01 - S2

19.9K 1.7K 11
                                    

Riel berkali-kali bolak balik di taman istana, dia terlihat sangat gelisah.
"Apa terjadi sesuatu tuan ?" Tanya Nio.

Riel langsung duduk di dekat Nio.
"Bagaimana ?"

"Bagaimana, apa maksud Anda ?" Nio terlihat bingung.

Riel menghela nafasnya berat.
"Bagaimana kalau aku benar-benar dicerai kan yang mulia Ben ?"

"Eh, memangnya ada masalah apa tuan hingga Anda berpikir seperti itu ?"

Riel kembali menghela nafasnya berat.
"Ini salah ku tapi aku tidak bermaksud serius.. ak-aku ingin bebas tapi tidak mau bercerai" rona merah muda menghiasi kedua pipi Riel.

Nio tersenyum.
"Apa Anda mulai menaruh hati pada yang mulia Ben tuan ?"

"TIDAK! Aku masih normal ! Bicara apa kamu .. !! Jangan mengikuti ku, aku mau kembali ke kamar saja !" Riel beranjak pergi, Nio tau kalau Riel saat ini tengah malu mengakui kalau dia memang mulai menaruh hati pada putra mahkota tapi Nio tidak mau membuat Riel marah jadi dia memilih diam.

Nio menatap langit cerah siang itu.
"Aku pun ingin memiliki orang yang mencintai ku seperti yang mulia Ben"

Di tengah lamunannya, Nio di kejutkan dengan setangkai mawar dari arah belakangnya.

Nio langsung menoleh dan mendapati Saqir berdiri di belakang Nio.
"Hadiah untuk mu, aku mendapatkannya dari perjalanan kembali ke istana" ujar Saqir.

Rona merah muda menghiasi pipi Nio, "Terima kasih" Nio mengambil mawar itu dari tangan Saqir.

Saqir beralih duduk di dekat Nio.
"Boleh aku bertanya ?" Tanya Saqir.

"Iya, silahkan" jawab Nio.

Saqir menghela nafasnya berat.
"Kamu mau ikut kembali ke rumah kayu ku ? Aku akan meminta ijin pada yang mulia Ben juga tuan Riel.. hanya 3 hari saja, akan ku perlihatkan hal indah pada mu"

"Tapi aku pelayan pribadi tuan Riel, kalau aku tidak ada .. ku rasa tuan Riel akan kesulitan"

Saqir mengusap pelan pucuk kepala Nio.
"Jangan khawatir, aku akan meminta yang mulia Ben menunjuk pelayan sementara.. jadi kamu ikut ?"

"Apa kamu bisa meminta hal sulit seperti itu ?" Tanya Nio karena dia takut dimarahin apabila meninggalkan tugasnya.

"Tentu saja, aku akan menunggu mu di gerbang utama besok.. bawa apa yang kamu perlukan selama 3 hari.. aku akan menemui yang mulia Ben" Saqir beranjak pergi meninggalkan Nio yang masih ragu untuk pergi.

Tapi saat malam, dia bertemu dengan Riel dan Riel mengijinkan Nio untuk istirahat selama 3 hari.

Ben meyakinkan Riel untuk mengijinkan Nio pergi dengan mengatakan kalau Nio perlu waktu untuk sendiri karena dia mengeluh akhir-akhir ini stress akan pekerjaannya dan dengan polosnya Riel percaya saja.

Riel tidak mau Nio jadi gila karena Riel masih memerlukan teman untuknya berkeluh kesah.

Setelah mendapat ijin, Nio bergegas merapikan pakaiannya dan membawa apa yang dia butuhkan selama 3 hari.

Sesuai janji Saqir, dia menunggu Nio di depan gerbang utama istana.

"Hanya itu barang bawaan mu ?" Tanya Saqir yang saat ini berada di atas kudanya.

"Hm, hanya ini" jawab Nio.

Saqir turun dari kudanya lalu dengan mudah dia mengangkat tubuh Nio lalu menundukkan Nio di posisi depan.

Rona merah muda terlihat di kedua pipi Nio saat Saqir mengurung tubuh Nio di antara kudanya.

"Kita pergi sekarang ?" Tanya Saqir di dekat telinga Nio.

"Hm!" Nio mengangguk yakin.

Saqir langsung memacu kudanya pergi meninggalkan istana.

.
.

Bersambung ...

I'M A HUSBAND ! (BL21+TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang