Keesokan paginya Rin memaksakan diri untuk berangkat sekolah lantaran dirinya sudah sempat membolos kemarin, dan dikelas dirinya sudah diajak berbincang dengan (name) seperti biasanya. Jujur batin rin sedikit tertekan jika berhadapan dengan (name) lantaran energi sosialnya terkuras begitu cepat
Tak lama kemudian Kaiser datang untuk bergabung, "ngomong omong, Rin. Kau satu kelompok dengan kami loh " celetuk Kaiser membuat Rin mengerutkan dahinya lalu langsung menatap Kaiser tajam
"Sungguh?! " Kaiser mengangguk dengan tersenyum tipis kearah Rin, "memangnya kenapa? Bagus kan? Kami bukan beban kelompok kok! " sahut (name) membuat pandangan Rin turun padanya
"Siapa yang bilang kalian beban kelompok? " ucap Rin membuat keduanya tersenyum melihat Rin yang kini menenggelamkan wajahnya dilipatan lengan tangannya
(Name) dan Kaiser kini berfokus pada ponsel masing masing sampai pada akhirnya seorang remaja wanita yang baru saja masuk langsung mengambil paksa ponsel milik (name) membuat atensi Kaiser dan yang lainnya tertuju pada remaja tersebut
"Lo, pergi dari sini " ucapnya membuat (name) menaikkan sebelah alisnya bingung, "siapa Lo ngatur ngatur? " jawab (name) dengan nada yang tak mau kalah menantangnya
"Gw yang punya ni bangku asal Lo tau aja ya! Gausah seenaknya lo main ambil ambil bangku gw!! " pekik remaja wanita bername tag Yuki Oregawa didada kirinya membuat Rin jadi menaikkan pandangannya
"Apalagi ini berisik berisik?! " ucap Rin membuat Yuki menoleh, "Rin!! Kok kamu biarin dia duduk disini sih...? " sahut Yuki dengan nada yang lebih lembut dan bernada membuat (name) tersenyum geli
"Mana ku tau? Guru yang memintanya lagi pula salahmu tidak masuk selama empat hari tanpa keterangan " ucap Rin lalu kembali pada posisinya semula membuat Yuki jadi menggeram kesal karena malu
•
•
•Saat waktu istirahat telah datang, (name) mengajak Rin untuk pergi bersama menuju kantin namun Rin menolaknya dan memilih untuk pergi menuju rooftop, (name) yang memang dasarnya ingin terus mengikuti Rin jadi ikut juga pergi menuju rooftop lantaran cemas juga akan kondisi Rin
Padahal kaki pun belum seberapa bisa dibawa berjalan, sudah bergaya mau menaiki tangga. "Kau ini belum sembuh loh, kok malah mau pergi kerooftop sih? " ucap (name) membuat Rin menghela nafasnya
"Diamlah (name), aku mau ketenangan makanya aku pergi kesana. Dan kau dari pada banyak bicara, lebih baik bantu aku " ucap Rin membuat (name) mempoutkan bibirnya kesal
"Hmm... Oke, tapi dengan satu syarat! "
Rin memutarkan matanya malas dan menghela nafasnya membuat (name) menyenggol tubuh Rin cukup keras, "ayolah! Mau dibantu ga nih! " melihat Rin yang terhuyung kesamping membuat (name) langsung menangkap lengannya
"Rin kamu jadi letoy " ucap (name) mendapat tatapan tajam dari Rin, "mau bantuinnya ga ikhlas ya makanya pake syarat syaratan? "
"Ihh ikhlas, syaratnya ga susah kok Rin. Jadi pacarku aja! Gampang kan? Lagian ga ngerepotin juga kok! " ucap (name) lalu menaruh lengan Rin pada pundaknya agar Rin dapat berjalan lebih nyaman
"Mending jangan bantuin deh, (name) "
"Segitu ga maunya kamu jadi pacarku Rin...?
KAMU SEDANG MEMBACA
What Will You Choose? (Itoshi Rin & Michael Kaiser)
Fanfiction{ Itoshi Rin × readers × Michael Kaiser } Siapa sangka bahwa kisah percintaan SMA bisa jadi serumit ini? (name) tidak pernah berpikir bisa berada ditengah tengah pilihan yang membuatnya sulit, antara anak yang menarik perhatiannya dan sang bintang ...