[ Ayah dan Bunda ] [07]

2.3K 174 10
                                    

Like and Comment please!!!

60 like 15 comment plisss~

Jangan jadi hantu kalian

~~~

" loh Dad?, kenapa ada disini? ", tanyanya sembari memepersilahkan mereka masuk, dan para bodyguard tetap berjaga didepan,

" Daddy yang bertanya, kenapa malah kau lempar lagi pertanyaannya "

" bukankah kau dan Lin sedang ada kegiatan kampus? ", Tanya Keenan pada adiknya,

" Kegiatannya ada disini, tapi anak-anak yang lain tinggal di balai desa ", jelasnya

" lalu dimana adikmu? ", Tanya sang oma pada cucunya,

" dia didalam sedang menyiapkan makan siang "

" kau tak membantunya? ", akhirnya sang opa yang sedari tadi hanya diam membuka suara,

" itu hukuman untuknya karena dia kalah permainan, dia memasak dan aku nanti yang bertugas untuk mencuci piring ", permainan apa yang membuat putra ketiga Mahen kalah,

" kau tak takut jika makanan yang adikmu masak itu gosong? ", Papa varo sedikit mengeraskan suaranya agar sang keponakan yang berada didalam rumah mendengar sindirannya,

" JANGAN MEREMEHKANKU, AKU BISA MEMASAK ", teriak seseorang dari dalam bangunan rumah kecil tersebut, sedangkan mereka yang diluar hanya tertawa, Keil yang sejak tadi masih tertidur akhirnya terbangun karena suara berisik mereka,

" umm...", Keil menggeliat kecil di gendongan Rey, tangan kecilnya bergerak untuk mengucek matanya namun dihentikan oleh Mahen,

" No baby, jangan dikucek nanti matamu memerah ",

" Uhh...daddy apakah sudah sampai? ", Tanya Keil pada daddynya,

" lohh, Baby? ", Keil menengok saat suara yang tak asing baginya terdengar,

" Abang Liam ", Keil memanggil nama pemuda tersebut saat ia tau siapa yang ada didepannya,

William Alexander dan Lincoln Alexander adalah kembar, mereka sedang melakukan tugas kampus dan mereka memilih desa dipinggiran kota sebagai tempat mereka melakukan tugas mereka, mereka berada didesa ini sudah dari beberapa hari lalu dan disitulah Keil bertemu dengan si kembar Alexander,

" Kalian saling kenal? ", Tanya Rey

" ya kami mengenalnya, walaupun baru beberapa hari ", seorang pemuda dengan wajah yang sama dengan Liam sembari menyiapkan makan siang,

" kenapa kalian kemari?, dan kenapa baby Keil ikut? ", lanjutnya, Mahen tampak menghela nafas lalu menatap kedua putranya,

" sejak kapan kalian tinggal dirumah ini? "

" kami tinggal disini saat Keil dibawa ke kota, para warga tidak ingin rumah ini kosong karena itu mereka meminta kami untuk tinggal disini sementara, dan menunggu seseorang yang dapat dipercaya untuk menjaga rumah ini ", jawab Liam dengan panjang, Liam tidak cerewet tapi hanya tak ingin mereka melempar banyak pertanyaan,

" Lalu apakah kalian tahu tentang kamar yang selalu dikunci? ", sang oma bertanya,

" kami tau, memang kenapa oma? ", Lin yang sedari tadi hanya sibuk bermain dengan Keil akhirnya ikut berbicara,

" apa kalian memegang kuncinya? ",

" tidak, nenek astrid yang memegang kunci kamar itu oma "

Mendengar itu Mahen meminta putranya untuk memanggil nenek astrid karena mereka ingin membicarakan sesuatu tentang Keil, Lin keluar dari rumah kecil tersebut untuk memanggil nenek Astrid, bisa dibilang nenek Astrid adalah sesepuh di desa tersebut, nenek Astrid jugalah yang mengizinkan mereka untuk melakukan pengamatan di desa tersebut,

Baby KeilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang