CH 7

297 39 5
                                    

-DIA-

A ZoSan Story

Disclaimer : Semua tokoh dalam cerita ini milik Odacchi

Yaoi || BL




000oo...oo000







Sanji bisa melihatnya dengan jelas, ketika tubuh Usopp tiba-tiba bergetar hebat dengan sorot mata ketakutan seperti tengah melihat hantu.

"Bicara soal nasib buruk." Cicit pria berambut ikal itu.

"Ap─"

Belum selesai Sanji bicara, Usopp sudah lebih dulu mencengkram pundaknya. Matanya menatap lurus mata Sanji, tidak goyah, walau masih ada kilat ketakutan disana. "Berjanjilah padaku, kau tidak akan membuatnya lebih marah dari ini."

Kerutan kecil muncul di persimpangan kedua alis pria bersurai keemasan itu, tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka. "Kau ini bicara apa si─"

Lagi, belum tuntas ia bicara, Usopp sudah menegakkan tubuh dan melambaikan tangan, membuat Sanji refleks memutar tubuhnya.





Oh sial...





Pria berambut hijau itu, Zoro, ada disana.

Dengan langkah tegas dan angkuh, pria itu berjalan ke arah dimana Sanji dan Usopp berada.

Pantas saja Usopp ketakutan setengah mati, pikir Sanji.

Dia bisa melihatnya dari raut wajah Zoro yang jelas tidak bersahabat. "Seperti akan menikam orang" kata-kata Usopp kembali berputar ulang di benaknya.

Yah, perumpamaan yang luar biasa tepat.

Zoro berhenti tepat di hadapan Sanji, dengan jarak yang hampir terlalu dekat. Tapi Sanji tidak beranjak sedikitpun, bahkan untuk sekedar memundurkan tubuhnya ke belakang, karena dia sama sekali tidak merasa takut pada pria berambut lumut itu.

Lagi pula, Zoro jelas tidak punya alasan untuk meninjunya. Sanji tidak ingat dia melakukan kesalahan sampai harus dipukul.

Barangkali seharusnya Sanjilah yang mempunyai niatan untuk setidaknya menendang tulang kering sahabat kecilnya itu.

Ya, dia masih merasa kesal.

Ketika kedua mata mereka bertemu, Sanji tahu hari ini akan menjadi hari yang melelahkan. Padahal sampai setengah jam yang lalu dia masih merasa gembira.

Sejujurnya, kalau Zoro tidak menatapnya dengan kilatan amarah seperti yang dilakukan pria itu sekarang, mungkin Sanji sudah dengan senang hati merangkul model yang tengah naik daun itu seperti apa yang biasa dia lakukan, dahulu.

Di belakang Sanji, Usopp hanya mampu melirik kedua sahabatnya bergantian, terlalu takut untuk memulai pembicaraan. Kalau bisa, dia malah ingin secepatnya pergi dari sana.

"Apa?" tanya Sanji akhirnya setelah beberapa menit yang panjang, tidak betah dengan keheningan diantara mereka.

"Ikut aku." Suara berat milik Zoro bernada perintah.





Sanji tidak suka itu.





Ia melipat kedua lengan di depan dada dan sedikit memiringkan kepalanya. "Tidak mau, kenapa aku har─"



"AAAHH!!"



tiba-tiba saja Usopp berteriak, membuat Sanji kaget setengah mati. "Tentu, kalian bicaralah berdua. Aku tiba-tiba mendapat panggilan untuk segera ke toilet. Ugh.... Bye!" Usopp berlari pergi setelah mengatakan semua itu dalam satu tarikan nafas yang cepat, sambil pura-pura memegangi perutnya yang sebenarnya baik-baik saja.

Sanji mengerjapkan matanya beberapa kali, tidak habis pikir setelah melihat akting buruk sahabatnya. "Si sialan itu" bisiknya, menatap kepergian Usopp dengan wajah datar.

"Mobilku di parkiran."

Oh, sesaat tadi Sanji jadi melupakan Zoro. Ia menghela nafasnya, lalu kembali melihat ke arah pria itu. "Bicarakan saja disini. Aku tidak punya banyak waktu."

"Kau punya." Bantah Zoro. "Kau ikut atau kuseret kau kesana."

Itu bukan pertanyaan, Sanji tahu. Pria itu memaksanya.







Ternyata ada hal yang tidak berubah.







oooOOO...ZoSan...OOOooo







Sanji menatap bingung bangunan yang baru saja mereka masuki. "Apartemenku?" tanyanya sambil melepaskan sabuk pengaman setelah mereka sampai di basement.

Sungguh konyol, bukankah Zoro yang bilang kepadanya agar mereka tidak saling berhubungan? Tapi sekarang pria itu pulalah yang menemuinya, bahkan membawa mereka ke apartement Sanji, tempat keduanya banyak menghabiskan waktu bersama sebelum sifat arogan Zoro yang tidak masuk akal menciptakan semua kekacauan yang terjadi di antara mereka.

"Di rumahku ada Perona." Balas Zoro, seakan jawaban singkat darinya bisa menjelaskan semuanya.

Keheningan kembali menyapa saat Sanji memutuskan untuk tidak melanjutkan pembicaraan. Bahkan saat di lift, pria itu menjaga jarak dari Zoro. Ia berdiri jauh di belakang, menyenderkan tubuhnya di sudut ruangan.

Jujur saja, semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Perubahan sikap Zoro yang seakan membencinya, dirinya yang baru mengetahui bahwa Zoro sudah memiliki seorang kekasih, lalu sekarang pria itu yang memaksa untuk menemui Sanji.

Begitu banyak kemungkinan-kemungkinan yang berlalu lalang di benak pria itu, Sanji tidak tahu apakah diantaranya ada kemungkinan yang benar.

Saat kepalanya kembali berdenyut nyeri, ia memutuskan untuk melepaskan semua kemungkinan itu.


-



Saat memasuki apartemennya, Sanji bergegas pergi menuju dapur dan menyalakan kompor untuk memasak air panas.

Tidak sopan membiarkan tamu bicara tanpa menyuguhkan apapun.

Sekalipun itu orang yang sangat menyebalkan seperti Zoro.


-


Dengan cangkir teh di kedua tangannya, Sanji berjalan ke ruang tamu kecilnya.

Dari belakang dia bisa melihat Zoro duduk di salah satu sofa, terlihat begitu akrab.

Yah, pria itu sudah teramat sering berada disana. Ia bahkan memperlakukan apartemen Sanji seperti rumahnya sendiri.







"Jadi? Sekarang kau memutuskan untuk bicara padaku setelah mengusirku?"





.

.

.

With Love,

Cndy



Makasih banyak untuk semua yang udah komen ataupun vote di chapter sebelumnya

Dan aku baru sadar salah menulis nama Usopp selama ini, maaf banget :"(

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang