Ditinggal Sendirian

113 2 0
                                    

Bel pulang sekolah udah bunyi daritadi, tapi kita berempat masih ada disekolah, menikmati angin yang berhembus. Pelajaran tadi cukup menyenangkan buat gue, gurunya kocak dan neranginnya itu lho, gaada habisnya kita ketawa ngakak terus.

" Eh, gue perhatiin dari tadi, Devan ngeliatin lo terus, tauuu. " Afa berbicara.

" Mana gue tau, lo kan yang perhatiin dia. " kujulurkan lidah gue padanya dan ia memasang wajah mengerikan.

" Jorok ihh, Adel! Kalau ilernya kena gue gimana? Kulit gue tuh mulus tau! Gaada pirus dari lo. " ucapnya sebal.

Gue toyor kepalanya itu, " Heh, mana ada iler gue pirusan kaya lo, emang gue binatang, apa, yang bisa netes ilernya. "

" Semacamnya, lah. " tambahnya sambil cengengesan.

Sialan!

" Balik, yuk. Sekolah udah sepi sama orang. Nanti kita yang dimarahin sama guru. " ucap Dila tiba - tiba, yang kemudian berjalan didepan diikuti oleh Diran dan kami berdua.

Kita berjalan dengan kaki setapak. Meski jarak antara rumah dan sekolah lumayan jauh, tapi kita lebih sering memilih jalan alternatif hemat ongkos.

" Dila, beli eskrim yuk, udah lama nih gak beli makanan imut itu. " rengek gue padanya yang berjalan didepan beriringan dengan Diran. Sedangkan gue, jalan beriringan dengan Afa, cewek sengklek ini yang daritadi gak berhenti bahas iler itu.

" Ayok, gue juga pingin beli, udah lama gak makan makanan imut itu. " Akhirnya, kita berjalan menuju kedai es krim kecil yang ada didepan sana. Tempatnya lumayan bagus, outdoor, dan bisa buat bersantai ria juga. Setelahnya, kami menunggu antrian pemuda didepan itu dengan sabar. Berbincang singkat mengenai es krim mana yang mau dibeli.

" Gue mau beli yang ada tahi lalatnya itu. " kata gue. Afa yang mendengarnya bergidik ngeri.

" Iihhh, Adel! Itu namanya bukan tahi lalat, tapi cokocip! Lagian, gue heran deh kenapa bisa punya temen bego kaya lo. " katanya dengan menatapku prihatin.

Gue toyor kepalanya sekali lagi, " Heh, emang disini siapa yang mau makan tahi lalatnya? Gue kan? Lagian gue juga aneh punya temen sengklek kayak lo. "

Adel merengut kesal, membalas toyoranku, " Cokocip! Gue bilang itu namanya! Jijik banget sih bilangnya tahi lalat. " adegan muntahnya buat gue bergidik ngeri. Wajahnya itu lhoo...

" Eh, ada Devan juga ternyata... " suara Dila membuat kami berdua menoleh kearah depan. Tangannya memegang satu eskrim biru dan berhenti menjilatnya saat melihat kami.

Seketika, bayangan saat istirahat tadi berkelebat dalam otak gue. Afa yang berada disamping gue menyenggol gue dengan sikunya serta senyuman aneh diwajahnya terpampang jelas seraya mengangkat turunkan alisnya.

Gue menatapnya bingung.

" Lo kenapa? Alis lo lagi demam, ya, sampai naik turun gitu. "

Afa yang tidak puas dengan jawaban gue, merengut kesal, " Mana ada alis yang demam! Lo tuh bego banget sihh. "

Gue membalasnya, " Mana gue tau kalau ada alis yang gak bisa demam! Lagian sikap lo aneh deh, tapi emang atas dasarnya lo emang aneh dan sengklek, sih, jadi, wajarlah lo lakuin itu. " gue tertawa ngakak mendengar penuturan gue sendiri. Afa yang menerimanya hanya kesal setengah mati, terlihat dari wajahnya yang ditekuk itu.

Tawa ngakak gue sudah berhenti, kala suara itu membuka lagi. " Kalian ngapain disini? Mau beli eskrim juga? " tanya Devan sambil menjilat eskrimnya lagi. Afa yang semula merengut kesal, kembali pada dirinya yang semula.

" Kita emang mau beli, tapi berhubung ada panggilan mendadak, jadi kayaknya kita harus cepet - cepet pergi deh. " jawab Afa pada akkhirnya.

" Dila, Diran, ayok kita pulang. " lanjutnya dan segera pergi menyeret dua temannya itu.

" Eh, Afa! Tungguin gue! Lo jahat banget sih, gak setia kawan gitu sama gue. " kata gue, lalu segera menyusul mereka tapi tangan gue ditahan sama Devan.

Gue menatapnya dengan bingung bercampur kesal.

Entah kenapa, ketemu dia emosi gue selalu ningkat terus, sebel kan? >.<

" Lo apaan sih, " tanya gue berusaha melepaskan cekalannya.

" Justru karena gue sahabat yang baik buat lo, lo harus terima kasih sama gue nantinya, oke! " teriak Afa yang sudah berlari bersama dua temannya itu.

" Iihhh >.< Lepasin gak! Atau gue kasih bogem yang besar buat lo! " ancam gue.

Dia terkekeh pelan, masih dengan tangannya yang memegang erat, " Huaaa... gue gak takut. " jawabnya sambil menjulurkan lidah.

Oke, gue kesel sekarang. Gue layangin tuh bogem kiri gue, tapi tangannya lebih sigap menahan tangan gue diudara. Eskrim yang dibelinya ia jatuhkan ke tanah.

Ia tersenyum meremehkan. " Lo gak tau kan kalo gue atlit judo? Jadi, jangan macem - macem sama gue. " ancamnya.

Gue menepis tangannya yang sudah lengah memegang tangan gue dan berlari secepatnya.

" Lo aneh banget! Gue jadi takut sendiri jadinya! " teriak gue sambil berlari pulang kerumah.

0723Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang