1 - Ketos

7 0 0
                                    

“Berharap untuk bisa melupakan, tetapi tak bisa.
Entah sudah berapa banyak waktu aku habiskan, hanya untuk terus memikirkanmu.”

— Dewangga Jefano Alaska

***

"Dewangga Jefano Alaska!"

Pemilik nama itu menghembuskan nafas kasar, ia berbalik dan menoleh pada perempuan berambut panjang yang tengah menatapnya di ujung koridor. Perempuan itu berkacak pinggang, matanya melirik dengan tajam.

"Apa?" Jefano menatap datar, perempuan itu sedang berjalan kearahnya dengan langkah cepat.

"Masih muda, gak lupa sama yang barusan diperbuat?" Jiandra Nouzella, menatap Jefano dengan raut marah.

"Terus mau lo apa?"

"Tanggung jawab, lah. Enak aja udah telat mau masuk-masuk ke kelas!" Jiandra berdecak.

"Tanggung jawab apa? Jadi pacar lo?"

Jiandra bergidik mendengar ucapan seorang laki-laki dengan percaya dirinya yang tinggi itu. "Selera gue gak serendah itu." gumam Jiandra yang masih bisa terdengar dengan jelas.

Jefano mendesis. "Masih sama ternyata."

"Sekarang lo ikut gue!" tandas Jiandra, perempuan itu berjalan mendahului Jefano yang masih berdecak kesal.

Merasa tak ada yang berjalan dibelakangnya, Jiandra membalikan badan. Namun, dada bidang milik seseorang baru saja membentur wajahnya dengan keras.

"Jangan suka berhenti ditengah jalan mangkanya." Jefano terkekeh geli saat melihat ekspresi dari perempuan yang terlihat kesal itu.

"Jalan lo gak harus sedeket ini. Mau banget, ya lo deket sama gue?" desis Jiandra.

Jefano membalas dengan cepat. "Mau."

Rasa kesal Jiandra semakin naik, saat cowok itu selalu menggodanya. "Gue harap ini terakhir kalinya gue berurusan sama lo! Enggak akan pernah lagi!" tekannya.

****

Mengurus beberapa anak terlambat, membuat emosi Jiandra nain turun. Perempuan itu menyenderkan tubuhnya ke tembok, duduk di kursi kayu. Menyerka keringat dari dahinya, ia harap masuk ke ruang OSIS dan tidak mengikuti pelajaran pertama tak begitu buruk.

Jiandra lelah, perempuan itu benar-benar pusing dan butuh istirahat serta udara segar, mungkin? AC dalam ruang OSIS tak cukup membuat tubuhnya merasa lebih dingin. Marah-marah membuatnya panas karena rasa kesal masih bercampur dengan rasa lelah.

"Hai, Ra! Kok disini?" Seorang cowok jangkung masuk kedalam ruang OSIS.

"Ah, iya, Kak. Aku cape banget, males mau masuk ke kelas." keluh Jiandra.

Cowok itu terkekeh pelan, ia duduk di samping Jiandra. Rasanya, benar-benar membuat Jiandra ingin sekali mencopot jantungnya saja. Bisa-bisa detak jantungnya yang berdetak cepat itu bisa terdengar oleh Raka-mantan ketua OSIS-kakak kelasnya.

"Seharusnya sebagai ketua OSIS itu harus mencotohkan yang baik, sih. Gak bolos pelajaran seperti ini," ucap Raka membuat wajah Jiandra berubah seketika.

"Seharusnya memang iya. Aku ketua OSIS macam apa, lebih baik aku-"

"Tapi ketua OSIS juga manusia. Santai aja, Ra." Raka kembali terkekeh, ia berusaha mencairkan suasana saat Jiandra merasa bersalah dan hampir saja keluar dari dalam ruang OSIS.

Jiandra suka tertawanya, Jiandra suka senyumnya, suka cara bicaranya dan suka semua tentang Raka Adhitama. Perempuan itu selalu merasa terpesona saat apapun yang Raka lakukan, membuatnya semakin yakin bahwa malaikat itu benar-benar ada di bumi. Ya, seperti manusia disampingnya ini.

FinifugalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang