09

6 2 2
                                    

"perasaan gue aja atau emang lo kek kurusan?" celetuk naren. "lo lagi diet?"

Raina menggeleng. Apa-apaan pertanyaan itu. Tidak lihatkah naren jika raina sedang makan semangkok soto.

"lo gak liat gue lagi makan? Kenapa bisa mikir kalo gua diet?" balik tanya raina.

"iya juga sih, mana ada ya orang diet tapi makannya soto hampir dua mangkok" kata naren dan seketika di hadiahi oleh jitakan sayang dari raina.

"mana ada sampek dua mangkok!" sewot raina.

"kan gua bilang hampir, bukan dua" balas naren tak kalah sewot.

"naren!" panggil seorang wanita mendekati meja raina dan naren. Keduanya pun sontak menoleh.

"hei, sini!" seru naren dengan menepuk tempat raina. "rain lu pindah sono!"

"dih, kok gitu"

"udah sana!" ucap naren dan mendorong pelan raina, hingga mau tak mau wanita itu harus pindah dan duduk di hadapan mereka.

Mencoba abai, raina kembali memfokuskan dirinya pada pada mangkok sotonya yang sudah hampir habis. Namun itu bukan hal yang mudah! Dia rasa hatinya terbakar di dalam sana!

"rain!" raina mendongak saat mendengar seruan lantang itu. Tak terkecuali dengan naren dan oliv yang turut menengok. Juga penghuni kantin lainnya.

"gua gabung ya!?" jevano pun duduk meski tak mendapat izin sebelumnya.

"hai jev!" sapa oliv. Jevano hanya tersenyum tipis sebagai jawaban, bahkan dia tak melihat ke arah oliv.

"kenapa lu?" tanya raina yang sebelumnya di panggil.

"hehe...gapapa sih, cuma manggil aja tadi" jawab jevano.

"gak jelas deh, kebiasaan" cibir raina.

"ngapain lu disini?" tanya naren. Jevan lantas melirik sekilas pada naren, jelas sekali raut ketidak sukaan naren pada kehadirannya.

"ini kantin umum, emang ga boleh gua kesini?" jawab acuh jevan, menghiraukan saja pandangan tidak suka naren.

"eh rain entar ikut gue yuk!"

"kemana?" tanya raina setelah menyeruput es nya hingga tandas.

"kemarin ada keluaran novel baru, sambungan yang kemarin gue baca, temenin gue cari ya!?"

"ohh...boleh aja sih, entar kabarin aja, tapi entar gue minjem ya" cengir raina. Jevano mendengus, hanya bercanda.

"gampang itu mah"

"kenapa ngajak rain? Ajak doi lo aja sana!" ketus naren.

"lo punya doi van?" tanya raina, dan dijawab gelengan.

"emang kenapa kalo gue ngajak rain, dia juga ga keberatan"

Oke, naren kalah. Dia juga tak ada hak untuk itu. Tapi tetap saja, dia tidak bisa menyembunyikan jika dia tidak suka jika raina bersama dengan jevano.

Ya, meski dia tau jika jevano adalah pria baik. Dia akui itu, meski mereka jarang akur. Jevano sangat baik, apalagi jika pada wanita. Mereka berdua sering di ajarkan untuk menghargai wanita, dan menghormatinya sedari kecil.

"naren! Kenapa?" tanya oliv. Dan naren pun menggeleng.

"gapapa"

Melihat raina dan jevano yang terlihat seru berdua adalah sebuah acuan untuk naren agar segera pergi dari sana. Entahlah, dia tidak suka. Di tambah dia sempat bertemu lirik dengan jevano yang tampak sedang memanas-manasi dirinya.

"gua selesai" ucapnya lalu segera beranjak dari sana.

"loh...naren aku belum selesai" sahut oliv yang kelabakan karena dia belum selesai.

"gue mau ke toilet dulu, nanti balik lagi kok" oliv pun mengangguk dan membiarkan naren pergi meninggalkan dirinya bersama raina dan jevano.

Sepeninggal naren, raina dan jevano hanya sibuk berdua melupakan eksistensi makhluk lain disana.

Biarlah, itu juga bukan urusan mereka. Itu pikir jevano.

Lost You [JAEMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang