Langit indah ya , soalnya yang di cinta ada di sana. Tentang rindu yang belum memberi temu , ku harap semesta mampu menyampaikan apa yang ada di dalam dada.
-Maura Salsabilah El-Jasmine Calista-
🥀🥀🥀
"A-aku dimana?" Tanya seorang gadis yang berada di brankar di ruang PMR. Ia mengucek ngucek mata nya yang perlahan terbuka dan memperhatikan sekeliling nya.
Maura. Gadis itu pingsan mendadak saat berada di masjid , hingga diri nya di bawa ke ruang PMR untuk di tindak lanjuti.
"Kamu ada diruang PMR SMA , dek." kata Rio Atmadava selaku pengurus PMR tingkat SMA. Dengan stel seragam PMR SMA yang di kenakan nya , ia berjalan mendekati Maura yang masih kebingungan.
Di MetDel , ekstrakulikuler terlengkap terletak di tingkat SMA , salah satu nya ialah PMR atau Palang Merah Remaja. Hingga setiap ada siswa atau siswi yang pingsan atau butuh penanganan di bawa kesana.
Rio menarik kursi dan duduk menatap Maura dan berkata, "Tadi kamu pingsan di masjid dan kamu di bawa kemari," ucap Rio yang di hanya di balas anggukan oleh Maura.
Tiba tiba , knop pintu ruangan terbuka dan menampilkan beberapa orang dengan raut wajah yang cemas dan khawatir perihal kondisi Maura.
Maura bangkit dan duduk bersandar, "Kalian?" Maura menatap satu per satu orang yang baru saja datang.
"Maura!!!"
Beberapa perempuan tak lain adalah teman temannya yang berhamburan memeluk erat tubuh Maura. Fiona , Bunga , Melody , Nadya , dan Natasya begitu mengkhawatirkan kondisi Maura yang tiba tiba drop.
"Kamu gapapa , Ra?" tanya Fiona dengan raut wajah yang begitu khawatir , lantaran baru kali ini ia menyaksikan Maura pingsan.
Maura diam dan tidak merespon apapun.
"Maura hanya kelelahan dan seperti nya , tadi pagi dia tidak sarapan. Benar Maura?" Tanya Rio mengintimidasi Maura.
"Hmm.... I-iya kak," jawab nya dengan menundukkan kepala nya.
"Kenapa?" Semua mata tertuju pada Alfikri yang tiba tiba bersuara dan bertanya pada Maura.
Ya. Alfikri ada disana , dia lah yang membantu membawa Maura ke ruangan PMR saat pingsan di masjid tadi dan diri nya pula lah yang meminta izin kepada guru Maura.
Fiona sudah paham dengan diam nya seorang Maura. Hal ini pasti sudah berkaitan erat dengan masalah nya di rumah yang membuat nya sampai tidak sarapan. Fiona mendekat lalu memeluk Maura.
Ia berbisik, "Kalau gak sanggup jawab , jangan di jawab." Bisik nya yang kemudian beranjak menjauh dari brankar.
"Ta-tadi , Maura kesiangan kak , jadi gak sempat sarapan," jawab Maura seadanya.
Tanpa menunggu , Alfikri bergegas keluar dari ruangan PMR. Di bawah terik nya matahari tepat di lapangan yang begitu luas , cowok berseragam putih abu abu itu berlari menuju kantin sekolah.
Sesampainya disana , ia langsung membeli sebotol air minum dan tiga roti serta makanan yang lain untuk Maura , hingga penjual kantin sendiri kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
243 DAY'S
Teen Fiction"Tentang kita di bulan Juli dan kisah 8 bulan" Semesta punya banyak cara untuk mempertemukan, namun terasa kelu untuk saling menyatukan. "Kita usai , tanpa kata selesai." Ucap perempuan di bulan Januari itu. "Kamu hilang tanpa bilang." Ucap laki...