Namanya Park Seonghwa. Lelaki dua puluh tujuh tahun itu tengah menikmati senja di balkon rumahnya sembari menunggu Hongjoong—suaminya—pulang kerja.
Angin semilir yang berhembus itu sedikit lebih dingin dari biasanya karena memang sebentar lagi musim dingin akan tiba. Seonghwa mengeratkan selimutnya sembari sesekali menyeruput cokelat panas yang mulai mendingin di genggamannya.
Manik kembarnya menatap pemandangan matahari tenggelam di depan sana sembari tersenyum teduh. Sedari tadi otaknya terus berpikir tentang sesuatu yang ia inginkan sejak menikah dengan Hongjoong, seorang anak.
Selama tiga tahun Seonghwa di rumah ini, ia selalu sendiri. Hongjoong sibuk bekerja menjalankan perusahaan yang diberikan oleh ayahnya dan Seonghwa hanya berdiam diri di rumah yang cukup besar itu. Ia bosan tentu saja. Maka dari itu Seonghwa berpikir untuk mengadopsi seorang anak agar menemaninya di rumah.
Tapi apakah Hongjoong akan menyetujuinya?
Pasalnya, Hongjoong agak sensitif dengan topik ini karena perihal ini sempat menjadi permasalahan dipernikahan mereka dulu.
"Aku pulang ...!"
Nah itu dia, Hongjoong pulang. Seonghwa akan mengutarakan keinginannya. Disetujui atau tidak itu urusan belakangan, yang penting ia sudah mengatakannya pada Hongjoong. Apapun keputusan suaminya nanti, Seonghwa akan menerima itu.
Dengan langkah sedikit terburu-buru Seonghwa turun berjalan ke ruang tengah. Hongjoong tampak begitu lelah merebahkan tubuhnya di sofa.
Ketika sampai di samping sofa, Seonghwa menghela napas melihat keadaan Hongjoong yang berantakan. Surai hitam yang tadi pagi ia tata rapi kini sudah acak-acakan, kemeja putih dengan tiga kancing atasnya terbuka, dan jas berwarna hitam yang tergeletak di meja. Oh ya, jangan lupakan sepatu Hongjoong yang tinggal sebelah. Kebiasaan, lelaki Kim itu pasti meninggalkan yang satunya di depan pintu.
Seonghwa menggelengkan kepalanya. Ia pun turut merasakan lelah suaminya hanya dengan melihat keadaan pria itu sekarang. Tampaknya ia harus menunda untuk memberitahu Hongjoong perihal keinginannya mengadopsi anak.
Seonghwa menarik tungkainya perlahan mendekati Hongjoong. Ia berjongkok tepat di depan wajah suaminya yang tengah terpejam.
"Joongie,"
Tak ada jawaban. Seonghwa memanggilnya lagi.
"Joong, mandi dulu. Aku siapin makan malam buat kita." Hongjoong hanya menjawab dengan dehaman.
Sepertinya Hongjoong sangat kelelahan, jadi Seonghwa membiarkannya beristirahat di sofa sebentar. Toh, paling beberapa menit lagi akan bangun. Suaminya itu tidak pernah bisa tidur dalam keadaan tubuh lengket berlumur keringat.
Sesampainya di dapur, Seonghwa bingung tentang menu apa untuk makan malam kali ini. Ia melihat-lihat persediaan dalam kulkas dan menemukan beberapa butir telur dan daging. Dengan itu Seonghwa memutuskan untuk memasak menu sederhana saja. Tumis daging dan telur gulung, mungkin?
Deg
Bahunya tiba-tiba terasa berat. Seonghwa dapat merasakan pinggangnya direngkuh erat dari belakang. Hembusan napas menderu di lehernya membuat ia merasa geli.
"Hongjoong—"
"Ngecas dulu, Hwa. Capek banget nih."
"Ngecas-ngecas, apaan?! Cepet mandi sana, kamu bau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Home [Joonghwa ft ateez baby]
Fanfic[Joonghwa ft Ateez baby] It's just Ateez as family a lil bit bxb