Chapter 5

82 17 1
                                    

hai guys maaf lama, lagi banyak ujian kehidupan 🙏🏻
btw vivi blom nonton filmnya jadi kalau ada kesalahan mohon maaf yaa

—––——–—
Akhirnya ketiga kawannya mengikut jejak Ling dan masuk ke dalam studio dengan hampir seluruh tempat telah diduki penuh menunggu film untuk dimulai.

Di layar besar studio terdapat sebuah trailer film yang sedang tayang, Ling berusaha untuk mengabaikannya dan menuju ke tempat yang telah mereka pilih tetapi dikejutkan dengan teriakkan nyaring dari salah satu pemain di film.

"Ling?"

Tanpa disadari ia telah memeluk Zilong dalam ketakutannya. Tanpa ia sadari juga bahwa sosok pria yang ia peluk melakukan hal yang sama kepada dirinya, memelukknya kembali dengan erat.

"Ah, oh, sorry, maaf." Melepas pelukannya dari Zilong ia bergegas kabur untuk mencari tempat duduknya.

Setelah menempati kursi masing masing, film pun pas dimulai dengan lampu yang memadam dan signature suara “All Around You” memenuhi ruangan.

Sesungguhnya ia tak mau melanjutkan hidupnya penuh dengan imajinasi seram yang akan dilihatnya nanti, akankah ia bertahan hidup seperti itu?

Mengalihkan atensinya kepada orang yang berada si samping kanan yaitu Zilong.

Dengan tenang dan suara yang berbisik Zilong bertanya, "Mau keluar?" Ah sayang sekali gelap ini membuat mukanya tidak terlihat dengan jelas.

Tetapi lihatlah! Ini seperti seorang telah mengantarkan malaikat untuk duduk di samping dirinya, menyelamatkan hamba dari horror yang akan dialami!

Dengan suara yang berbisik juga ia membalas, "Tapi kan udah bayar, popcorn juga."

"Popcorn bisa kasih ke WanWan sama Yin."

Dirinya masih ragu, ia tak ingin mengambil waktu yang temannya telah habiskan hanya untuk keluar dari bioskop tanpa menonton film yang telah dibayar.

"Gapapa, nonton aja."

"Yakin?"

"Iya." Ia memberikan senyuman meyakinkan kepada lelaki itu walaupun sepertinya tidak terlihat karena gelapnya ruang.

meskipun dia memberikan jaminan bahwa dia baik-baik saja, Zilong tetap memberikan tangannya untuk dipegang. Ling mencoba melihat wajah sosok pria itu dengan saksama, mempertanyakan mengapa ia melakukan hal ini.

"Pegang, biar ga takut."

Tangan Ling pun perlahan terangkat menuju armrest dan menggenggam pelan lawannya. Rasanya hangat.

"Psst, ngomong mulu nonton kaga." Bisik WanWan yang berada si samping Zilong.

Dengan tangan bebasnya ia menggebuk tangan WanWan dan lanjut berbicara dengan Ling.

"Baca peraturan co, gabole ngomong di dalem studio." Yin menyahut dengan suara kecil, ingin memberhentikan percakapan selanjutnya sebelum di tegur oleh penonton lain.

Benar juga, masa bodo lah, "Bentar," ia berkata kepada Zilong melepas genggaman mereka sementara dan mengambil penutup mata dan peredap suara dari tasnya, "biar engga ribet." ia melanjutkan.

"Mm."

Setelah memasang semua perlengkapannya ia kembali menggenggam tangan Zilong dan berusaha merilekskan tubuhnya.

Sisa film berlalu dengan cepat, hanya dia yang duduk diam dan berpegangan tangan erat-erat. Sungguh membuang uang, bahkan ia tak memakan snack yang tersimpan nyaman dalam tasnya. Huh, duit.

Dalam pertengahan film dan ketenangannya ia pun tertidur pulas, tidak menimbulkan kekhawatiran bagi sekitarnya karena ada sebuah tangan yang memberikan rasa hangat dan kenyamanan.

Peredap suaranya terlepas.

"Kak Ling, udah selesai." Ada suara kecil terdengar di sebelah kiri kupingnya.

"Iya kak, ayo bangun kak." Kini suara lelaki di sebelah kanan kupingnya.

Apakah ia telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa? Dijemput malaikat kematian? Dirayu setan? Ia tidak ingin tau.

Cahaya lalu menyinari matanya dan reflek ia menggerakkan tangan untuk menghalangi cahaya tersebut. Wow, cepat sampai surga juga. Eh, neraka kali.

"Ling, udah selesai mimpinya?"

"Udah, ini surga apa neraka ya?"

"Sembarang ngomong aja."

Tangannya kemudain disingkirkan dan cahaya kembali menyerang matanya. Kini ia melihat sebuah figur hitam.

"Jangan main main ya, setan kan."

Entah kemana hilang ketakutannya terhadap hantu, sejak ia kecil sampai sekarang ia telah berjanji tidak akan berbicara ataupun menatapi hantu. Apakah karena ia sudah pasrah hidup? Ah bukan, ia masih menunggu nilai hasil tugasnya. Jangan sampai ada yang melewati peringkat dirinya.

Apakah karena shock? Buat apa kaget, dijemput ya dijemput, chop-chop waktu hidupmu habis ayo ikut aku ke neraka. Itu terdengar lebih gila lagi.

"Masih mimpi itu, tinggalin aja yu."

"Gajelas sumpah Yin, diem ga lu." WanWan memberikan tatapan tajam kepada Yin, menyuruhnya untuk menutup mulut.

Setelah mengedipkan matanya berulang kali, kini ia melihat sebuah wajah. Oh, ternyata Zilong. OH. ZILONG?!?!?! Mukanya memerah, ia malu telah mengatakn hal hal tadi. Bodoh bodoh bodoh, bagaimana ia bisa lupa? mereka habis nonton.

"Ling? Kenapa? Gaenak badan?" Zilong memasang raut wajah khawatir, mengapa temannya memerah? Apakah demam?

"Ehkm, engga." Dengan tangan yang kembali menutupi wajah ia bangkit dari kursi. Mengambil barang barang miliknya.

"Udah, ayo keluar." Zilong dan kedua bocah itu mengangguk, WanWan dan Yin pergi duluan, berjalan turun tangga tangga kecil dan melewati exit studio. Sedangkan Zilong masih bersama Ling.

"Bener gapapa?"

"Iya, abis bangun aja." Ling memasang senyumnya untuk membuat Zilong tenang.

Zilong mengangguk dan menuju keluar bersama Ling. "Gimana filmnya tadi?" Ling mencoba membuka percakapan, "bagus bagus aja sih, jump scarenya gila gila." Zilong tertawa dilanjuti dengan aksi menggigil, "untunga ga nonton dah Ling, serem banget." Zilong mengatakan seolah-olah mengejek.

Siapa coba yang megang tangan Ling pas nonton tadi? Zilong. Sok-sok ngejek. Sungguh menjengkelkan.

"Kak, mau kemana lagi nih?" WanWan tiba tiba muncul di sampingnya.

Ling melompat kecil, terkejut, abis nonton film horror ( ga nonton sih ) malah di kagetin. Sopan santunnya di mana? Bisa Hai dulu, apa kabar, bagaimana harimu. Ini ngagetin doang.

"Gue ga di tanyain juga gitu?" Zilong membalas jengkel, "ngapain di tanyain lu mah," Yin, mengikuti jejak WanWan muncul di samping Zilong mengageti Ling lagi.

"Jangan muncul gitu dong, ngagetin."

"Hehe, maaf." WanWan menggaruk kepalanya nyengir.

"Iya kak."

Mereka keluar dari Bioskop, menyambut ramainya mall kembali. "Tu, itu ada Timezone!" Yin berseru, menunjuk ke arah di mana Timezone itu berada, penuh dengan suara suara permainan didalamnya. Mata WanWan berbinar, ia menarik Yin dan berlari menuju Timezone meninggalkan Ling dengan Zilong lagi.

"Ga sabaran banget."

Ling menangguk. Keduanya mengikuti jejak WanWan dan Yin sambil lanjut berbincang.

Suasana Timezone sangat ramai dan meriah, banyak anak anak dengan orang tuanya, pasangan dan sahabar sahabat sedang bermain.

————
Hehe tebak apa yang terjadi abis itu 😋😋😋


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang