa kurangnya Bagas coba, Ndok? Takdir kamu emang sama Bagas, Mama bisa liat gimana cinta nya dia ke kamu sampai langsung ngajak kamu tunangan gini bukan pacar-pacaran. Cuma aja, Tuhan kasih jalan hubungan kamu sama Bagas lewat cara yang kurang tepat di hati dan pikiran kamu."

"Ya itu karena, Mama! Kalo Mama ngga ada becandain dia 'calon mantu' gitu dia ngga akan suka, Ma!"

"Yasmin,"

"Pa! Yasmin ngga mau! Yasmin masih mau sekolah, Yasmin mau bebas, Yasmin ngga suka di jodoh-jodohin, Yasmin ngga suka Mas bagas, Yasmin ngga mau tunangan, Papa!"

"Sayang, jalanin dulu aja ya? Sampai kamu lulus sekolah, kalo masih tetep ngga suka kamu bisa lepas. Tapi janji sama Papa, buat belajar suka dan sayang sama dia. Pinky Promise?"

Yasmin hanya terdiam, dia tidak bisa berjanji karena diri nya sampai kapan pun tidak akan bisa mencintai Tunangannya itu.

--

Yasmin, gadis yang lahir dan besar di Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yasmin, gadis yang lahir dan besar di Jakarta.

Yasmin, gadis yang lahir dan besar di Jakarta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagas, calon mantu kesayangan ibu Yasmin.

Gondomanan, 1997Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang