12

15.5K 1.6K 18
                                    

Riel berbalik saat mendengar suara pintu terbuka.
"Nio ?" Riel bisa melihat raut wajah sedih dari Nio.

"Kenapa ? Apa terjadi sesuatu ?" Riel mendekati Nio yang hanya berdiri di depan pintu.

Nio menunduk lalu mengelengkan kepalanya pelan, Riel yang cukup peka langsung mengajak Nio masuk ke dalam kamar.

Dia mengajak Nio duduk berhadapan.
Perlahan Nio menaruh jam saku milik Ben di atas meja.
"Maaf tuan, ak-aku .. um, ada tamu di ruangan yang mulia Ben" kata Nio.

"Iya tidak masalah, akan ku berikan nanti .. " Riel menyentuh tangan Nio.
" ...tapi yang lebih penting sekarang, apa terjadi sesuatu pada mu ?"

Nio mengigit bibirnya lalu mengelengkan kepalanya. Nio berusaha kuat, dia tidak mau merepotkan Riel.

"Hei, lihat aku.." Riel menarik pelan dagu Nio.
" ..aku teman mu kan ? Katakan, jangan dipendam sendiri"

Buliran bening keluar membasahi pipi Nio.
"Huuu.. tuan,.  " Nio tak kuasa menahan air matanya.

Riel langsung membawa Nio kedalam pelukannya, Riel mengusap-usap pelan punggung Nio.
"Tidak apa-apa, keluarkan air mata mu.. menangis sampai kamu merasa lega setelahnya mari kita bicara ya, aku akan membantu mu Nio"

Nio langsung menangis tersedu-sedu, satu sisi dia juga merasa beruntung memiliki majikan sebaik Riel.

Setelah puas menangis, Nio menceritakan apa yang terjadi. Dia juga memberitahu Riel kalau dia menyukai Saqir tapi ternyata semua hanya kebohongan yang terencana terlebih Ben juga terlibat.

Mendengar nama Ben, Riel langsung naik darah.
"Bagaimana bisa mereka melukai mu ?! Aku harus menemui yang mulia Ben untuk meluruskan semua ini !"

Grep!
Nio menahan tangan Riel.

"Tidak tuan, biar semua terjadi sesuai keinginan mereka.. aku pun akan bersaksi di persidangan, aku tidak mau menghambat kasus besar dengan melibatkan perasaan.." Nio meremas baju dibagian dadanya.

" ..urusan perasaan, biar lah aku dan Saqir yang membicarakannya berdua"

Riel menghela nafasnya berat, dia mendekat lalu memeluk Nio.
"Jangan sedih terus ya, aku disini.. kita teman"

Nio tersenyum.
"Terima kasih tuan"

Setelah hari itu, Nio terus menghindar saat bertemu Saqir hingga saat persidangan tiba, Nio bahkan tidak menoleh kearah Saqir.

'Apa yang terjadi ? Dia tidak mau bicara dengan ku dua hari ini ?' batin Saqir bertanya-tanya.

Selama di persidangan, Nio memberi kesaksian atas kasus besar ini yang membuat hukuman para penjahat itu semakin berat hingga akhirnya di putuskan beberapa orang yang terlibat juga di hukum mati dan selebihnya di kurung seumur hidup.

Selesai persidangan, Nio berniat kembali ke pekerjaannya tapi tiba-tiba Saqir menarik paksa Nio agar ikut bersamanya.

Saqir mengurung Nio lalu menatap lekat mata Nio.
"Apa yang terjadi Nio ? Apa aku membuat mu marah ?"

Nio menatap sinis Saqir.
"Sangat" ujar Nio.

"Apa ?"

Plak!
Nio menampar pipi Saqir.

"Aku sangat marah" Kata Nio.

Saqir menyentuh pipinya, selama dia bekerja dalam berbagai kasus juga terlibat banyak perkelahian yang terkadang hampir saja membunuhnya tapi entah kenapa tamparan dari Nio terasa yang paling membekas.

.
.

Bersambung ...

I'M A HUSBAND ! (BL21+TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang