Bab 1

5 1 0
                                    

Assalamu'alaikum Guys

Bagaimana kabar hari ini? Baik? Alhamdulillah 

Mau kenalan ndak?

Absen dulu kuy dari mana aja nih?

Ya udah deh daripada banyak cingcong skuy baca, kalo ada typo tandai ya...

Yang udah nandain Makasiiiiii.....😊😉🤞

PROLOG

Tentang hati yang telah lama mati, hati yang telah lama dibiarkan kosong tanpa penghuni bertahun-tahun. Kini hati yang kosong itu perlahan dipaksa mundur terganti dengan sebuah hati yang mengenalkan secara perlahan betapa besar cinta Sang Pencipta pada ciptaan-Nya. Hati yang mengajarkannya dan membuatnya begitu mencitai Penciptanya.



~~~~~~~~~~(づ ̄ 3 ̄)づ~~~~~~~~~

"Cklek"

Subuah ruangan yang tadinya gelap dan sunyi seketika menjadi terang karena seseorang menyalakan aliran listrik yang tadinya mati.

" Dari mana saja, hem..? " tanya pria paruhbaya yang menyalakan lampu ruangan tadi pada seorang gadis yang berpenampilan layaknya berandalan.

" Kamu sadar tidak kalau kamu itu perempuan !!!" sentaknaya karena pertanyaan yang ia lontarkan tak kunjung mendapatkan balasan oleh gadis didepannya.

" Tidak sepantasnya seorang gadis pulang kerumah jam segini!!" lanjutnya dengan amarah yang sangat kentara karena raut wajahnya yang memerang.

Sedangkan gadis gadis yang berada dihadapannya hanya melirik sekilas pada jam dinding mewah yang menunjukkan pukul 2 dini hari yang berada di depannya dengan raut datar tanpa ada rasa takut sedikitpun.

" Apa kamu tidak puas main dari siang sampe malam sampai-sampai kamu harus pulang dini hari seperti ini?" kini suara pria paruhbaya itu mulai melirih.

" Apa urusannya dengan anda?" jawab gadis itu dengan dingin setelah sekian lamanya ia terdiam.

Mendengar jawaban dari gadis didepanya pria itu terkejut dengan jawaban formal yang terlontar dari gadis yang notabenenya putri kandungnya sendiri.

" Apa yang kau katakana Shiba?" ya gadis itu adalah Alishba Dairah Eiliyah Fatansyah atau biasa dipanggil Shiba oleh keluarganya

" Aku ini ayahmu Shiba... mengapa kau berkata demikian?" ujar pria itu dengan sedikit tidak percaya.

" Ayah kerja keras banting tulang untuk apa Shiba jika bukan untuk kamu peri kecil ayah? Semua fasilitas mewah ayah berikan untuk kamu, buat apa? Tentu agar peri kecil ayah itu Bahagia bisa mendapatkan semua yang ia inginkan... APA INI BALASANYA SHIBA!!!" sentak pria itu yang mulai hilang control terhadap emosinya sendiri.

" Oh" hanya satu kata yang keluar dari gadis itu yang membuat emosi pria paruhbaya itu semakin memuncak.

" Hanya itu Shiba yang keluar dari mulutmu Shiba?" tanya pria itu tak percaya.

" Lalu" lagi-lagi haya satu kata yang keluar dari bibir mungil gadis itu.

" Shiba peri kecil ayah... ini benar-benar kamu nak? Ini benar-benar putri kesayangan ayah bunda yang manja itu... hahaha tentu bukan, kamu bukan Shiba?' tanya pia itu mempertanyakan gadis didepannya yang jelas-jelas anaknya sendiri.

" Ya memang bukan, karena putri anda telah meninggal bertahun-tahun yang lalu" jawab Alishba datar tanpa beban apapun.

" Tidak, ini Shiba peri kecil ayah yang manja..." lirih pria itu dengan air mata yang telah menggenang di pelupuk matanya.

" ANAK ANDA TELAH MATI ANDA DENGAR... MATI!!" sentak gadis itu yang geram dengan situasi yang sedang ia hadapi. Sedangkan pria paruhbaya itu menggeleng tak percaya dengan tingkah kurang ajar putrinya.

" Apa ayah pernah mengajarkanmu berbicara dengan nada tinggi pada orang tua itu tidak sopan Shiba mana sopan santunmu sebagai seorang anak? apakah bundamu pernah mengajarkanmu demikian? Ayah kira tidak Shiba" ucap ayah Shiba dengan liris ketika mengenang almarhum sang istri tercinta.

" Memang, memang anda tak pernah mengajarkanku berlaku demikian apalagi bundaku. Bundaku adalah malaikat yang baik mana mungkin mengajarkanku hal demikian. Tapi apakah anda pernah mengajariku apa itu sopan santun? Yang anda tau hanya kertas dan tinta hitam putih yang setiap hari anda pegang untuk menghasilkan uang dan harta benda yang jelas-jelas anda tau tidak akan bisa anda bawa mati. Saya berperilaku demikian juga atas didikan anda, UPSS buakn didikan tapi keadaan yang anda dan tuhan berikan pada saya" ujar gadis itu yang pada akhirnya mengeluarka salah satu beban yang ada dihatinya.

" Kamu menyalahkan ayah sayang, kau menyalahkan Tuhanmu nak..." lirih ayah Shiba dengan air mata yang meluruh.

" Ya" jawab gadis itu dengan lantangnya tanpa berfikir apapun yang akan terjadi kedepannya.

Dengan air mata yang kian banyak meluruh Henandan Fiaz Fatansyah atau biasa dipanggil Faiz mulai mendekat pada Shiba yang masih diam dengan wajah datarnya. Ia mulai memeluk peri kecilnya yang sekang sudah menjadi gadis yang amat sangat cantik, ia rengkuh gadis itu dengan pelukan erat menyalurkan betapa terlukanya ia. Shiba gadis itu masih saja diam tak bergeming tanpa niat untuk membalas pelukan ayahnya, orang yang darahnya mengalir ditibuh kecilnya.

Dengan Gerakan yang tidak kasar dan tidak pula halus ia melepaskan pelukan ayahnya dan berlalu meninggalkan sang ayah yang masih dengan air mata yang terus turun tanpa dikomanda. Shiba mulai menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya yang berada di lantai dua rumahnya. Setelah tepat didepan pintu kamarnya ia menghela nafas kasar lalu membuka pintu itu dan menutupnya kembali dan kakinya luruh setelah ia menutup pintu kamarnya dengan punggung menyandar dipintu.




See You Guys

Wassalamu'alaikum 👋🏻

Bhaihaqi ya ZawjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang