Bab 2

1 1 0
                                    

Assalamu'alaikum Guys

Bagaimana kabar hari ini? Baik? Alhamdulillah

Mau kenalan ndak?

Absen dulu kuy dari mana aja nih?

Ya udah deh daripada banyak cingcong skuy baca, kalo ada typo tandai ya...

Yang udah nandain Makasiiiiii.....😊😉🤞


Pagi ini bumi tengah gundah, langit yang biasanya terang kini terlihat bak kepulan asap hitam dan matahari yang biasanya menampakkan sinarnya kini terhalang oleh kumpulan awan hitam yang ada diatas sana. Shiba, gadis itu masih terlihat nyaman bergelung dibawah selimut tebalnya tanpa ada niat membuka mata indahnya. Hari ini adalah harinya terbebas dari tugasnya sebagai pelajar dikarenakan warna merah yang ada di tanggal kalender.

Krucuk~

Krucuk~

Suara dari perut kecilnya itu mulai menggangu tidur nyenyaknya. Huh terlihat sekali dia sangat malas untuk membuka matanya barang sedetikpun. Dan lagi suara perutnya mengharuskan mata indahnya untuk terbuka. Shiba mulai mengumpulkan pundi-pundi nyawa yang tadi melalang buana didunia mimpinya. Dengan gerakan kasar ia menyibak selimutnya mulai berjalan menuju kamar mandi yang ada dikamarnya guna menuntaskan panggilan alam.

Krucuk~

Sungguh sial bagi Shiba, ia lupa jika kemarin siang adalah terakhir kalinya ia memasukkan sesuatu untuk mengisi perut kosongnya dan kini perutnya meronta untuk diisi. Berdo'a saja semoga di dapur telah tersaji makanan sehingga dia tidak akan susah-susah untuk memasak terlebih dahulu ataupun membelinya dulu. Setelah turun kebawah dan sampai di dapur ia melihat beberapa hidangan telah tersaji di meja makan. Harum makanan itu sungguh menggiurkan dan tanpa menunggu lama lagi Shiba langsung mengambil beberapa yang ia inginkan lalu menyantapnya tanpa ragu.

" Shiba....." suara bas seorang pria membuat Shiba mengalihkan perhatiannya dari makanan yang ada di depannya.

Tanpa ada niat untuk menjawab Shiba hanya menengok ke arah suara guna melihat siapa orang yang telah memanggil Namanya. Setelah tau jika yang memanggilnya adalah ayahnya ia kembali mengalihkan perhatiannya pada makanan yang ada di depannya

" Apakah makanan yang kau makan itu sangat lezat sayang?" tanya ayah Shiba setelah mendudukkan dirinya di kursi yang ada di depan Shiba.

" Hem" jawaban Shiba membuat pria itu tersenyum kecut.

" Ternyata kamu memiliki selera yang sama dengan bundamu ya nak.." balasnya sembari tersenyum manis kala mengingat momen indah bersama sang istri.

Shiba terdiam ia enggan untuk memasukkan makanan yang telah sampai di depan mulutnya. Rasanya makanan yang kini ia kunyah menjadi hambar dan dengan susah payah ia menelan makanan yang sedang ia kunyah kala mendengar bundanya disebut. Dengan kasar ia meletakkan kembali sendok yang ia gunakan.

" Bundamu sangat senang bila ayah memasakkan sup bakso dengan sambel goreng petai dan juga tempe goreng. Ini adalah pertama kalinya ayah memasak menu makanan favorit bundamu setelah bunda meninggalkan kita nak. Melihat kamu begitu menikmati makanan ini membuat ayah teringat bagaimana ekspresi bundamu saat makan sayang."

Shiba mengerutkan keningnya, ia tak menyangka jika makanan yang saat ini ia makan adalah masakan sang ayah. Mendengar fakta itu membuat nafsu makannya turun, dan kini ia tidak mood lagi untuk menghabiskan makanan yang ada dipiringnya.

" Shiba... ayah ingin berbicara sesuatu dengan mu nak" ujar pria itu lembut dan Shiba hanya mengangkat satu alisnya seakan berkata 'apa'. Dan melihat balasan itu ayahnya hanya tersenyum teduh.

" Shiba ayah ingin memasukkanmu ke pesantren teman ayah" ungkap sang ayah dengan halus agar anaknya itu tidak tersinggung.

Terkejut? Tentu terkejut, Shiba tidak menyangka bahkan tak pernah terpikirkan oleh Shiba jika ayahnya mengurusi hidupnya. Ia sudah terbiasa hidup bebas dan sendiri selama ini, bagaimana nasibnya jika ia harus hidup di pesantren yang bisa dipastikan banyak orang yang akan mengganggu kehidupan tenang dan bebasnya.

" Jika anda keberatan menampung saya di rumah kosong ini saya bisa pergi tanpa harus anda usir dengan halus" jawab Shiba lalu berdiri dengan kasar sehingga menimbulkan suara decitan yang lumayan keras dari kursi yang ia duduki tadi.

" Bukan sayang, bukan itu maksud ayah. Ayah tidak keberatan sama sekali sayang, tapi ayah juga sebenarnya berat untuk melepaskanmu dan membuat putri ayah satu-satunya ini jauh dari jangkauan ayah. Tapi nak...." 




See You Guys

Wassalamu'alaikum 👋🏻

Bhaihaqi ya ZawjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang