Jam 12 siang ini merupakan siang yang hectic bagi warga Sekolah Rayna. Karena apa? Karena tanpa ada alasan yang jelas, ada jejak darah tidak diketahui yang mengarah ke UKS.
Awalnya Aliya kira cat, karena kebetulan Sekolah sedang renovasi cat. Tetapi jika diingat, cat Sekolahnya ganti warna biru bukan merah, jadi lah Aliya mengikuti jejak darah itu.
Diikuti Rayna yang sebenarnya malas karena dari istirahat pertama dia belum makan karena menyalin PR. Awalnya Rayna akan meninggalkan Aliya, tetapi sahabatnya itu menarik paksa Rayna untuk ikut.
"Al, kalo maag gue kambuh, lo gue ajak baku hantam di tengah Lapang."
"Na," Aliya berhenti lalu berbalik sambil memegang kedua pundak Rayna, "kita sebagai manusia harus tolong menolong. Udah, lupain lo belum makan, entar kalo nih orang ada penyakit kanker stadium akhir habis muntah darah gimana?"
"Serah, prinsip gue diri sendiri dulu baru orang lain."
Baru saja Rayna hendak melangkah pergi namun Aliya kembali menarik gadis itu, bukan tangannya lagi yang ditarik, tetapi kerah seragamnya sekarang.
"Nggak! Lo ikut sama gue!"
Setelah perdebatan kecil itu, keduanya pun berjalan menuju UKS. Masih dengan Rayna yang diseret paksa oleh Aliya bak kucing yang malas ikut majikannya jalan-jalan.
Setelah sampai, Aliya dapat melihat dengan jelas ada 2 orang yang sedang berada di dalam UKS. Sedangkan di luar ada beberapa murid sedang berkerumun di depan pintu.
Dengan cepat Aliya semakin gencar menarik kerah seragam Rayna untuk ikut masuk ke dalam.
"Heh gila! Gue kecekek!" Teriak Rayna histeris yang sayangnya tidak digubris oleh Aliya.
Tak lama cengkraman di kerahnya mengendur, ketika berbalik, ternyata Aliya sudah menghampiri kedua lelaki yang sedang sibuk entah lagi ngapain.
Sebenarnya Rayna bisa aja kabur ke Kantin, tetapi salah satu lelaki itu membuat Rayna mengurungkan niatnya. Memutuskan untuk tetap disana meskipun hanya diam mengamati.
"Nunduk!"
Perintah Aliya dengan cepat dituruti lelaki itu. Cekatan, Aliya segera melakukan pertolongan pertama pada lelaki itu yang sedang mimisan.
Parah, Rayna belum pernah melihat orang mimisan separah ini. Bahkan ruangan sudah beraroma anyir karena banyaknya darah yang keluar.
Rayna cukup kagum dengan Aliya yang padahal baru bergabung PMR 1 bulan tetapi bisa mengatasi kejadian seperti ini.
"Na! Ambilin baskom!"
Lamunannya buyar, kini matanya menatap bingung Aliya, "hah? Baskom?"
"Iya, di deket dispenser."
Rayna menurut, ia berjalan menuju dispenser, namun matanya tak dapat melihat keberadaan baskom disana.
"Ga ada!"
Terdengar jelas decakan dari Aliya, "lo pegangin deh ini, bentar."
Lagi-lagi Rayna menurut, sesuai perintah, Rayna memakai sarung tangan karet yang disodorkan Aliya, lalu beralih mencapit hidung mancung lelaki yang sedang mimisan itu.
Entah apa tujuannya, padahal jika dipikir lelaki itu bisa mencapit hidungnya sendiri.
Aliya pergi ke arah dispenser, mencari-cari baskom. Saat sudah menemukannya, baskom itu diisi air.
"Jangan dilepas!"
Rayna yang hampir saja melepaskan jarinya itu pun kembali menurut, "iya."
Aliya mulai membersihkan darah yang mengalir di area mulut dan leher, sedangkan Rayna memejamkan matanya, berusaha menahan bau anyir darah.
"Perlu gue bantu?"
Atensi keduanya teralih pada lelaki jangkung yang sejak tadi berdiri di pojok ruangan, memberikan ruang pada keduanya.
Rayna menoleh pada Aliya yang kini menggeleng, "nggak usah, lo buang ini aja, isi lagi sama air bersih."
"Tadi katanya gak usah." Celetuk Rayna membuat Aliya mendesis, menyuruhnya diam saja.
Rayna mengendikkan bahunya lalu menatap lelaki itu, "lo gantiin gue deh, gue gak kuat nyium baunya."
Lelaki itu hanya mengangguk, selesai memakai sarung tangan, jarinya mulai mengambil alih posisi jari Rayna tadi.
Sedang Rayna mengambil kesempatan melirik dada kanan lelaki itu.
Kenji Pramadja A.
Ujung bibirnya terangkat tipis, membentuk senyum simpul.
Aliya menatapnya heran, "ngapain lo senyum-senyum?"
Rayna menatapnya dengan tatapan menggoda lalu mengambil alih baskom di tangan Aliya.
"Kepo."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Into You
FanfictionFirst love always sweet like sugar and sour like reality. Started in 23.03.2023 Short story ©Alnajoa