CH 6

394 47 12
                                    

Seseorang mempost di wallku, menanyakan kapan cerita ini dilanjutkan. aku kaget karena ternyata masih ada yang baca cerita ini.





000oo...oo000


-DIA-

A ZoSan Story

Disclaimer : Semua tokoh dalam cerita ini milik Odacchi

Yaoi || BL



000oo...oo000







-Dua hari setelah pertemuan Zoro dan Sanji di Kafe-







"Apa maksudmu bicara seperti itu?"

Law mengalihkan pandangan dari buku yang tengah dibacanya, ke arah Sanji yang bersandar pada meja kerjanya dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Tidak ada tuntutan besar dimatanya, alih-alih, ia malah terlihat bosan.

"Apa?" tanya Law, tidak mengerti ke arah mana pertanyaan Sanji.

Kedua bola mata sejernih langit itu memutar malas. "Dia Kekasihku." Kata Sanji dengan nada menyebalkan. "Jadi, sejak kapan tepatnya aku menjadi kekasihmu? Aku tidak pernah ingat."

"Oh"

"Jangan hanya Oh Oh, Dokter Law yang terhormat."

Sanji mengenal Law sudah cukup lama, kira-kira tiga tahun lalu, sejak Zeff, yang berstatus sebagai ayah angkatnya mulai menderita sakit punggung, keduanya jadi sering bertemu di rumah sakit.

Saat itu Law masih berstatus sebagai mahasiswa kedokteran yang sedang magang.

Mungkin karena jarak usia mereka tidak terlalu jauh, mereka jadi cukup akrab.

Setelah lulus, Law bekerja di salah satu rumah sakit besar di kota mereka. Dan sekarang pria itu memiliki pekerjaan paruh waktu baru, ya, sebagai dokter di kampus Sanji.

Untuk mengubah suasana hati, katanya, saat Sanji bertanya mengapa dokter sepertinya malah bekerja di kampus. Seperti penghasilan Law yang terbilang besar itu tidaklah cukup saja.

Dan tidak aneh jika Sanji lumayan dikenal di rumah sakit tempat Law bekerja. Karena Law sendiri yang memberitahu para pegawai rumah sakit, kalau Sanji ingin menemuinya, pria bersurai keemasan itu tidak perlu membuat janji terlebih dahulu.

'Orang Istimewa Dokter Law' mereka menyebutnya.

Seperti tiga menit yang lalu, pria itu masuk begitu saja ke ruangan Law bahkan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Untung saja Law tidak sedang kedatangan tamu lain atau kolega penting.

Law meletakkan buku yang dipegangnya. Melirik ke arah jam dinding sebentar, sekedar untuk memastikan bahwa jam istirahatnya masih cukup untuk mengobrol beberapa menit, karena dia baru ingat bahwa dia belum makan siang.

"Tidak apa-apa kan? Lagi pula itu hanya omong kosong."

Sanji mendesah, terdengar begitu jengkel. "Justru karena itu hal terkonyol yang pernah kudengar keluar dari mulutmu, aku jadi ingin tahu."

Law menganggukkan kepalanya pelan, menyetujui ucapan Sanji. Toh tidak ada ruginya jika pria itu tahu alasan Law, karena sungguh itu bukan apa-apa. "Singkatnya, dulu gadis itu pernah menyukaiku." Dia memberi jeda sebentar. "Kubilang padanya bahwa aku sudah punya kekasih dan dia ribut mengatakan aku berbohong."

"Memang bohong kan?" sembur Sanji cepat.

"Ya." Jawab Law. "Sekarang seperti yang kau lihat, dia sudah memiliki gandengan. Tapi kupikir, sekalian saja kuperkenalkan kekasih hantuku." Ucapannya terhenti, perlahan sudut bibirnya terangkat naik saat menatap Sanji. "Dan kebetulan kau ada disana."

Dalam sepersekian detik yang cepat, sebuah buku tipis menghantam kepala Law. Bukannya marah, pria bersurai hitam itu hanya tertawa.

Terlebih  saat Sanji membentaknya, dengan nada sedikit geli "Sialan kau!"





::::ooo...ooo::::







"Kupikir, kau perlu bicara dengan Zoro." Ussop berbisik di telinga Sanji. Mereka tengah berada di kursi penonton di lapangan basket kampus.

Pertandingan sedang berlangsung, dan tempat itu diisi oleh sorakan heboh para pendukung.

"Apa?" tanya Sanji, sedikit berteriak agar terdengar. Dia tidak mengerti, kenapa Ussop tiba-tiba membahas Zoro?

Belum ada dua puluh menit mereka duduk disana, dan tidak ada percakapan mengenai Zoro.

Mendadak sekali.

Keduanya memutuskan untuk keluar dari lapangan basket karena Sanji tidak ingin terus berteriak.

"Bukankah aku sudah bilang, biarkan saja anak itu. Kita bahas dia nanti saja kalau dia sudah kaya." Kata Sanji setelah mereka berhasil keluar dari lapangan.

Ussop memutar malas kedua bola matanya. "Dia sudah kaya sejak dulu, kalau kau lupa." Dia mendengus saat melihat cengiran konyol sahabatnya. "Tapi serius, bicaralah padanya. Belakangan ini dia terlihat menyeramkan."

Sanji menaikkan sebelah alis matanya, yang terlihat, tentu saja. "Kau bertemu dengannya?" Dia tidak ingat pernah berpapasan dengan Zoro semenjak pertemuan mereka di kafe.

"Dalam dua minggu terakhir dia beberapa kali terlihat datang ke kampus. Mungkin pekerjaannya sedang longgar, walau kuragukan." Kata Ussop sembari menaikkan bahu. "Yah, atau, mungkin saja dia merasa sudah tertinggal cukup jauh, aku tidak tahu. Tapi dia jelas terlihat seperti akan menikam orang." Tubuhnya bergidik saat mengingat wajah menyeramkan Zoro yang ditemuinya beberapa hari lalu di lorong kampus.

Mendengar itu Sanji hanya mengibaskan tangannya acuh. "Anak itu memang memiliki wajah seperti iblis, kuberitahu kau, kalau-kalau sekarang kau yang lupa."

"Tapi belakangan ini lebih parah dari itu!" sembur Ussop menegaskan.






"Dan dia menanyakanmu."







.

.

.

With Love,

Cndy


oo.....oo


Tes ombak dulu ya, mau lihat sebanyak apa orang yang masih nungguin cerita ini

makasih buat semua yang udah mampir, vote, dan komen




DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang