Halo! Sebelum baca jangan lupa tekan tombol votenya dulu, ya. Selamat membaca dan selamat bersemesta
Ada begitu banyak hal yang kini tengah bersarang di kepala Rasi. Saling bercabang satu dengan lainnya, saling menciptakan benang kusut yang begitu sulit untuk diurai. Seingatnya, Rasi begitu jarang mengomentari masalah seseorang secara sadar. Dia tahu bahwa beban yang dipikul oleh setiap orang itu berbeda. Kadang kala, sesuatu yang terasa ringan di kita, begitu berat untuk yang lainnya. Namun untuk kasus kali ini, Rasi agaknya harus menahan diri. Menyimpan semua perasaannya rapat dan diam-diam. Dia tahu orang sepertinya tidak berhak untuk mengeluh.
"Ya kalau kamu capek, coba cuti kerja aja, Yun. Lagian kuliah sambil kerja itu berat, lho."
"Ya kali aku berhenti kerja. Terus kuliahku mau dibayar pakai apa, Ras? Uang semesteran masih bisa dibayar orang tua. Tapi biaya hidup sama biaya makan?"
"Ya coba sehari aja untuk istirahat. Atau waktu itu kamu pakai buat rampungi tugas-tugasmu. Biar kelar dan kamu nggak stress kayak gini."
"Waktu sehari buat cuti itu lumayan, Ras. Rugi aku. Kamu sih enak, nggak kerja juga tetap dapat duit. "
Dada Rasi sesak. Meskipun Yuni, teman kuliahnya, berbicara begitu ringan dan gamblang, tetapi tidak pernah semudah itu untuknya. Ucapan Yuni jelas lagi-lagi melukai perasaannya. Lantas gadis itu tersenyum masam, sementara Yuni sendiri tampak begitu santai seolah tak terjadi apapun.
"Ditolak lagi, Ras?"
Rasi mengangguk, ingatannya semasa kuliah mengabur. Digantikan dengan presensi Ratna yang tengah menatapnya. Temannya itu masih dengan pakaian kantornya dan mengambil posisi duduk yang nyaman di hadapan Rasi.
"Terus kata Ibu sama Bapak bilang apa?"
"Ya nggak bilang apapun. Mereka cuma bilang nggak apa-apa, terus minta aku nyoba di tempat lain. Biasalah, orang tua mana tega ngusir anak-anaknya biar langsung cepat ngejar dapat kerjaan."
"Yee, banyak lagi orang tua yang marah-marah karena itu juga."
"Bukan orang tuaku syukurnya," Rasi menggelengkan kepala seraya menghela napas berat, "Bisa makin frustasi aku kalau gitu."
Ratna tertawa kecil, "Klise sih kalau aku bilang ke kamu supaya jangan sedih. Kamu juga pasti nggak mau dengar itu. Cuman, ya, dinikmatin dulu aja, Ras. Jangan buru-buru."
"Maunya gitu, cuma ini, nih," Rasi menekan dahinya dengan telunjuk, "di dalem sini nggak mau berhenti buat tenang bentar aja."
"Susah, sih, itu," Ratna menyeruput sesaat jus stroberi pesanannya, sebelum melanjut tenang, "Cuma sekarang kamu kan nggak nganggur banget, Ras. Masih nyambi freelance, masih nyambi jadi tutor. Seenggaknya kamu bisa mipil pelan-pelan. Lagian nggak semua orang bisa langsung jadi hebat. Aku pun bisa dapat kerja, ya karena sudah susah payah kerja dari kuliah dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Merekah Bintang
Romance[seri semesta kedua] Narajengga Lakeswara adalah seorang podcaster dan penulis muda yang sukses. Karir yang bertahun-tahun dijalaninya menjadi menyebalkan karena akhir-akhir ini ia kehilangan inspirasi untuk menulis. Sampai ketika ia bertemu dengan...