1) Feel Alive

8.5K 919 329
                                    

Lisa POV

Kedua mataku yang terpejam otomatis mengerut begitu cahaya yang tidak di undang memasuki netra mataku, belum memiliki tenaga yang cukup, yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah menggeram dalam hati karena aku tahu siapa pelaku yang membuka gorden kamarku lebar-lebar dan dengan sengaja membangunkanku menggunakan cahaya matahari.

"Hey hey, cukup. Jangan tarik selimutmu lagi seperti itu, kau harus bangun sekarang, Lisa. Kita akan kedatangan klien jauh."

Aku menahan selimut berwarna abu gelap hangat yang menyelimuti tubuhku kala kakak kandungku, Jisoo Manoban, ikut menarik agar kain tebal ini terlepas, padahal sebagai adik, badanku jauh lebih tinggi dan besar, tapi kenapa aku selalu kalah dengan tenaganya?

"Ini sudah jam setengah sembilan, Lisa. Klien akan datang hari ini jam sebelas, orang-orang sudah mulai bekerja di bawah, aku juga sudah membuat sarapan untukmu, kau ingin banana toast bukan?"

Aku bangkit dan duduk di atas ranjangku sambil mengusap wajahku, mataku rasanya sangat berat pagi ini, aku menyalahkan diriku karena menonton serial televisi sampai lupa waktu kemarin malam.

"Kau mendengarku?" Aku menatap kakak kandungku yang tengah merapikan barang-barang di kamarku sambil sedikit memajukan bibirku, aku memang tinggal terpisah dengannya, tapi setiap pagi, dia yang akan menjadi alarm hidupku.

"Dengar, Unnie." Balasku, aku menoleh ke arah jendela yang terbuka, jika tidak ada kakakku, maka tidak akan ada pergantian udara yang terjadi di kamarku, dia yang melakukan ini untukku, setiap paginya.

Dan dari kamarku yang berada di lantai dua, aku bisa melihat pemandangan kota Los Angeles yang aku sendiri sudah sedikit bosan melihatnya, jelas, latar cerita kali ini bukan di Korea Selatan, aku sudah tinggal di Los Angeles selama kurang lebih lima tahun, dari kakakku yang bahkan tidak bisa berbicara bahasa Inggris, sampai dia fasih untuk memaki orang-orang di jalanan, luar biasa, bukan?

Dan karena kami berasal dari rahim yang sama, namaku juga menganut marga yang sama, Lalisa Manoban, usiaku dua puluh enam tahun dan Jisoo Unnie berusia dua tahun di atasku, dia bahkan baru berulang tahun ke yang dua puluh delapan tahun satu bulan yang lalu.

Bisa dikatakan, kami memang hanya tinggal berdua di kota di benua Amerika ini, tapi meski begitu, kami tidak tinggal di bawah atap yang sama, Jisoo memilih untuk tinggal di sebuah unit apartemen, sedangkan aku tinggal di studio fotoku.

Profesiku sejak awal kedatanganku ke Los Angeles adalah menjadi fotografer, apa aku menyangka aku akan menjadi fotografer? Maka jawabannya tidak, aku hanya hobi memotret, kala itu, aku memotret Jisoo Unnie dan dia mengikuti kontes foto dengan hasil foto yang aku potret, lalu aku menempati peringkat pertama, sampai akhirnya aku menerima kontrak menjadi fotografer untuk brand besar selama dua tahun di kota ini sebelum aku membuka studio sendiri.

Jangan tanya apa pekerjaan kakakku, tentu saja dia adalah saudara kandung yang merangkap menjadi manajer serta asistenku, kami melakukan bisnis ini bersama, dia yang lebih banyak mengambil alih, tugasku hanya memotret, memotret dan memotret.

Awalnya, aku berpikir, tinggal dan di urus oleh kakakku adalah hal yang tidak begitu buruk, tapi dia sendiri bahkan lebih cerewet daripada orang tuaku yang kini tinggal di ibu kota Korea Selatan, sedikit pengenalan mengenai orang tuaku, ibuku berdarah asli Korea sedangkan ayahku berdarah Thailand, karena ayahku sudah tidak memiliki keluarga di Thailand, tiga belas tahun yang lalu, keluargaku memang memutuskan untuk menetap di Korea.

"Kau harus mandi dan mempersiapkan diri dengan cepat, jangan membuatku malu, klienmu hari ini adalah bintang besar dari Korea."

Aku yang baru turun dari kasur dan merapikan selimutku kemudian menatap Jisoo Unnie, "orang Korea? Melelahkan." Ucapku, lima tahun menggeluti bidang ini, tentu mataku menjadi terbuka, aku bertemu dengan seribu satu macam manusia yang memiliki sikap berbeda-beda.

PHOTOGRAPH - JENLISA [G×G]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang