07 | What's wrong with you?

484 77 10
                                    

"Nah kan kambuh" sindir Winwin, begitu melihat jaehyun hanya memandangi cake pemberian rosé dari lima menit yang lalu dengan senyuman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nah kan kambuh" sindir Winwin, begitu melihat jaehyun hanya memandangi cake pemberian rosé dari lima menit yang lalu dengan senyuman.

Jaehyun terkekeh kemudian menoleh "Mau?"

"Hoek, Sudi!"

Jaehyun tertawa kemudian menoyor kepala Winwin, kemudian ia menarik ponsel dari saku jaket nya dan mulai memotret cake pemberian rosé. Kali ini Jungkook lah yang mendengus.

"Cinta itu benar-benar buta ya" sindir Jungkook, tidak habis pikir dengan kelakuan jaehyun yang tengah kasmaran.

Jaehyun sendiri memasang wajah tidak perduli nya disana.

"Emang kenapa? Bukan nya bagus kan? Kalau si jaehyun suka si rosé?" Eunwo menyerukan pendapat nya.

"Bener tuh, biar dia ga gamon sama jisoo, menurut gue mending di jadiin dia pelampiasan aja si rosé, bikin dia baper, terus tinggalin, itung-itung balas dendam" Ucap Mingyu, yang dibalas gelak tawa dari yang lain kecuali jaehyun.

"Ga gitu ceritanya bangsat! Gue masih punya hati nurani kali, lagian itu udah berlalu kan? Rose juga udah ga ganggu gue lagi kok"

Mingyu mencibir "Dia aja gaada hati nurani waktu masih nyiksa Lo"

"Iya bener, udah lah percuma ngomong sama dia anjir ga guna!" Balas Winwin.

Jaehyun memalingkan wajahnya pada Winwin "Lo—kenapa sewot mulu anjir, Lo naksir si rose juga?"

Winwin langsung tersedak ludahnya sendiri.

[]


Rose mendudukkan dirinya di taman, semilir angin menyapa wajah gadis itu, namun tiba-tiba rasa sakit itu kembali hadir. Rosé reflek menangkup wajah dengan kedua tangan nya karena sudah tidak bisa menahan rasa sesak di dalam hati. Gadis itu menangis lagi— Hatinya terus merasa rindu pada sosok yang telah tiada disana.

Mami Sella. Wajah seseorang yang selama ini mengasuh seketika muncul dalam pikiran— sella ibunya, rose sangat merindukan sosok sang ibu. Sangat—sangat sampai rose dibuat menangis.

Sosok mami sella,layaknya pelita sebagai penerang hidup rose. Ibarat cahaya lilin yang selalu setia menerangi setiap sudut jalan namun ketika berpisah rasa rindu ini, tak bisa lagi ia tahan,

Kepergiannya yang mendadak membuat si gadis pirang terguncang.

Ini sudah tiga tahun lamanya,namun rasa sesaknya masih sama, rasa sesak kerinduan yang sangat amat dalam, ia mengerti sekarang, bahwa rindu paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang telah tiada.

Masih penuh dengan isakan tangis, rose melirik luka yang masih berdenyut sakit di kaki kirinya, gadis itu meluruskan kakinya.

Tangannya terjulur berniat membuka perban yang mengikat kaki kirinya namun karena tangannya tak sampai, rose merasa kesal sendiri, gadis itu berteriak kesal disela tangisnya.

(✓) ᴊᴀɴɢᴀɴ ᴘɪꜱᴀʜᴋᴀɴ ᴋᴀᴍɪTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang