07

24 1 0
                                    

Happy reading.

Malam yang dingin membuat Zara memakai baju setebal mungkin untuk pergi keluar rumah. Untuk apa ia keluar malam hari? Pastinya disuruh oleh tiga tuan putri di rumahnya.

Hari yang sangat melelahkan, tadi ia pulang magrib karena eskul. Belum istirahat, saat pulang ia harus mencuci piring, mencuci baju, dan membersihkan kolam.

Dan tadi, jam 8 malam ia seharusnya sudah di waktunya beristirahat tetapi Grace memerintahkan nya untuk membeli sate di depan komplek nya.

Zara + pajamas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zara + pajamas

Setelah berjalan beberapa menit, Zara sampai di tukang sate dan memesan sate yang diperintahkan ibunya.

Zara menunggu pesanan nya sembari duduk di sebuah kursi. Sudah malam tetapi masih ada anak anak yang sedang bermain petasan, berisik tapi indah.

Anak anak itu terlihat bebas dan bahagia. Masa kecil itulah yang Zara rindukan, ia pernah merasakan hal itu bersama saudari nya. Menjadi gadis bebas, bahagia dan tanpa kekangan sangat berbeda dengan sekarang.

"Neng Zara teh kelas berapa?" Tanya tukang sate, membuka suara agar tak terlalu sepi.

"Kelas dua SMA pak" balas Zara.

"Oh, sekolah dimana neng?" Tanya mang sate lagi sembari mengipasi sate sate nya.

"Di SMA Pancasila 02" jawabnya lagi.

"Ohh" mang sate berohria.

Setelah sedikit percakapan itu, suasana kembali sepi dan Zara hanya melihat anak anak itu.

"Hei Fadli!" Zara mendengar teriakan wanita yang terlihat berumur empat puluh lebih.

Wanita itu mendekati salah satu anak lelaki yang sedang senang nya bermain petasan. Tanpa aba aba, jari nya mencubit telinga bocah itu sampai bocah itu meringis kesakitan.

"Bunda, sakit" ringis bocah laki laki yang bernama Fadli itu.

"Bunda kan udah bilang, ini udah malem masih aja keluyuran" omel wanita itu.

Teman teman bocah itu langsung melarikan diri takut terkena Omelan dari ibu ibu yang sedang mengamuk.
Fadli melengkungkan bibirnya ke bawah, bersiap untuk menangis dan tak lama air mata nya jatuh membasahi pipi tembem nya.

"Hus, cup cup cup maafin bunda ya. Ayo bunda beliin ice cream tapi lain kali Fadli Jangan nakal lagi. Oke?" Ibu ibu itu mengelus kepala anak nya.

Zara tersenyum, ada perasaan sakit di dadanya. Ia tak pernah merasakan hangat nya kasih sayang seorang ibu lagi setelah kecelakaan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Triest verhaal (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang