S A T U

23 4 0
                                    

Agam Jonathan, kerap disapa Jo atau Agam atau Johnny. Kini ia sudah duduk di jenjang kelas 12. Dia menghela nafasnya saat ini. Ia benar-benar muak dengan hidup, mati enggan hidup juga enggan.

Sering kali mama nya menceramahi nya dengan kata-kata andalannya. Sampai sudah hafal baginya.

“Agam, Agam. Mau jadi apa sih kamu ini, liat noh anak tetangga sebelah, udah jadi PNS dia. Masa kamu gak punya mimpi kayak dia sih?”

Besoknya, Mamanya akan mengomelinya hal yang sama namun dengan tetangga yang berbeda profesi.

“Gam. Liat tuh anaknya Bu Sri. Dia udah ikut OSN, eh keterima jadi Pilot pula,” sindir Mama nya.

Agam yang sedang meminum air putih, langsung berhenti sejenak.

“Jadi, anaknya Bu Sri ganti profesi mah?” tanya Agam dengan polos.

Mama nya langsung memukul nya dengan sandal capit. Kini Agam berangkat ke sekolah dengan wajah memerah juga bonyok karena tamparan Mama nya.

Sesampainya di sekolah, Agam menghampiri Theo ketika waktu istirahat. Theo yang melihat hal itu langsung menertawakan sahabatnya dengan terbahak-bahak.

“Lucu hah? Muka gua bonyok gini lucu?” tanya Agam dengan nada sewot.

Theo menyeka air mata nya, “Ya abisnya lo bilang apa lagi sih ke nyokap lo sampai segitunya?” tanya Theo.

Agam menghela nafas dengan gusar, kemudian ia duduk di bangku nya. Theo masih menunggu Agam untuk mau berbicara.

“Katanya gua disuruh nyari cita-cita, yo.

“Tapi gua bingung, satu sisi nyokap ngomel, satu sisi dia juga nyuruh-nyuruh,” jawab Agam.

Theo hanya mengangguk-angguk, “Ya wajar. Lo kuliah jadinya mau kemana? minimal nentuin kampus dulu aja deh,” ujar Theo.

Agam mengusap wajahnya karena lelah, “Niatnya gua gak mau lanjut ke kuliah. Males banget gua. Tapi gua sadar, bakal susah cari kerja semisal gua gak ngambil sarjana.”

“Setidaknya lo udah nemu kampus, dan inget Gam. Lakuin yang lo enjoy, karena melakukan sesuatu didasar yang lo suka feel nya bakalan beda,” jelas Theo panjang lebar.

Agam hanya diam saja saat mendengar nasihat temannya.

“Gua serius, Gam. Ini demi masa depan lo,” ucap Theo dengan wajah keseriusan nya.

Agam mengangguk paham, Theo sudah ia anggap seperti abang dan sekaligus sahabat sejati nya.

“Kepada Siswa bernama Agam Jonathan kelas XII IPS 2 ditunggu di ruang guru oleh Pak Surya. Sekali lagi ...”

Agam kemudian bangkit dari duduknya, “Gua cabut dulu ya, ketemu Papi,” pamit Agam pada Theo.

Theo mengangguk, “Jaga sikap pokoknya, awas!”

“Iya mami,” ujar Agam sebelum meninggalkan kelas, lalu pergi.

***


Agam mengucapkan salam sebelum memasuki ruang guru, Pak Surya mempersilahkan untuk mendekati ke meja kantornya.

Agam melihat perempuan yang tampaknya tidak familier di matanya. Namun baginya seluruh perempuan itu sama saja. Ia malas berpacaran karena baginya itu membuang-buang waktunya. Waktu tidur maksudnya.

“Ah itu Agam. Sini Gam!” Agam kemudian menghampiri Pak Surya.

“Nah Agam, kenalin ini Jasmine murid baru di sekolah kita. Rencana nya dia bakal ambil jurusan IPS juga, jadi kemungkinan kalian akan sekelas,” jelas Pak Surya panjang lebar.

Mimin & PaijoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang