“Sebenarnya, apa maksud Tuhan selalu mempertemukan setiap manusia?Hanya untuk mengenal?
Lalu, mempunyai rasa?
Setelah itu, menghilang?”
—Jiandra Nouzella
***
Hari Minggu adalah hari paling membahagiakan di waktu pagi saja. Karena jika sudah sore, semuanya akan terasa menakutkan. Jiandra membuka matanya, perempuan itu melirik jam menunjukan pukul sembilan pagi.
Jiandra segera bangkit, mengambil handuk dan memasuki kamar mandi. Perempuan itu sampai lupa menyalakan alarm untuk jam tujuh pagi, karena kumpulan klub fotografi diadakan jam setengah delapan. Ia sudah benar-benar telat.
Gue tau lo telat, jadi kegiatan lo hari ini cuma nemenin gue ke mall. Otw ke rumah lo, Ra!
>>> LalaJiandra mengecek ponselnya, hanya itu satu-satunya notifikasi. Jiandra hanya bisa mendengkus malas, biasanya Lala hanya meminta menemani ke mall hanya sebagai alasan kepada maminya. Supaya bisa keluar, padahal jika sudah sampai di mall Lala bertemu dengan cowok yang Jiandra sendiri tak tahu.
Setiap Minggu, biasanya Lala selalu ganti-ganti cowok. Entah punya berapa cabang perempuan itu. Namun Jiandra tak mau terlalu ikut campur urusan Lala, palingan kalau Lala patah hati, Jiandra hanya akan mengolok-oloknya saja.
****
Dewangga Jefano Alaska XI IPS 6
&
Jiandra Nouzella XI MIPA 1Partner fotografi klub angkatan 12.
"GILA!! MIMPI BURUK APA GUE SEMALEM?"
Teriakkan kencang itu membuat seisi kelas menatap kearah sumber suara, kelas mendadak senyap. Melihat perempuan yang sepertinya tengah frustasi—ia mengacak-acak rambutnya sambil memukul mejanya dengan keras.
"Woy! Lo kenapa, Ra?" Lala menghampiri temannya itu, yang terlihat seperti singa karena rambutnya acak-acakan.
"Liat, La! Gue harus satu kelompok sama manusia gak waras itu!" Jiandra dengan kesal menunjukan secarik kertas, terdapat nama Dewangga Jefano Alaska & Jiandra Nozuella, yang digabungkan menjadi partner klub fotografi.
"Ya, baguslah. Itung-itung lo bisa akrab lagi sama dia. Gak selalu ribut kayak yang udah-udah."
Jiandra menatap Lala dengan jengah. "Gila lo, La! Bagus darimananya?"
"Ya, nikmati ajalah, Ra."
"Apa gue keluar aja ya dari klub fotografi?"
"Jangan, dong! Lo ketua OSIS, lo wakil klub fotografi juga. Harga diri lo mau kemana nyerah ditengah jalan?" jelas Lala membuat Jiandra nampak berfikir.
"Tiga tugas fotografi, harus gue selesaikan sama cowok—ah, cowok menyebalkan sedunia itu."
Lala terkekeh. "Gue rasa, dia gak akan se–menyebalkan itu nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Finifugal
Teen FictionTentang rasa yang sulit untuk dituntaskan. Waktu itu tidak akan pernah berakhir.