PEMANIS 2

152 11 1
                                    

A YEARS AFTER


Seungkwan membereskan barang barang yang berserakan di lantai, sedikit demi sedikit dia mulai melihat ruangan itu jadi kosong.

"Gonna miss you." Jihoon duduk di tempat tidur dan terlihat sedih. "Tak pernah menyangka kalau salah satu dari kita akhirnya keluar dari rumah ini." Dia bilang, ngeliatin sekeliling kamar yang beberapa hari lalu masih terlihat penuh barang sekarang mulai kosong.

Seungkwan tersenyum. "Dan keluar karena mau tinggal bareng sama tunangan? Siapa yang sangka?" Senyum bahagia dan manis yang selalu dia miliki.

"Kadang aku berpikir, apa jadi nya kamu sekarang ketika kamu tidak memutuskan untuk pergi. Apa kamu akan tetap diam-diam menyayangi Mingyu?" Jihoon kembali mengingat ke masa lalu.

Kembali teringat bagaimana Seungkwan memutuskan untuk pergi dari Seoul, pergi dari semua, melangkah jauh dari Mingyu. He made a big choice and step for his own life, and Jihoon was proud of it.

"Mungkin." Seungkwan mengangkat bahunya. "Kalo Mingyu tidak menjemputku ke Jeju, saat aku kembali mungkin rasa yang ingin aku hapus itu akan kembali lagi." Seungkwan memindahkan beberapa barang jadi dia bisa merebahkan punggungnya diatas karpet.

Dia ingat kala itu, saat dia lelah dengan perasaan terpendam nya, ingin melepas segalanya, tapi dia sebenarnya tau, bahwa dia tidak benar-benar ingin melepas apapun tentang Mingyu.

"Aku juga kadang berpikir. Kalo aku ga kerja sama Mingyu, apa kamu akan bertemu Seungcheol? Tidak ada seorang pria yang seperti dia, tidak ada yang bisa menghadapi Lee Jihoon seperti Choi Seungcheol." Seungkwan bergumam, dia sudah kehabisan tenaga seharian membereskan banyak barang. Seluruh hal pindahan ini membuatnya gila.

"Benar, tidak ada pria sebaik dia." Jihoon menarik nafasnya, antara sedikit menyesal, tapi juga merasa beruntung.

"Hoonie, aku jadi teringat ketika kita pertama kali pindah ke rumah ini."

Jihoon mengikuti jejak Kwani dan tidur di sampingnya, menarik nafasnya, melihat langit-langit kamar. Setelah beberapa tahun tinggal disana mereka baru sadar kalau warna langit-langit rumah itu bukan Putih tapi ada sedikit warna biru.

Mereka berdua diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Sama-sama teringat bagaimana mereka mencari tempat tinggal dan akhirnya menemukan rumah itu setelah 17 rumah mereka hampiri. Banyak kenangan yang tertinggal dirumah itu.

Jihoon tiba-tiba bangun melihat ke arah Seungkwan. "Kwani, let's go drink! sampe pagi."

Mendengar Jihoon, Kwani bangkit dan jadi semangat. Ini malam terakhir mereka tinggal bersama, mereka tidak mau menyia-nyiakan malam ini hanya dengan melamun dan bersedih.

--

Mingyu menoleh ke arah Seungcheol, mereka berdua ada didalam rumah dan melihat kekasih mereka sedang duduk dibawah dengan berbagai botol minuman ada di meja. Bir, Soju, bahkan Wine.

Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam. Mingyu dan Seungcheol datang karena ditelepon oleh kekasih mereka dalam keadaan mabuk.

"Uh, mereka datang bersamaan, berarti tidak ada yang menang atau kalah." Seungkwan bicara dalam keadaan mabuk setelah melihat Mingyu dan Seungcheol di rumah mereka berdua.

"Hehe, kita punya kekasih yang sungguh hebat!" Muka Jihoon memerah dan tersenyum tanpa henti, kebiasaan nya jika mabuk.

Seungcheol menghembuskan nafas nya, "Sepertinya kita harus menginap malam ini." dia bilang setelah melihat rumah yang berantakan, dan dua orang yang jelas akan menderita semalaman dan keesokan pagi. Mereka harus disana untuk merawat kekasih mereka masing-masing.

CONGRATULATION, I MISSED YOU, I LOVED YOU....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang