"MANA HP KAMU??"
Teriakan itu menggema, membuat nyali Rayna ciut seketika. Dengan cepat ia serahkan ponselnya pada bu Nur yang sedang menjulurkan tangannya itu.
Ponsel Rayna disambar seketika, "habis ini temui ibuk, ambil surat peringatan, tulis permohonan maaf satu lembar full. Saya tandai muka kamu!"
Pundak Rayna melemas ketika bu Nur berlalu pergi. Sejauh mata memandang, sepertinya hanya Rayna yang sial ponselnya disita oleh bu Nur. Karena murid lain yang kena sita juga yang menyita bu Sani, guru paling lemah lembut seantero jagat raya.
Aliya menepuk punggung Rayna, "kalem, Na. Gue juga jantungan kok. Bajingan emang, gue ampe ketekan like postingan doi gegara tuh ibuk-ibuk ngeroweng."
Rayna menatap sinis Aliya yang sempat-sempatnya curhat, "diem."
Menurut, Aliya pun menutup rapat bibirnya lalu kembali fokus pada acara growing mindset with pak Deddy yang sempat tertunda karena bu Nur.
Lain dengan Rayna yang udah nggak mood karena ponselnya diambil, plus sekarang satu angkatan jadi bisa mengingat kejadian memalukannya tadi.
1 jam berlalu, kini Rayna melangkah menuju bu Nur yang sudah menatapnya tajam sejak tadi. Saking nggak mood, Rayna sama sekali nggak peduli dengan tatapan itu.
Kini di Aula hanya tersisa para guru dan juga staf-staf yang mengurus. Habis Rayna dicaci maki setelah ini.
"Kamu ini saya liat-liat anak nakal, ya? Udah sepanjang acara hp-an, nggak dengerin, malu-maluin kamu!"
Buset.
Sepanjang acar hp-an gundulmu! Baru hp-an aja 20 menit, anying. Batin Rayna tidak terima.
Mungkin ada 10 menit lamanya bu Nur berceramah. Sampai-sampai telinga Rayna rasanya panas nggak karuan, bagus kalo topiknya banyak, nah ini diulang-ulang. Udahlah panas, bosen juga dengernya.
"Mana buku tatib kamu?"
"Ya, di tas, bu."
Decakan terdengar dari bu Nur, "mana temen kamu?"
Rayna mendongak, mengedarkan pandangannya lalu mengibaskan tangannya menyuruh Aliya untuk menghampirinya.
Aliya membelalakkan matanya, bingung, panik, tapi tetap menurut untuk datang.
Sedetik setelah Aliya datang, jari telunjuk bu Nur mengarah ke arah Aliya, "kamu pastiin dia nulis di buku tatib!"
"I-iya, bu."
"Kamu saya bebasin hari ini karena saya ada rapat."
Hanya seperti itu, lalu bu Nur pun berlalu meninggalkan Rayna.
Aliya membuang nafas, "wah gila, nahan nafas gua, anjay."
"Lebay."
Rayna mengambil ponsel satu-satunya yang ada di meja lalu menarik tangan Aliya menuju Kantin.
Masa bodo dengan bel masuk yang sudah berbunyi sejak tadi, sepertinya kelasnya jamkos karena bu Nur tadi mengaku ada rapat.
"Amit-amit kelas 11 di ajar IPA sama tuh ibuk-ibuk." Celetuk Aliya.
"Tuh orang ngajar kelas 11, keluar gue sumpah."
Aliya mengangguk setuju, "ngeri anying, bisa-bisa serba salah lo dimata tuh orang, secara muka lo udah ditandain."
"Dendaman, najis."
"Wkwk, bener lagi."
Keduanya mengambil duduk di depan stan ayam geprek. Stan langganan mereka, apalagi kalau bukan karena makanannya enak dan murah.
Tangan mereka terjulur otomatis, Rayna batu sedangkan Aliya gunting.
"Yes!"
"Ngen-astaghfirullah."
Rayna segera menepuk mulut Aliya, karena gadis itu paling anti dengan umpatan selain binatang, anjir, dan anjay.
Katanya, "kasar boleh, kotor jangan."
Hmm.
Aliya menatap Rayna dengan melas, "panjang anjir antriannya."
"Siapa suruh kalah."
"Sialan lo."
Rayna tergelak puas sedang Aliya menaruh ponselnya di meja lalu melangkah untuk segera antri sebelum semakin membludak.
Mengusir rasa gabut, gadis itu mengeluarkan ponselnya sambil tersenyum lebar.
"Anjing."
Umpatannya reflek keluar bersama dengan matanya yang membelalak tidak terima.
Wallpapernya bukan fotonya melainkan foto langit, ini bukan ponsel miliknya.
"Sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Into You
FanfictionFirst love always sweet like sugar and sour like reality. Started in 23.03.2023 Short story ©Alnajoa