Chapter 4

94 22 0
                                    

Bocah-bocah itu kembali, mengganggu momen [romantis] yang kini hilang dalam sekejap, seakan mereka tidak kenal dengan satu sama lain.

"Psst- Yin, mereka kaya abis mesra mesraan." Bisik Wan Wan kepada Yin, senyuman dan mata curiga melihat kedua orang itu.

Mengikuti langkah Wan Wan, matanya ikut melirik kepada kedua orang yang dimaksud temannya, "Jangan jangan udah jadian.." Bisik yin balik, mengikuti ekspresi yang berada di wajah Wan Wan.

"Udah selesai?" Suara zilong memotong udara canggung diantara mereka berdua, memberi senyuman ancaman kepada kedua pemegang popcorn itu.

Hei! bukan salah mereka untuk curiga, ya, mereka pasti akan mendukung jika Zilong dan Ling menjadi sepasang couple tapi pria itu selalu menolak saat ditanya tentang perasaanya kepada Ling.

Sebelum memiliki hubungan dengan Freya, ia sempat terjatuh kepada pesona Ling tetapi tidak bisa memilikinya. Ia hanya dianggap sebagai sahabat dekat walaupun sudah terlihat effortnya untuk menarik perhatian Ling, mulai dari hadiah yang cukup mewah, skinship, quality time dan lain-lain. Tentu, sadarkanlah pria itu! Memang, ia tidak minta untuk dibalas, tetapi setidaknya sadarlah!

Merasa putus asa, ia mencari sebuah pelarian dari kesedihannya dan bertemu dengan Freya, mantannya sekarang. Tentu saja ia tak sebrengsek itu, hatinya juga jatuh kepada sang Freya walau masih ada sisa rasa kepada Ling.

Mereka mulai dekat dan berpacaran selama 2 bulan hingga akhir dari hubungan mereka. Zilong merasa lebih putus asa, tetapi ia sekarang malah kembali melirik cinta pertamanya yang masih tidak memiliki seorang kekasih.

Mencoba sekali lagi tidak akan sakit bukan?

Wan Wan dan Yin yang tau akan perasaan pria itu merasa empati melihat effort sang lelaki untuk mendekati Ling yang kemudian tertolak akibat sifat yang cuek dan tidak terlalu peduli Ling. Bukannya ia menolak! Tapi hanya saja sangat amat clueless.

Tentu Ling menyadari bahwa ia lebih sering mendapatkan hadiah dari Zilong dibandingkan kawannya yang lain dan hadiah-hadiah tersebut tidak terlihat murah, mereka pun tidak jarang keluar bersama dan ia sempat dilemma tentang hal tersebut. Mengapa Zilong melakukan semua ini? Tetapi ia mencoba mengabaikan pikiran-pikiran itu.

"Udah kok." Wan Wan membalas, menduduki tempat kosong yang tersisa dan kemudian diikuti oleh Yin.

Kedua popcorn ditaruh diatas meja, atensi Ling pun kembali kepada dunia nyata, ah ia melamun. "Mm, berapa menit lagi?"

"10 menit." Zilong menjawab sembari menutup smartphonenya.

Wan Wan dan Yin masih menatap mereka dengan ekspresi curiga, telah menjadi misteri bagi mereka apa yang terjadi saat mereka hilang membeli popcorn tadi. Zilong kembali memberikan mereka tatapan sinis untuk membuat mereka berhenti.

Ling terdiam, melihat kejadian didepannya. Sial! Mengapa ia selalu tertinggal dalam hal seperti ini? Kadang ia bingung karena tidak mengerti hal hal yang mereka lakukan seperti saat ini.

Memberhentikan lomba tatap-tatapan mereka, Ling mengeluarkan batuk kecil disertai tawa canggung.
"Ya uhm, aku ketoilet dulu sebentar." Ia berdiri dari duduknya dan mengatakan permisi melewati Zilong yang duduk disebelahnya, berusaha melarikan diri dari kelompok mengerikan itu.

Suasana kembali tegang saat keberadaan Ling tidak dapat dirasakan. "Abis ngapain sama kak Ling ha?!?!" Wan Wan menuduh bercanda, menunjukkan jari telunjuknya kepada sang pria surai cokelat.

"Idih mau tau amat, makanya gausah beli popcorn tadi." Zilong membalas, menunjukkan ekspresi menyebalkan terbaiknya sembari tertawa.

"Dasar badut." Yin berbisik kepada dirinya sendiri, tetapi sayangnya terdengar oleh Zilong.

"Kaya ngga sadar diri aja." Kekehan terdengar dari kedua temannya, hei, mengapa Wan Wan ikut tertawa? Yin menghentakkan kedua tangannya diatas meja, tidak terima atas penghinaan itu.

Belum sempat mengeluarkan kata kata mutiaranya untuk Zilong, suara khas terdengar dari atas. Menandakan bahwa studio mereka telah dibuka. Mendengar pengumuman tersebut Zilong bergegas meninggalkan mereka untuk mencari Ling didalam toilet. Langkahnya berhenti saat melihat dua orang. Guinivere yang tengah mengajak Ling berbincang.

Ah, Guinevere. Gadis yang dicocok-cocokkan bersama Ling karena lomba kostum mereka tahun lalu. Lomba kostum yang diadakan dengan tema dewa itulah yang membuat mereka berteman, ya tidak bisa dibilang berteman juga.. hanya sebatas kenal.

Sebenarnya Ling telah menolak untuk menjadi model Melissa dan mengeluarkan segala alasan agar Melissa pergi, tetapi pemuda itu terus membujuk dan memohon kepadanya sehingga ia tidak memilikki hati untuk menolak. Ia tidak tahu bahwa Melissa telah me-rekrut seorang pasangan untuk lomba mereka.

Ia merasa sangat canggung dan tidak nyaman saat disuruh berpose bersama Guinevere dan menggunakan pose yang cukup intim tetapi untungnya semua berjalan dengan lancar dan mereka mendapat juara kedua dengan juara pertama yang diambil oleh Valir dan Vale. Melissa terlihat sangat bahagia kala itu dan ia juga turut ikut senang karena telah dapat membantunya.

Balik lagi ke waktu sekarang, Zilong menghampiri kedua pasangan dengan wajah kusam. Ia tidak suka melihat mereka berdua sendirian, padahal masih banyak orang yang mondar mandir di bioskop itu. Tetapi tetap saja, harusnya ia yang berdua bersama dengan Ling.

Hei pikiran macam apa itu?! Kau saja belum berpacaran dengan Ling, tidak usah cemburu deh.

Melihat kedatangan Zilong yang terlihat seperti orang ingin membunuh, ia mengakhiri perbincangannya dengan Guinevere dan menyambut Zilong tengah perjalanan. Terkadang ia merenung kebingungan, mengapa Zilong tidak menyukai sosok gadis itu?

Semenjak lomba kostum kemarin, Zilong terlihat seakan memusuhi gadis itu, padahal ia cantik, pintar, talented, dan masih banyak lagi. Tetapi Zilong selalu menatapnya sinis seakan tidak suka dengan keberadaannya (di samping Ling).

"Udah masuk ya? Panggil Wan Wan sama Yin yu." Ling mendorong tubuh besar Zilong menhadap ke arah dua bocil yang sedari tadi melihat drama singkat mereka sembari memakan popcorn, oh ayolah! Drama mereka bahkan lebih menarik dibandingkan film yang akan ditonton nantinya seperti sinetron booming dengan pemeran yang tampan nan rupawan tetapi genrenya agak meleset.

Melihat kedatangan kedua kakak kelas, mereka bergegas mengambil barang dan menghampiri dengan senyuman lebar.

Yin berbisik kepada Zilong , "wiiii ada yang cemburu ni hiihihi..."

Ketawanya kaya setannya sendiri, buset dah udah keluar aja dari filmnya, belum aja nonton

Bocah asu, udah tau ngga usah diperjelas napa, lama lama beneran di tonjok aja mukanya.

Zilong tersenyum ramah, memukul belakang kepala Yin cukup keras dengan rasa tidak bersalah, "Ouch! Galak amat..." Yin mengelus belakang kepalnya kesakitan dengan Wan Wan yang menahan tawa di belakang.

Menggelengkan kepalanya, Ling beranjak pergi meninggalkan mereka tanpa aba aba.

Oh, tidak jadi.. Ia tidak berani memasukki ruangan bioskop tanpa kawan - kawannya, ah, trailer sebelum film mulai saja sudah terdengar dari luar, dengan teriakkan nyaring dari pemeran film.

Mengapa harus menampilkan trailer film horror lainnya sebelum film horror aslinya. Sungguh mengerikan.

----
blom di cek ulang, klw ad kesalahan maff yah. makasih udah vote dan membaca mwah

NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang