Pulang

14 2 2
                                    

Rizka, Windy, dan Rio berjalan menuruni kaki gunung. Tidak jauh mereka berjalan, terlihat banyak kerumunan orang di sekitar kedai. Terdengar suara keributan. Bahkan tangisan.

"Itu, ada orang!" Seseorang berteriak menunjuk Rizka, Windy, dan Rio.

Beberapa orang dengan pakaian oranye dan pihak kepolisian menghampiri mereka bertiga. Membantu mereka berjalan.

Ternyata dari kerumunan, orang tua dari mereka semua hadir disana. Menangis. Rizka pun diberi air minum dan sebuah kain ketika baru saja duduk di sebuah kedai. Tangannya gemetaran. Badan berlumuran darah. Pihak medis yang berada dilokasi segera menangani mereka yang terluka.

Papa, Mama, dan Kakak perempuan Rizka berlari menghampiri. Memeluk dan menangis.

"Eukh, pelan-pelan." Kata Rizka.

"Mama sangat khawatir ketika mendengar kabar dari Papa kalau kamu enggak pulang dari mendaki seminggu lebih." Kata Friska. Kakak perempuannya.

Rizka terkejut. "kukira udah lebih dari seminggu."

"Beberapa hari sebelumnya, pihak kepolisian menemukan mayat laki-laki di sekitar kaki gunung. Di-identifikasi kalau itu salah satu teman kalian. Faiz."

"Tubuhnya seperti dicabik-cabik hewan buas kata pihak kepolisian." Sambung Mama-nya sambil tersedu-sedu dipaha Rizka.

"Sebelum kalian tadi turun dari kaki gunung juga ditemukan beberapa mayat yang hampir sama kondisinya dengan Faiz." Frizka memberikan sebuah roti.

"Maaf." Seorang dari pihak kepolisian menghampiri. "Nak Rizka, apakah kami bisa meminta beberapa keterangan terkait peristiwa yang menimpa kalian?"

"Enggak bisa nanti saja?! Biarkan anak saya istirahat!" Bentak Mama sambil menangis.

"Sabar. Polisi juga tahu itu." Papa menenangkan Mama.

"Maaf. Kapan anaknya bisa sa--"

"Sekarang saja." Rizka tiba-tiba meneteskan air mata.

***

Sebulan lebih telah berlalu sejak kejadian yang menimpa Rizka dan teman-temannya. Berita televisi maupun sosial media masih terus membahas hal tersebut. Beberapa kali pihak televisi ataupun content creator mengunjungi rumah Rizka. Begitu pula Windy dan Rio. Windy dan Rio juga telah beberapa kali diundang sebagai bintang tamu di media. Tidak dengan Rizka yang selalu menolak undangan tersebut.

Rizka cukup sering berkunjung ke makam salah satu sahabatnya, Laura. Beberapa temannya yang lain, di makamkan di kampung halaman mereka masing-masing. Tidak dengan Ashura. Jasadnya tidak ditemukan. Pihak keluarganya pun tidak hadir ketika hari-hari pencarian di gunung. Rizka hanya bisa memandangi foto Ashura yang tersimpan di smartphone miliknya.

***

Satu tahun kemudian.
Rizka duduk disofa empuk mewah. Dihadapannya terdapat kue dan donat warna-warni. Suara musik ulang tahun menggema diruang tamu.

"Senyum, dong. Adik sahabatnya ulang tahun, kau malah murung begitu." Ujar Rio.

"Tiba-tiba ingat seseorang."

Rio menghela nafas. Mengambil salah satu donat yang ada dihadapan Rizka. "Aku masih benci dengan orang itu. Tingkahnya. Ekspresi datarnya. Cueknya. Kepopulerannya."

Rizka memandang sinis ke Rio.

"Yahh, begitulah apa yang kulihat. Sesuatu yang enggak kulihat.. aku enggak menyangka dia mengambil keputusan seperti itu. Mengorbankan semuanya."

Pandangan sinis Rizka memudar. Ia tertunduk. "Ya. Betapa bodohnya orang itu."

"Kau juga mendapat mimpi itu kan?"

"Iya. Mimpi itu menjawab semuanya. Pisau itu memerlukan nyawa yang sesuai dengan jumlah tamu yang datang ke hutan saat itu. Tiga belas orang. Faiz terbunuh oleh makhluk Zwischen yang lain. Ashura yang menjadi pemegang pisau. Entah bagaimana bisa, Rizal juga. Sepuluh orang tersisa. Satu nyawa tamu yang berubah menjadi Zwischen, sama dengan tiga nyawa tamu manusia. Ashura berniat menyelamatkan empat orang. Aku, kamu, Windy, dan Laura. Enam orang yang akan tersisa. Ashura berniat membunuh dirinya dan juga Rizal. Ternyata jumlah nyawa masih dua belas."

"Laura menyadari kalau Ashura adalah makhluk Zwischen. Ashura menceritakan syarat untuk keluar dari hutan itu. Dan.. Laura mau membantu mengorbankan dirinya."

"Dengan itu, syarat nyawa pun terpenuhi." Rizka menutup wajahnya. Ia tidak ingin terlihat menangis di acara ulang tahun adik Windy.

Windy yang dikelilingi anak-anak, melambaikan tangannya kearah Rizka dan Rio.

"Sudah. Mereka udah tenang disana. Kita yang diberikan kesempatan hidup, jalani dan nikmati. Pengorbanan mereka enggak sia-sia." Rio menepuk pelan pundak Rizka. Namun, ditepis Rizka.

Rio pergi menemani Windy meladeni anak-anak.

Rizka mengelap air matanya. Menyandarkan kepalanya. Memandangi langit-langit rumah yang dihiasi lampu gantung estetik. Tiba-tiba seseorang dengan kostum ikan paus memberikan sebuah balon berwarna biru muda.

"Eh? Te-terima kasih." Rizka tersenyum kaku.

Orang itu mengelap bekas air mata dipipi Rizka. Kemudian mencolek hidungnya. Seketika itu, bayangan wajah Ashura muncul di mata Rizka. Membuat air mata kembali mengalir keluar.

"Kenapa menangis? Lagi sedih?" Orang itu mengelus kepala Rizka. Membuka penutup kepalanya.

Rizka tidak dapat berkata-kata. Wajah yang sangat ia kenal muncul ketika orang yang memakai kostum ikan paus membuka penutup kepalanya.

"Udah lama, ya." Ashura tersenyum.

--TAMAT--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--TAMAT--

Zwischen Uns (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang