03

6.1K 378 0
                                    

"buna!!!"

dengan kaki kecilnya jisung berlari mengejar sang buna yang pergi dengan cepat, bersama pria asing yang tidak ia kenal.

"buna tunggu, jangan pergi buna!!" 

jisung lihat saat buna nya masuk ke dalam mobil setelahnya pergi, meninggalkan dirinya yang terjatuh karena berusaha mengejar mobil

Jisung menangis meraung, tapi tak dihiraukan bahkan mobil berwarna putih itu tidak berhenti malah semakin melaju cepat. meninggalkan jisung yang kini menangis meraung karena tak ingin sang buna pergi.

"buna hiks..."

jisung kecil berpikir, apa ia nakal? manja, cengeng hingga membuat jaemin pergi? 

"jisung janji tidak akan nakal buna, jangan pergi hiks" isaknya, ia merasakan tubuhnya diangkat.

itu jeno, ia menenggelamkan wajah nya di leher jeno dengan isakkan yang kembali terdengar begitu pilu. jeno menghela nafas, ia menepuk bokong jisung dan membawanya masuk ke dalam rumah

"buna hiks.."

Jisung membuka matanya, terkejut. Mimpi yang berulang kali datang membuatnya semakin membenci Jaemin, orang yang Jisung sayang sejak kecil. Orang yang selalu ada padanya, menyayanginya begitu dalam kala itu malah pergi tanpa penjelasan apa apa. pergi begitu saja, membiarkan jisung kecil menangis meraung hingga terjatuh tapi Jaemin tidak peduli dan memilih pergi.

"Argh!" Jisung mengusap wajahnya kasar, ia melihat jam dinding yang ada di kelas. sial, ini sudah dua jam bel pulang berbunyi.

pemuda itu beranjak dari tempat duduk, mengambil tas dan mengeluarkan kunci motor miliknya. berjalan menelusuri koridor sekolah yang tampak sepi, berbelok ke arah kanan menuju parkiran untuk mengambil motor.

menjalankan kendaraan roda dua menelusuri jalan sore yang padat akan kendaraan.

dengan pikiran mengapa sang buna pergi masih berada dalam otaknya, apa ia harus nakal seperti ini sampai buna nya benar benar kembali pada nya? 

benar, buna nya kembali. tapi rasa kecewa dan marah begitu jisung rasakan. melihat wajah jaemin yang tersenyum manis kala itu membuat jisung yang ingin memeluknya kini memilih untuk mengatakan kata kata kasar yang spontan ia keluarkan saat itu. ia tau itu menyakitkan, tapi ia tak peduli.

tiga puluh menit berlalu ia sampai di rumah, melihat pria manis yang berjalan mondar mandir di teras tidak tenang.

"Ji!" Jisung lihat wajah khawatir Jaemin, bahkan diam saat pria itu memeluk nya dengan erat meski sebentar lalu memegang ke dua pipi nya.

"dari mana saja? apa terjadi sesuatu padamu? ji kau tak apa, nak?" tanya jaemin

jisung menggeleng pelan, ia melepaskan tangan jaemin pada wajahnya.

"aku ketiduran di kelas dan baik baik saja" jisung berjalan memasuki rumah, saat langkah ke empat ia mengatakan hal yang membuat jaemin terdiam mematung

"berhenti untuk pura pura peduli pada ku, nyonya lee."

deg

Jaemin terdiam, kemudian tersadar saat suara klakson mobil terdengar. Itu Jeno, buru buru ia membalikkan tubuhnya dan merapihkan penampilan nya. tersenyum kecil saat Jeno melangkah kearahnya.

"sayang" panggil jeno, ia menarik pinggang kecil jaemin

"jeno, biar aku bawa tas mu" jeno memberikan tas nya pada jaemin, kemudian mereka berjalan memasuki rumah.

...

"ayah, kapan buna akan kembali?"

tanya jisung yang kini menaikki kelas empat pada sang ayah, tak ada jawaban. jisung mendengus, ia berjalan menuju wanita paruh baya yang sedang membaca majalah.

"omaa!" panggil nya

"kemari jisung" jisung mendekat, duduk di samping wanita itu

"omaa, kapan buna akan kembali? jisung merindukan nya" tanya jisung

"buna mu tidak akan kembali, ia sudah bahagia bersama pria lain. kau akan mengerti jika sudah besar nanti"

"jisung sudah besar oma" wanita itu tersenyum setelahnya, mengusap surai hitam jisung

Jisung mengingat perkataan sang nenek saat itu, ia yang tak mengerti pun hanya mengangguk hingga tiga tahun setelahnya baru ia mengerti apa yang sang nenek katakan.

perselingkuhan

Itu yang tangkap saat awal, seseorang yang menjalin hubungan dengan orang lain saat seseorang itu masih memiliki hubungan dengan orang yang lain juga.

perselingkuhan, penghianat. sejak itu jisung memutuskan untuk diam, mengatakan bahwa sang buna sudah meninggal kepada orang orang yang bertanya dimana sang buna. meski ia tau pria itu masih hidup.

dua bulan berlalu, sikap jisung pada jaemin masih sama. bahkan tak segan ia mengatakan kata kata yang menyakitkan untuk jaemin hingga ia mendapatkan kabar jika sang buna hamil. Jisung Jelas marah, ingin sekali memaki pria manis itu.

Jisung lihat, bagaimana wajah mereka begitu senang mendengar kabar ini tapi tidak dengan ia yang menatap nya malas.

hari berganti, bulan pun berganti. saat kehamilan jaemin yang memasuki angka kelima dan mendapatkan kabar jika ia memiliki adik kembar.

malam hari, dimana ia melihat jaemin yang pergi keluar rumah saat sang ayah sedang lembur dan pulang esok, katanya ingin ke minimarket untuk membeli sesuatu. Jisung memilih mengikuti, takut terjadi apa apa karena pria itu sedang hamil.

Tangan Jisung terkepal kuat, ia melihat sang buna yang berpelukkan dengan pria asing yang saat jisung lihat lihat lagi begitu mirip dengan pria sepuluh tahun lalu. Emosi pemuda itu meninggi, ia berjalan mendekat. melepaskan pelukkan mereka dengan paksa, ia lihat jaemin yang terkejut menatapnya.

"kau terkejut saat aku melihat mu berselingkuh, lagi? dengan orang yang sama seperti sepuluh tahun lalu?" ucap jisung, ia menarik tangan jaemin dengan kencang membuat pria itu meringis.

"jisung, buna bisa jelaskan"

"pria murahan, ikut aku!" ia menarik tangan jaemin, menyeretnya menuju rumah tak menghiraukan beberapa orang yang melihat nya.

"kau harusnya bersyukur saat ayahku masih mau menerima mu, aku benar-benar   muak dengan sikap pura pura mu itu, sialan!" jisung membuka pagar rumahnya, ia melihat pria paruh baya yang ingin membantu jaemin tapi ia mengatakan untuk diam.

"ini hukuman untukmu, tidur di luar. bibi kim, paman han, jangan biarkan pria ini masuk. biarkan saja dia di luar, kalian segera masuk!" titah jisung yang mau tak mau diangguki ke dua nya.

Jaemin yang mendengar itu terkejut, ia berteriak nama jisung saat pintu rumah terbuka. tapi tidak ada sahutan.

"jangan sampai ayah tau, biarkan dia seperti itu. agar merasakan apa yang aku rasakan sepuluh tahun lalu, menangis meraung tanpa di perduli kan" ucap jisung kemudian berbalik menuju kamar miliknya

...

ini mau di percepat waktu, nanti ada bagian dimana jaemin sama jeno bercerita. kalau bingung dan gak sesuai sama pemikiran kalian bisa jangan di lanjut bacanya.

thank you

hurt, nomin ft jisung [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang