Selesai dengan urusan perkelahian, (name) meminta tolong kepada Kaiser untuk kembali dan memberitahu kepada guru bahwa dirinya pulang lebih awal karena adanya urusan mendadak. Kaiser sempat tak menanggapinya dan berakhir menjawab iya dan kembali menuju sekolah
Sedangkan (name) kini tengah membantu Rin untuk bangkit dan berniat membawanya menuju rumah sakit terdekat, namun sayangnya Rin menolak. "Sudahlah, jangan pedulikan aku dan pergi kembali kesekolah. Aku bisa sendiri " ucap Rin dan berusaha lepas dari rangkulan (name)
"Jangan keras kepala dong! Susah sekali ya kau ini disuruh untuk perduli pada dirimu sendiri, apa perlu aku buat kau pingsan dulu baru mau mengiyakan ucapanku?!! " seru (name) kesal, lantaran Rin sedari tadi sangat keras kepala dan selalu saja menolak bantuannya kecuali salep kemarin sih
Rin yang sedikit terkejut mendengar nada tinggi (name) jadi terpaku dan membiarkan (name) membawanya menuju rumah sakit, yasudah biarkan saja lah, semoga biaya rumah sakit tidak mahal batin Rin saat berada didalam taxi
Didalam sana (name) tampak sibuk mengelapi jejak darah yang berada diwajahnya dan beberapa bagian tubuh seperti lengan dan leher Rin, untuk sesaat tadi Rin masih saja menolak. Namun melihat raut wajah kesal (name) membuat Rin mengurungkan niatnya
Dengan lembut dan telaten (name) mengelapinya dengan kain yang biasa dia bawa dan sebotol air mineral yang sempat dia beli, "kau ini kan tidak perlu repot repot, dan lagi kau bukan siapa siapa ku. Kenapa harus sampai seperti ini sih? "
Ucapan Rin yang tiba tiba bagai panah yang menusuk hati (name) saat itu juga, pergerakan tangannya jadi terhenti, ohh iya... Aku ini kan, bukan siapa siapanya ya
"Maaf... " jawab (name) singkat dan kembali duduk anteng diposisinya dan enggan menatap wajah Rin begitu pun sebaliknya, keadaan taxi jadi hening dan Canggu sedikit menyiksa sang supir
Setelah cukup lama berada dalam keheningan yang mencekam, sang supir bisa menghela nafas lega lantaran dirinya telah berhasil sampai dirumah sakit terdekat disekitar tempat kejadian sebelumnya
"Nona, kita sudah sampai... " ucap sang supir membuat (name) tersadar dari lamunannya, "oh terimakasih, pak " (name) langsung memasukkan uang transportasi ditempat pembayaran samping kemudi supir
(Name) berjalan mendahului Rin yang tampak kesulitan, Rin sendiri tidak masalah, toh yang membuat (name) jadi seperti sekarang kan dia. Rin menghela nafas kala dirinya berhasil keluar dari taxi, kini dia cukup kesusahan untuk berjalan tanpa ada orang yang membantunya
(Name) yang tampak sudah cukup jauh meninggalkan Rin membuat Rin jadi kesulitan, untung tak jauh dari sana seorang suster tengah berjalan menuju kerumah sakit setelah mengantar makanan
"Yaampun... Mari saya bantu... " ucap sang suster terkejut kala melihat Rin yang pincang berusaha berjalan tanpa ada yang membantunya, "oh... Terimakasih " jawab Rin membuat (name) menoleh
Tanpa sadar urat uratnya kembali mengencang dan gigi yang termatuk keras, dengan langkah cepat dia kembali kearah Rin dan menggantikan sang suster. "Maaf, apa boleh saja meminta tolong Carikan dokter khusus sendi dan tulang? " ucap (name) dingin kala berhasil menggantikan posisi sang suster
Suster yang heran dan sedikit kesal jadi mengurungkan niatnya kala melihat seragam keduanya yang sama, "baiklah, saya akan carikan dahulu " jawabnya dan segera berlari kecil kedalam
Setelahnya (name) membantu Rin untuk kembali berjalan, "kenapa kau repot repot kembali lagi? Padahal kan kau sudah berjalan cukup jauh, aku akan memperlambat mu " ucap Rin membuat (name) jadi semakin kesal
"Diamlah, aku sedang kesal nih. Dan lagi aku tidak suka pemandangan tadi " jawab (name), suara yang lirih pada kalimat terakhir membuat Rin menaikkan salah satu alisnya bingung
Sesampainya dimeja resepsionis, salah seorang suster disana berlari untuk mengambilkan kursi roda. Sedangkan suster yang sebelumnya datang kembali menemui (name) untuk mengabari tentang dokter khusus sendi dan tulang
"Tolong bawa dia keruangan tersebut ya " pinta (name) pada suster yang membawakan kursi roda, suster tersebut hanya mengangguk dan mengikuti arahan suster lainnya
•
•
•Didalam ruang pemeriksaan Rin terbaring kaku diatas ranjang pasien dengan dokter yang tengah memeriksanya, "maaf, apa anda bisa lebih rileks? Saya janji ini tidak akan sakit kok, saya juga tidak akan menyakiti anda " ucap sang dokter kala cukup kesulitan memeriksa Rin yang kaku itu
"Oh... M-maaf... Saya punya trauma di... Rumah sakit " ucap Rin terbata bata membuat sang dokter tersenyum, "tidak apa, rileks ya? Biar saya bisa segera memeriksa dan segera selesai " Rin mengangguk lalu menarik nafas dan berusaha untuk rileks
Tak lama kemudian (name) masuk kedalam ruangan untuk melihat kondisi Rin, namun yang ditemuinya hanya seorang dokter yang tengah melihat beberapa lembar X-ray dan tersenyum kala melihat kedatangan (name)
"Rupanya kamu (name) yang meminta tolong kepada eiri untuk memanggilku? " ucap sang dokter
"Aku tidak tahu suster itu bernama eiri, dan lagi bagaimana kondisinya? "
"Dia baik, tulangnya begitu kuat. Tapi tampaknya dia sempat menerima sedikit benturan dilutut ya? "
"Bukan hanya sedikit, banyak sekali benturan yang diterimanya. Makanya dia aku bawa kemari "
"Hmm, sendirinya sedikit bergeser. Namun sudah aku berikan penanganan, sekitar 3-5 hari kedepan keadaannya akan membaik "
"Hmm, terimakasih " selesai berbincang dengan dokter yang ternyata adalah kenalan ibunya, (name) berjalan kearah Rin yang tampaknya tertidur akibat perintah dari sang dokter untuk rileks
"Apa yang kau lakukan padanya sampai dia tertidur? " tanya (name) dengan wajah galak melirik kearahnya, sang dokter hanya tersenyum sembari membenahi lembaran lembaran X-ray yang cukup berserakan
"Aku ini hanya memintanya untuk rileks, dan dia malah tertidur " ucapnya membuat (name) jadi mengingat bahwa jika disekitar dokter tersebut, orang yang tegang pun bisa tertidur karena aura positif disekitarnya
(Name) menghela nafas kala tahu tak tersebut bukan lah hal buruk, dia perlahan mendekat kearah Rin yang tampak tertidur pulas dengan nyaman. Sangat terlihat tenang, "lucunya... " lirih (name) sembari membelai pipi kiri Rin yang mendapat respon tak terduga dari sang pemilik wajah
"Hmm... " Rin bersuara lembut kala (name) membelai wajahnya dan semakin mendekatkan wajahnya pada telapak tangan (name), sang pemilik tangan tampak mematung lantaran rasa gemas yang kian membludak
Melihat interaksi (name) dan Rin, dokter tersebut ikut tersenyum karena kelucuan keduanya. Mengingatkan dia pada istrinya, tiba tiba aku ingin pulang kerumah
KAMU SEDANG MEMBACA
What Will You Choose? (Itoshi Rin & Michael Kaiser)
Fanfiction{ Itoshi Rin × readers × Michael Kaiser } Siapa sangka bahwa kisah percintaan SMA bisa jadi serumit ini? (name) tidak pernah berpikir bisa berada ditengah tengah pilihan yang membuatnya sulit, antara anak yang menarik perhatiannya dan sang bintang ...