8. Pengumuman

89 69 3
                                    

Hai...
Happy reading 🍒

•••

Langit semakin gelap, cuaca yang dingin membuat mereka berdua kedinginan di luar ruangan sambil menikmati indahnya langit yang di hiasi bintang-bintang.

"Pina, gue gak tau lagi mau jadi apa nanti. soalnya ya pasti jualan kue." ucap Fira.

"Pasti lo bakalan sama gue sampe nanti kerja, jadi gue gak kesepian soalnya ada lo." ucap Pina meyakinkan Fira.

Pina melihat raut wajah Fira yang murung, ia juga aneh kepada sahabatnya yang akhir-akhir ini selalu murung tidak seperti biasanya.

"Yakali kan lo langsung nikah, tapi gak papa sih biar nanti gue punya ponakan yang lucu cantik." candanya, Fira langsung menggeplak paha Pina membuat sang empu meringis sakit.

"Mau nikah gimana, gak punya calonnya yakali gue nikah sama pohon." sontak Pina tertawa kencang seakan tubuhnya akan terpental ke belakang.

"Hahaha, iya sih tapi lo cocok sama si Leo." ucap Pina.

"Anjir gue gak mau, dia bukan tipe gue. asal lo tau ya, tipe cowok idaman gue itu yang agak sangar lah, gagah, kayak bad boy tapi gak bad banget gitu masih manusiawi." ucapnya.

Fira senyum-senyum gak jelas, membuat Pina bergidik ngeri melihat Fira seperti itu rasanya aneh.

Sekilas Pina terdiam, ia teringat Marvendo yap si play boy itu. Pina takutnya Fira mencintai dia lebih dalam sedalam samudra.

"Siapa? kasih tau dong." bujuk Pina.

"Yaelah, lo juga tau." ucap Fira santai.

Deg!!

Gawat, Fira masuk perangkap Marvendo ia harus bagaimana lagi untuk memberi tau yang sebenernya, tapi di sisi lain Pina takut dirinya tak di percayai oleh Fira dan di musuhi oleh Alicia.

"Loh kok tiba-tiba bad mood gitu?" tanya Fira heran, sontak Pina mengubah ekspresi nya menjadi tersenyum terpaksa.

"Enggak kok tuh, liat muka gue."

"By the way, lutut lo kenapa?" tanya Pina, ia baru menyadarinya tadi saat melihat lutut Fira di perban.

Fira memegang lutut nya lalu ia menggeleng kan kepalanya. "gak papa kok, ini bekas kemarin jatuh." ucapnya.

"Masa sih? gue gak percaya, masa sampe parah gitu apalagi pake perban segala pasti itu parah." ucap Pina khawatir, Fira menundukkan kepalanya.

"Cerita aja, lagian kok lo jadi gini sih?" Pina mengusap-usap pundak Fira.

Lalu Fira menegakkan tubuhnya lalu ia menatap ke arah Pina yang masih setia di sisinya.

"Jadi gini..."

Fira menceritakan kejadian dimana seseorang yang menabraknya, ia masih teringat wajah laki-laki itu yang membuat nya kesal.

Pina mengangguk kala Fira menceritakan kejadian kemarin, "jadi, lo gak suka gitu di kasih uang?" tanyanya.

"Iya, menurut gue dia punya niatan baik mau ganti rugi, tapi gak caranya buru-buru kayak orang buronan dan yang paling gue gak suka dia kayak seenaknya aja gitu, gimana yah ngejelasinnya soalnya takutnya lo gak ngerti." terus terangnya.

Enemy Lover  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang