Bab 2 : Apakah aku sudah mati?

492 104 8
                                    

Jisung terpental, tubuhnya menubruk tembok kantin. Seluruh siswa hanya menatap dirinya dengan tatapan meremehkan dan hina.

Memang saat ini adalah jam istirahat, Jisung awalnya tidak ingin ke kantin hanya saja tadi kedua kakaknya menyeretnya ke kantin. Sesuai dengan rencana keduanya, mereka langsung menggunakan kekuatan sihir mereka dibantu dengan elf mereka untuk melukai Jisung.

Jisung kini nampak pucat, dirinya terbatuk, memegang dadanya yang terasa sesak. Jisung mencoba untuk berdiri dan menjauh dari keramaian, hatinya merasa sakit dan sesak saat tidak ada seorangpun yang ingin menolong dirinya.

Tapi sayangnya belum cukup jauh Jisung pergi, lagi-lagi dirinya terpental karena Yui menendang dada Jisung, membuat Jisung benar-benar jatuh. Jisung memegangi dadanya, Jisung terbatuk, napasnya tersengal karena sesak.

"Ini adalah hal yang paling pantas untuk kau dapatkan Jisung, dasar aib keluarga!" Seru Hyunji menjambak rambut Jisung dengan kuat membuat Jisung meringis kesakitan karena ulah sang kakak.

"Sudahlah kak, jangan buang waktu untuk bicara dengan sampah sepertinya!" Ucap Yui.

Keduanya merasa senang saat melihat seluruh orang mendukung aksi mereka, seluruh orang merasa bahwa Jisung memang pantas mendapatkan hal ini.

Jisung menatap ke seluruh orang berharap akan ada seorang yang menolong dirinya, tapi nyatanya Jisung salah. Tidak ada seorangpun yang mengasihani dirinya, semua memandang dirinya dengan tatapan jijik, seakan-akan dirinya memang pantas untuk dilenyapkan. Bahkan Jisung juga menatap beberapa guru yang melihat dirinya dengan tatapan kebencian dan bahagia saat melihat dirinya tersiksa seperti ini.

Jisung menunduk, diam-diam dia menangis. Apakah seperti ini akhir hidupnya? Apakah pantas baginya mendapatkan hal seperti ini? Hanya karena terlahir berbeda dia mendapatkan rasa sakit yang luar biasa seperti ini. Bahkan kedua kakaknya yang dulu menyayangi dirinya pun berubah.

Jisung menatap kedua kakaknya, air matanya sudah berderai membasahi wajahnya. Kedua kakaknya nampak merapal kan mantra, perlahan telapak tangan keduanya mengeluarkan cahaya berwarna biru.

Perlahan kedua elf yang melayani kakak-kakaknya mengeluarkan pedang mereka, sekarang Jisung pasti akan mati tertusuk pedang itu.

Bisakah sekali saja Jisung melawan? Jisung merangkak mundur. Tapi sialnya seorang murid menginjak kaki dan tangannya membuat Jisung tidak bisa bergerak.

"Sen, Ken! Habisi sampah itu!" Perintah Hyunji dan Yui secara bersamaan.

Sen dan Ken kini mendekat ke arah Jisung, tangan mereka mulai meninju perut dan dada Jisung. Membuat Jisung terpental ke tembok bahkan kini tembok itu retak karena pukulan mereka berdua.

Uhuk

Jisung mulai terbatuk darah, tubuhnya melemas. Tulangnya terasa remuk bahkan untuk bernapas saja Jisung sudah kesulitan.

Ken mencengkram leher Jisung membuat pemuda yang sudah lemah itu semakin kesakitan. Sen mulai mengayunkan pedangnya, sepertinya kepala Jisung akan terpenggal sekarang.Saat merasa ditengah ambang kematian Jisung memejamkan matanya, Jisung berdoa kepada tuhan,

'Dewa, aku mohon setidaknya setelah kematian ini berikan aku kehidupan yang menyenangkan. Aku ingin bahagia seperti orang-orang pada umumnya!'

Pedang itu mengayun ke kepala Jisung. Tiba-tiba saja cahaya keemasan muncul, setelah cahaya itu menghilang Jisung juga ikut hilang. Semua orang terperangah melihat hal itu, mereka mulai berpikir bahwa Jisung diselamatkan oleh penyihir tingkat tinggi.

"CK! Ayo kita cari bajingan kecil itu!" Seru Yui kepada Ken.

Yui pergi dengan perasaan dongkol padahal sebentar lagi dia berhasil membunuh Jisung di hadapan seluruh orang, mempertegas kekuatannya. Hyunji juga pergi dengan Sen yang mengikuti dirinya di belakang, tak apa Jisung menghilang untuk sementara setidaknya dia masih bisa menghabisi nyawa sampah itu dilain kesempatan.

ObfuscationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang