Selamat membaca para teman penaku 😽
"Nah udah selesai, nanti di rumah di kompres lagi ya, 3-5 kali dalam sehari. Tiga hari pertama pake kompres es kayak gini durasinya 10-15 menit"
"Lalu hari berikut nya kamu pake kompres panas dengan durasi yang sama, rendam aja handuknya di air panas lalu kompres pada yang memar" jelas wanita paruh baya yang memakai daster yang sibuk membereskan peralatan kompres untuk Kaira saat ini.
Kaira sedikit kagum dengan wanita itu. Cantik dan lemah lembut, benar benar ke ibuan.
"Makasih ya Bu Bidan" ucap Kaira dengan tersenyum.
"Kaira nggak akan rajin ngelakuinnya Bunda" celetuk Braga yang sejak dari tadi duduk di kursi.
"Bunda?" Kaira yang heran menatap Braga sekarang beralih menatap wanita yang barusan ia panggil Bu Bidan oleh nya.
"Bu Bidan di sini biasa di panggil Bunda?"
Wanita itu pun tersenyum.
"Saya hanya bisa di panggil Bunda oleh anak saya saja"
Kaira tertegun. Jadi Bu Bidan ini adalah ibu nya Braga? Kenapa Braga tidak bilang? Kenapa Braga santai dengan diam saja?
"Apa? Jadi-"
"Iya,gue anaknya Bidan Lia" ucap Braga memotong ucapan Kaira yang sedang kebingungan. Dengan santai ia bilang demikian sambil memakan camilan di toples yang berada di meja kerja Ibunya.
"Braga! Kamu kenapa gak bilang sih" desis Kaira yang merasa tidak enak hati kepada Bidan Lia.
"Lo gak tanya. Masa gue harus kasih jawaban dulu" benar benar jawaban yang menyebalkan bagi Kaira.
"Nih Bunda, Pisang Coklat 'Tara' kesukaan Bunda dari Kaira" Braga meletakkan satu kresek berisi box pisang coklat yang lumer.
Kaira semakin bingung, sejak kapan dirinya membelikan pisang coklat itu. Braga membuatnya semakin pusing.
Bu Bidan Lia membuka nya dengan hati yang banyak senang.
"Iya kah? Wah Bunda suka sekali ini. Kok Kaira tau kesukaan Bunda, padahal baru kesini. Lagian sempat sempatnya udah babak belur masih kepikiran beliin ini"
Bunda Braga pun beralih menatap Kaira yang masih setia dengan raut wajah bingung nya.
"Makasih ya Nak Kaira"
"Eh? I-iya Bu Bidan" Kaira menunjukkan senyum canggung nya.
"Jangan panggil Bu Bidan, panggil Bunda aja biar sama kayak Braga"
"Eh, Iya Bunda"
Kaira sedang dalam lupa sepertinya, padahal beberapa menit yang lalu, Bunda Braga bilang bahwa yang hanya panggil Bunda hanyalah anak nya. Jadi, kenapa Kaira tidak heran jika dirinya di perbolehkan panggil Bunda.
********
"Kamu gila ya?! Mana ada itu pisang coklat dari aku"
Kaira mengikuti Braga yang duduk di kursi yang berada di teras Supermarket, omelan itu hanya di dengar Braga yang sibuk menyeruput Mie instan yang sudah di masak langsung di Supermarket tersebut.
"Gila dari mana nya Ra? Gue lagi menyelamatkan lo dari sungkan yang nanti nya muncul dalam diri lo"
Braga menyeruput lagi Mie miliknya.
"Tapi Ga-"
Setelah Braga mengunyah dan menelan sesuap mie nya, ia pun bersuara.
"Setidaknya itu jadi pertemuan yang baik antara Lo dan Bunda gue, bukan pertemuan tangan kosong, lo nggak mau terima kasih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SINGGAH UNTUK PULANG
Teen Fiction"Tempat pulangnya tak teringinkan, keinginannya jadi tempat pulang yang diharapkan" Ini tentang Kaira Ainaya, yang tak pernah mendapatkan rumah yang benar rumah. Banyak orang yang membencinya termasuk keluarganya sendiri. Mendapatkan kekerasan dari...