Sebelum baca Mimin mau kasih tahu, semisal ada typo tandain yah.Happy Reading
"Minum dulu ta!" Ian memberikan segelas air putih kepada Nanta, Nanta meminum air tersebut hingga habis.
Ian duduk disamping Nanta, menatap pemuda yang lebih kecil darinya itu.
"Dia orangnya?"
Nanta mengangguk
"Lo ngak di apa-apain kan?"
Nanta menggeleng
Okeyy Ian frustasi karena Nanta setiap ditanya hanya menggeleng dan mengangguk saja.
"Ta liat gua!" Ian memegang bahu nanta, membuat pemuda itu menatap dirinya.
"It's okay dia udah pergi, dia ngak bakal ganggu jadi Lo tenang ya"
Nanta kembali menunduk, tidak membalas perkataan Ian.
"Jangan digaruk ta, nanti tangan Lo luka" peringat Ian mengambil tangan Nanta yang menggaruk tangannya sendiri.
"Assalamualaikum Dafa yang ganteng, tampan dan Sholeh ini datang ki- lh Nanta lu kenapa?" Arsa dan Dafa yang baru masuk itu segera menghampiri Nanta dan Ian, mereka melihat kondisi BarCoff yang sedikit berantakan, apalagi ada bekas pecahan kaca dilantai.
Arsa menatap ian, mulutnya bergerak tapi tidak bersuara "kenapa?"
"Ta kenapa?" Tanya Dafa, Arsa menatap Dafa tajam ingin sekali ia memukul anak ini jelas ia bertanya kepada Ian karena Nanta yang tampak belum bisa di ajak bicara, namun ya dasarnya Dafa yang tidak peka jadi makhluk.
"Ngak papa kok, i itu tadi ada pelanggan yang ngamuk biasa lah" Nanta menjawab dengan suara sedikit gemetar.
"Ngamuk kok sampe pecahin gelas gitu?" Ucap dafa.
"Ya namanya orang ngamuk, pasti apapun di rusaknya" sahut Ian.
"Kok bisa ngamok?"
"Salah paham aja tadi, udah biarin aja gua beres beres bentar kalian duduk aja" Nanta berdiri ia mengambil sapu kebelakang untuk membersihkan pecahan kaca tadi.
"Yan beneran?" Tanya Arsa karena kurang percaya dengan ucapan Nanta tadi.
"Ya gitu, gua aja nyampe pas kejadian udah selesai mana gua tahu" jawab Ian.
Setelah membereskan kekacauan itu, Nanta membuatkan minuman untuk teman-temannya.
"Eh ta tapi Lo ngak di apa-apain sama tu orang kan?" Tanya Dafa sembari meminum minumannya.
"Enggak kok"
"Bagus deh kalo gitu"
Kringg
Serempak mereka menatap pintu.
Seorang remaja berpakaian kasual berdiri disana, ia merasa canggung karena ditatap oleh empat pemuda ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ananta Gafandra
Teen FictionPergi karena siksaan mereka, berharap dapat hidup tanpa ada belenggu keluarga melupakan mereka yang tak pernah peduli dengan proses dewasanya. perasaan sakit dan kecewa membekas bak torehan pisau tajam yang menyayat hatinya, trauma hidup yang harus...