Rasi sudah cukup lama tidak menghabiskan waktu dengan Davi. Selain setelah minggu-minggu kemarin mereka berkumpul bertiga, dia bersyukur kali ini bisa jalan berdua saja dengan sahabat lelakinya itu. Tidak, tidak ada apapun di antara mereka. Rasi secara sempurna menganggap Davi sebagai sahabatnya, tidak lebih. Mereka pun mempunyai batasan yang tidak pernah sekalipun dilewati, baik Rasi dan Davi pernah membicarakan terkait batasannya itu. Semata-mata hanya agar hubungan mereka awet tanpa campur tangan benih-benih cinta. Tidak lama setelahnya, Ratna datang dan bergabung di antara keduanya.
Selain itu Rasi pun tidak akan pernah mungkin menyukai Davi, lelaki itu menyukai sahabatnya yang lain, betul si Ratna. Namun selama ini keduanya memilih diam saja tanpa ada kemajuan apapun. Davi dan Ratna masing-masing mementingkan karir dan kehidupan mereka dulu saat ini. Davi tidak berniat memperjuangkan, Ratna yang tidak berniat terlibat hubungan serius. Keduanya memang cocok untuk itu.
"Yeayyy!! Red velvet!" Rasi berseru ketika Davi datang membawakan minuman kesukaannya.
"Nggak bosen-bosen red velvet, Ras?" Davi menatap ngeri minuman berwarna merah dengan kadar gula yang tidak main-main itu, tampak manis sekali.
"Nggak bosen juga minum latte? Pantas saja hidupmu hambar, Dav. Minumanmu nggak ada yang manis."
"Lah apa hubungannya?" Davi tidak terima.
"Hidupmu jadi lebih manis kalau minum yang manis-manis, ditambah minumnya sembari ditemani si nona manis." Rasi berkata dengan reaksi yang berlebihan, khas Rasi sekali. Tangannya melambai mencoba menyamakan ritme ucapannya, ditutup dengan senyum menyebalkan dan satu alisnya yang merangkak naik.
Davi menatap geli―menjurus ke jijik barangkali, "Nggak usah berlagak manis, aku sudah nemenin kamu lama. Sampai pernah lihat ingusmu keluar dari hidung dan itu nggak ada manis-manisnya."
"DAVI!" Rasi menjerit, dia cepat-cepat memukul punggung sahabatnya itu, "Nggak usah diingetin lagi yang begitu-begitu! Kenapa sih giliran yang jelek-jelek di aku aja yang diinget."
"Ya habisnya―"
"Ingusku keluar juga karena nangis, ya? Nggak usah lebay. Nanti orang kalau dengar mikirnya aneh-aneh."
Lalu Rasi cepat-cepat mengganti topik sebelum Davi semakin meledeknya, "Davi anak ganteng sekarang udah punya pacar belum?"
Davi lagi-lagi menatap jijik, "Pacar apaan, yang satu kemarin aja belum dapat-dapat."
"Uuuuh," Rasi menggoda, matanya memincing jenaka, "kamu kurang usaha, Dav. Bawaannya pasrah mulu. Jadi nggak dapat-dapat. Anyway, kemarin aku habis keluar sama si Ratna."
"Iya, kemarin dia cerita."
Rasi tanpa sengaja melirik sekitar. Ada sekumpulan gadis yang barangkali sedang bersantai dan berkumpul juga di kafe dengan jarak tak jauh darinya. Terlihat sekali mereka sedang membicarakan Davi dan sorot yang penuh dengan ketertarikan. Rasi menatap datar sahabatnya, memang di mana pun itu, Davi selalu menjadi pusat perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merekah Bintang
Roman d'amour[seri semesta kedua] Narajengga Lakeswara adalah seorang podcaster dan penulis muda yang sukses. Karir yang bertahun-tahun dijalaninya menjadi menyebalkan karena akhir-akhir ini ia kehilangan inspirasi untuk menulis. Sampai ketika ia bertemu dengan...