Vier memasuki rumah kembali saat dirinya mengingat belum membawa flashdisk presentasi untuk meeting nya berasama klien penting dari UK.Sambil membenarkan kancing lengan bajunya, pria berusia 32 tahun itu berjalan tergesa menaiki tangga menuju lantai dua. Di arah yang berlawanan, seorang wanita cantik bergaun putih berjalan anggun sambil menenteng jas putih khas seorang dokter.
Vier berhenti sejenak kemudian melirik wanita itu yang melewatinya begitu saja seakan pria itu tidak pernah ada.
'seperti biasa'
Vier mengedikan bahunya acuh lantas melanjutkan kembali langkah kakinya.
Sejak menikah satu tahun yang lalu, kehidupan seorang Zavier Orlando bisa dibilang tidak banyak berubah. Bahkan mungkin sama sekali tidak ada perubahan.
Hari-harinya dilalui seperti biasa. Makan, tidur, bekerja kemudian makan lalu tidur lagi. Dan sesekali pria itu pergi berkumpul bersama teman-temannya. Tidak ada yang spesial. Meskipun ia telah beristri sekalipun.
Begitu juga dengan Lyn atau Alyna Davis. Dokter muda berdarah campuran itu sama sekali tidak terganggu dengan pernikahan hasil perjodohan kedua orangtuanya.
Baginya, Zavier hanyalah orang asing yang datang lalu akan pergi setelah ia bosan. Setelah itu, mereka akan kembali menjadi orang asing yang tak pernah saling mengenal.
Memang begitu seharusnya bukan?.
Maka dari itu, Lyn maupun Vier, keduanya tidak pernah terlibat dalam sebuah obrolan panjang meskipun tinggal di satu atap yang sama.
Selain karena kesibukan masing-masing, juga karena keduanya saling membentengi diri untuk tidak terlalu dekat satu sama lain.
Seperti pagi ini contohnya. Lyn dengan rutinitas hari seninnya, mengenakan gaun putih dan tak lupa membawa snelli kebanggaannya. Juga seikat white tulips yang dipetik langsung di belakang rumahnya.
Vier selalu heran, apakah pergi ke rumah sakit harus mengenakan gaun dan juga membawa seikat bunga?.
"Hei, apakah istrimu selalu seperti itu setiap hari?". Bryan, asisten sekaligus teman baik Vier bertanya heran. Meskipun ia telah sering melihat keanehan istri sahabatnya, belum pernah ia melihat hal yang lebih aneh dari seorang Lyn seperti hari ini.
"Like what?". Vier mengangkat sebelah alisnya bertanya.
"Mengenakan gaun putih dan membawa white tulips ke rumah sakit?".
Vier mengangkat bahu acuh. "Mungkin dia ingin menjenguk pasiennya".
"Menjenguk pasien harus mengenakan gaun seperti itu?". Bryan bergumam.
"Sudahlah, ayo pergi. Kau tidak ingin gajimu ku potong bukan!!".
Bryan memicingkan matanya tajam"Awas saja jika berani". Ia lantas memasuki mobil dan duduk di kursi kemudi.
Vier tersenyum miring lalu duduk di samping sahabat sekaligus asisten nya itu.
"Eh, bukankah itu mobil istrimu?". Bryan menunjuk mobil putih yang berbelok berlawanan dengan arah mobil mereka.
"Hm, apakah rumah sakit sudah berpindah lokasi?". Gumaman pelan itu terdengar oleh Bryan dan pria itu langsung menghadiahi Vier dengan delikan tajam.
"Belum bodoh". Bryan melempar Vier dengan pulpen.
"Kurasa, hanya kau yang berani melempar dan mengatai bosnya bodoh". Pria beristri itu menatap datar sahabatnya yang langsung mengalihkan wajahnya menghindar.
"Ekhem". Bryan berdehem, matanya mencari-cari keberadaan mobil putih tadi yang kini sudah tak terlihat lagi. "Em, kira-kira kemana istrimu pergi?".
Vier mengedikan bahunya.
"Mungkinkah dia berselingkuh darimu?"
Oke, Vier mulai jengah dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabanya.
"Jika kau masih ingin bekerja padaku, maka tutup mulutmu dan fokuslah mengemudi".
"Aaaa o-oke. Tapi, aku masih pena-...". Bryan tak lagi melanjutkan perkataannya saat melihat mata Vier yang semakin menajam.
Bryan mengangkat sebelah tangannya lalu menepuk bibirnya pelan."Astaga mulut, kenapa kau berkhianat pada tuanmu".
***
Kawasan elit Oakville.
Sebuah mobil putih berhenti di pekarangan rumah mewah. Kemudian, seorang wanita cantik bergaun putih dan membawa seikat bunga white tulips turun lalu memasuki rumah mewah tersebut.
Kedatangannya ke rumah itu telah dinantikan oleh para pekerja disana. Seluruh maid dan pekerja berbaris rapi untuk menyambut sang tuan rumah. Tak lupa, mereka berpakaian serba putih seperti halnya wanita cantik yang kini berdiri anggun menatap lurus pada tangga menuju lantai dua.
"Didi!!". Panggil wanita itu pada seorang kepala maid.
"Ya nona?".
"Ganti bunga dipekarangan dengan warna putih". Ucapnya datar.
Didi mengernyitkan alisnya. Seingatnya, seluruh bunga dipekarangan rumah ini sudah berwarna putih. Mengapa harus diganti? Bukankan warnanya sudah putih?.
"Didi!!!" Wanita itu kembali berseru.
"O-oh, baik Nona". Lebih baik meng-iya-kan terlebih dahulu daripada Nonanya merasa tidak senang.
"Bawakan air ke lantai dua". Perintah wanita itu lantas ia berjalan anggun meninggalkan para maid dan pekerja yang sejak tadi berdiri tegang dengan kepala menunduk.
"Huuh, aku merasa tercekik setiap kali nona berkunjung kemari". Bisik seorang maid pada temannya.
"Ya kau benar. Nona sangat menyeramkan. Meskipun wajahnya cantik, tapi matanya selalu kosong dan datar. Dan lagi, aku sangat penasaran dengan 'sesuatu' yang ada di lantai dua itu. Kenapa kita tidak diperbolehkan membersihkan seluruh ruangan yang ada disana".
"Syuut, jangan berisik. Jika mrs. Didi mendengar kalian membicarakan nona, dia akan memecat kalian langsung sekarang juga. Biarlah 'sesuatu' di lantai dua itu menjadi privasi nona Lyn". Seorang maid yang lebih senior menegur kedua orang itu.
Kedua maid itu menunduk patuh. Mereka lalu kembali pada pekerjaan masing-masing.
Sedikit tentang Didi. Dia adalah wanita kepala empat yang dipercaya untuk mengurus semua hal di rumah mewah itu saat Lyn tidak berkunjung.
Didi adalah orang kepercayaan Lyn yang memiliki kekuasaan penuh atas rumah tersebut termasuk mengurus semua hal di lantai dua kecuali satu kamar yang ditempati Lyn jika berkunjung di hari senin dan minggu.
Mengenai Lyn yang selalu mendatangi rumah itu dengan gaun putih dan membawa seikat white tulips, hal itu masih menjadi misteri di kalangan para pekerja dan maid. Dan bahkan bagi Didi sendiri.
Pekerja dan maid juga dibuat bingung saat mereka di minta untuk memakai pakaian serba putih saat Lyn berkunjung. Awalnya mereka berfikir mungkin Lyn memang mencintai warna putih dilihat dari keseluruhan rumah mewah itu yang berwarna demikian.
Namun, hal itu semakin membingungkan kala Lyn juga meminta mereka untuk melemparkan setangkai white tulips yang dibawanya ke kolam dibelakang rumah ketika Lyn akan meninggalkan rumah tersebut.
Bukan hanya itu, Lyn juga kerap kali membawa peralatan rumah sakit seperti jarum suntik dan stok infus setiap satu bulan sekali.
Mereka pikir, mungkinkah Lyn sedang sakit? Namun, mengapa tidak melakukan pengobatan di rumah sakit alih-alih di rumah ini?. Atau, Lyn memang sakit dan tidak ingin orang lain tahu selain para pekerja di rumah itu?.
Termasuk keluarganya?
Sebenarnya, ada apa dengan nona mereka ini?.
Ada apa dengan Lyn?.
Ada apa dengan hari senin dan minggu?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lyn?? (ON-GOING)
RandomLyn terlibat perjodohan. Kedua orang tuanya khawatir saat melihat putri semata wayang mereka tak kunjung menikah di usianya yang sudah menginjak 28 tahun. Oleh karenanya, Lyn harus menerima dipasangkan dengan seorang pengusaha muda. Namun, siapa san...