Bab 6 : Melodi yang familiar

168 40 17
                                    

Keduanya asik berpelukan tanpa sadar bahwa cuaca sudah semakin dingin, pipi tirus Jisung mulai terasa dingin. Jaemin menyadari hal itu buru-buru menyuruh Jisung untuk masuk ke dalam rumah miliknya.

Jaemin membawa Jisung ke dalam, dia menuntun Jisung menuju ke sebuah ruangan yang merupakan ruangan penuh kenangan bagi Jaemin dan Jisung dahulu. Jaemin ingin menciptakan kenangan baru dengan Jisung, dia juga ingin Jisung mengingat sedikit hal tentang dirinya.

"Kemana kita akan pergi, Jaemin?" Tanya Jisung penasaran.

"Kita akan pergi ke ruang musik," ucap Jaemin dengan senyum yang tulus.

"Apakah Jaemin bisa bermain alat musik?" Tanya Jisung penasaran.

"Tentu bisa," ucap Jaemin.

Dulu Jisung adalah seorang elf yang tinggal di dunia manusia, karenanya Jisung tahu alat musik milik manusia, dia juga menyukai musik buatan manusia. Karena itu Jaemin mulai belajar bagaimana cara memainkan alat musik untuk membuat Jisung senang, Jaemin berusaha sekuat tenaga agar Jisung bisa memuji dirinya.

Jisung menatap Jaemin dengan tatapan penuh binar, selama ini dia hidup dengan dikucilkan. Dia tidak bisa menikmati waktunya karena dia selalu ketakutan, di mana-mana ada orang yang ingin mengambil nyawanya.

"Bisakah Jaemin memainkan sebuah lagu untuk Jisung?" Tanya Jisung, dia ingin diperlakukan spesial seperti orang-orang lainnya.

"Jika itu keinginanmu maka aku akan melakukannya," ucap Jaemin yang mendudukkan Jisung di bangku yang dulunya sering Jisung duduki.

"Lihatlah ini,"

Jaemin mulai memainkan piano, Jaemin memejamkan matanya dia mengingat masa lalu di mana dirinya bermain piano dengan Jisung di sebelahnya, Jisung ikut bernyanyi mengikuti melodi yang dia hasilkan dari jemarinya.

Jisung mendengarkan melodi itu dengan seksama, dia memejamkan mata menikmati keindahan musik yang teralun. Setiap melodi yang dia dengar mengantarkan Jisung pada rasa rindu, melodi-melodi ini entah mengapa terasa begitu familiar di hatinya.

Jisung merasa seperti pernah mendengar melodi ini tetapi dia juga yakin bahwa dirinya tidak pernah punya waktu untuk mendengarkan lagu indah, selama ini Jisung hanya mendengar caci dan maki untuknya karena tidak berguna. Tanpa sadar bibirnya ikut bersenandung kecil mengikuti irama yang dimainkan oleh Jaemin, dia berjalan mendekati Jaemin dan berdiri tepat disebelahnya.

Tidak terasa lagu yang dimainkan Jaemin sudah berakhir, kini Jisung memandang Jaemin dengan tatapan mata penuh puja dan penuh tanya.

"Jaemin sangat hebat, rasanya Jisung seperti mendengar musik yang dibawakan oleh seorang profesional!" Puji Jisung dengan senyum manisnya.

"Jisung terlalu memuji," ucap Jaemin. Sebenarnya cukup lucu jika Jaemin mengatakan bahwa tentu saja dirinya terlihat seperti seorang profesional karena dia sudah ribuan tahun memainkan piano hanya untuk menyenangkan Jisung.

"Tidak, Jisung berkata jujur tahu! Lalu entah mengapa Jisung seperti pernah mendengar melodi ini," ucap Jisung dengan wajah penasaran.

"Benarkah? Mungkin kamu memang pernah mendengarnya di suatu tempat!" Jawab Jaemin dengan singkat, dia merasa bahagia karena nyatanya Jisung masih sama seperti dulu.

"Mungkin Jaemin benar," ucap Jisung.

Keheningan kini menghampiri mereka berdua. Jaemin dan Jisung sama-sama tidak membuka pembicaraan lagi hingga terdengar suara perut Jisung.

"Hehehe, Jisung lapar." Ucap Jisung, dia baru ingat bahwa dari kemarin hingga sampai saat ini dirinya sama sekali belum menyentuh makanan.

"Ingin Jaemin masakan sesuatu?" Tanya Jaemin.

"Mau!" Ucap Jisung dengan semangat.

"Baiklah, ayo kita makan!" Ucap Jaemin.

Keduanya berjalan berdampingan, Jaemin menggenggam tangan Jisung yang dibalas oleh Jisung.

"Ngomong-ngomong, entah mengapa Jisung merasa Jaemin bukannya berperan sebagai elf-nya Jisung."

"Lalu aku berperan sebagai apa?"

"Seperti pengasuh, Jisung!" Jawab Jisung dengan wajah polos seperti tidak memiliki kesalahan.

°°°

Di dunia para elf, para tetua dan raja elf sedang gempar akibat Jaemin yang bisa keluar dari penjara keputusasaan.

"Bagaimana bisa dia keluar dari tempat terkutuk itu?" Pekik sang raja marah.

"Kita harus mencari dia. Jangan sampai kejadian dahulu kembali terjadi, kita harus kembali memenjarakan dia!" Ucap tetua yang berperan sebagai penasehat sang raja Elf.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ObfuscationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang