00

14 2 2
                                    

"oi bro!, lemes amat deh nongkrong skuy!" seru pemuda berkulit tan—haikal—dengan mendudukkan dirinya di atas kasur.

Narendra. Si empu yang baru saja mendapat ajakan tersebut hanya melirik sekilas pada haikal yang masih setia menunggu jawabannya.

"skip, gue mager" jawab narendra, yang segera mendapat decakan kecewa dari haikal. Lalu kembali melanjutkan kegiatan menscroll layar pada ponselnya.

"ya elah ren mager mulu kerjaan lu, ga bosen emang rebahan?" celetuk salah temannya lagi—reihan, berkacak pinggang. Dan langsung mendapatkan anggukan setuju dari yang lainnya. Sedangkan naren hanya menggeleng singkat.

Haikal dan reihan saling bertukar pandang sesaat, seperti sedang melakukan telepati.

"masih gamon lo?" tanya haikal yang kelihatan mulai jengah karena temannya satu ini nampak tak memiliki semangat hidup. Dan perkataan itu agaknya sukses membuat si empunya menghentikan jempolnya untuk menggulir layar ponsel.

"ck, lo pada kalo mau nongkrong ya udah sana berangkat! Gue males" jawab naren dengan sedikit ketus. Membuat haikal dan reihan mendesah pasrah, sudah terbiasa. Ya, karena beberapa bulan terakhir narendra sedikit sensitif.

Naren yang dari awal memang sudah berbaring di atas kapuk empuknya, semakin menyamankan dirinya untuk menjemput mimpi. Menghiraukan saja dua insan yang masih setia memperhatikannya. Tidak ada lagi semangat dalam dirinya.

...

Dengan putus asa haikal dan reihan pun memilih untuk meninggalkan naren sendirian kembali di dalam kamarnya. Misi yang kesekian kalinya ini resmi di nyatakan gagal lagi.

Jevano yang melihat kedua karibnya datang dengan wajah suram pun langsung bisa menebak apa yang sudah terjadi.

Dia menghembuskan nafas berat, sebelum bertanya, "masih ga mau lagi?" dan hanya di balas anggukan malas dari haikal. Reihan sendiri pun sudah mendengus beberapa kali.

"dah lah, cabut sendiri aja kita males gue ngajak si naren kalo gini" ucap reihan mulai kehilangan kesabaran.

"yok lah, bisa-bisa hilang stok sabar gue kalo berurusan sama dia" sahut haikal dan beranjak dari duduknya pergi mendahului. Di susul oleh reihan yang juga segera menarik paksa jevano yang masih bergeming di sofa sebelumnya.

...

Di dalam kamar yang tamaram naren tak benar-benar tertidur. Dirinya hanya diam memandangi sebuah bingkai foto yang selalu di simpan dalam nakas.

Lagi dan lagi, setetes cairan bening mengalir di pelipisnya. Namun hal itu sama sekali tak akan mengubah hidupnya, dan mengembalikan separuh jiwanya.

Dia rindu.

Bisakah waktu kembali berputar dan mengembalikan sosoknya? Seseorang dengan senyuman paling tulus dan indah. Juga perhatian yang tak pernah berkurang, meski dirinya sendiri dalam keadaan yang jauh lebih buruk sekalipun. Bisakah dia menemuinya lagi? Setelah apa yang telah ia perbuat?

Egois.

Ya, dia egois. Setelah menorehkan sebuah luka, apa dia pikir dia akan mendapatkan ampunan begitu saja?

"gue kangen..." lirihnya dengan membawa bingkai tadi kedalam pelukannya. Mulai terisak untuk yang kesekian kalinya.

"ra, gue kangen...hiks...maafin gue!"

Sebuah untaian maaf pun nyatanya tak akan ada pengaruhnya lagi, dia terlambat. Benar-benar terlambat. Kini hanya akan ada penyesalan yang selalu melingkupinya, dan sebuah raungan tak berguna.

"hiks....harusnya gue sadar lebih awal, dan buat semua ini ga terjadi"

Lost You [JAEMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang