CHAPTER 2

838 59 2
                                    

"Kardus apa ini?"

Sepertinya aku baru tau ada kardus diatas lemari ini hingga sudah sangat berdebu.

Kubuka perlahan, dan ternyata ini foto pernikahanku dulu dengan mas Hamdi yang tak pernah dipajang setelah mempunyai seorang anak.

"Kenapa bisa jatuh sih!"

Aku kembali meletakan kardus ini tepat di pojok kamarku. Aku mulai merebahkan kembali tubuhku serta perlahan memejamkan mata.

**

Duar..

Jendela dikamarku tiba-tiba terbuka ditengah malam gelap seperti ini.

"Apa ini?"

Angin sangat kencang dengan ranting-ranting pohon saling bergesekan satu sama lain, dengan terpaksa aku menutup jendela ini karena angin begitu kuat.

"Ya ampun, angin bisa sekenceng itu."

Aku menengok kearah jam Beker yang memang sudah terpampang di atas meja riasku.

"Pukul 00.01" gumamku dalam hati.

Malam ini tidak bisa tertidur dengan pulas, mataku pun tak ingin memejam kembali. Jadi aku putuskan untuk membuka gawaiku.

Kubuka aplikasi berwarna biru ini yang biasa banyak info atau status dari orang ramai.

"Banyak sekali info berita kecelakaan mas Hamdi?" gumamku.

Tak hanya sekali dua kali, hampir aku temui setiap men-scroll secara perlahan. Aku kembali menutup ponselku dengan alih-alih agar aku merasa kantuk. Namun, nihil aku tak merasa ingin tidur kembali.

Aku kembali memeriksa ponselku, tidak sengaja men-stalk akun mas Hamdi yang beberapa hari lalu membuat sebuah status baru.

Kulihat dengan seksama foto mas Hamdi dengan kedua anakku tengah foto bersama dengan caption "Bersama orang tersayang" dengan emoticon love merah.

Selanjutnya, aku men-scroll kebawah sampai aku menemukan sebuah komentar dari seorang wanita, ini akar yang membuat diriku murka padanya.

Wanita ini selalu memberi ucapan semangat pada mas Hamdi, hampir setiap ada postingan baru darinya.

"Ah tidak berguna!"

Aku membanting ponselku dengan sedikit keras keatas kasur. Amarahku kembali memuncak, namun aku tersadar bahwa mas Hamdi sudah tidak ada di dunia ini.

"Kalau saja mas Hamdi tak ku tumbalkan, dia masih saja bermain dengan wanita itu." gumamku.

Sreek.. Srekk.. Sreekk..

Suara alas kaki orang yang sengaja diseret. Aku mendengar seksama suara itu, namun perlahan menghilang.

"Duh, jangan-jangan mas Hamdi jadi gentayangan?"

Kembali aku berbaring menghadap tembok namun...

"Mas!"

Mataku terbelalak, dengan terkejut melihat mas Hamdi dengan balutan kain kafan lusuh serta kepala yang terbelah dengan darah segar mengalir.

Mataku tak berkedip, aku berharap aku tengah bermimpi namun sepertinya ini bukan mimpi.

Perlahan aku memejamkan mataku, berharap sosok ini pergi. Dan akhirnya. Sosok ini pergi dengan sendirinya.

"Ya ampun, apa dia mas Hamdi?"

"Apakah dia tidak terima dengan perbuatanku?"

Hatiku terus bertanya perihal itu. Degup jantungku berdebar-debar, keringat dingin mulai bercucuran. Kembali ku buka ponselku untuk meneliti jam.

00:35

Ternyata sudah setengah jam berlalu aku terbangun, aku berusaha untuk memejamkan mata namun bayangan sosok tadi terus menghantui malam tadi.

Bau amis dengan semerbak aneka bau aneh mulai tercium dan sangat menggangu hidungku. Aku menutup seluruh tubuhku dengan selimut berharap bau tersebut hilang tak mengganggu kembali.

Sreekk... Sreekk.. Srekk..

Suara alas kaki diseret kembali kudengar namun, suara itu seperti jelas di dekat pintu kamarku.

Tok.. Tok.. Tok..


#Bantu vote dan share ya, biar banyak yang baca dan aku rajin updet tiap hari.



THE DEVIL OF MOM 2 [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang