Prolog

14 3 0
                                    


Elang,

Sang pemilik mata tajam,

Gesit dan lincah terbang,

Memangsa mangsanya.

Terbangnya paling tinggi,

Berteman badai setiap hari,

Walau begitu ia terus menyendiri.

Berbeda dengan sosok elang biasanya, 'elang' ini tak suka sendiri.

Mendamba pertemanan walau itu semu.

Terbelenggu pertemanan si pengecut.

Bagaimana akhir dari sang elang dan pertemanan semunya?


"Apa kau mau menjadi temanku?"

Aku sangat menunggu hal ini terjadi. Hal dimana aku bisa berteman dengan Sang Elang. Meski aku tak pernah berpikir jika aku yang mengajaknya duluan.

"Ya, aku mau."

Aku tersenyum mendengar jawabannya membuat sang elang ikut tersenyum. Kemudian sosok elang dengan tatapan tajamnya kembali muncul di wajah Sang Elang.

Sang elang dengan tatapan tajamnya berteman dengan si pengecut seperti aku ini. Apa yang selanjutnya akan terjadi, jelas aku tak tahu. Semoga sikap pengecutku tidak menyakitinya.

Bagaimana si pengecut ini bisa di samping sang elang dengan badainya? Apa yang akan dilakukan si pengecut ini? Aku tak tahu. Satu hal yang pasti, pengecut tetaplah pengecut.

Sang elang pun tak tahu jika kawan barunya adalah seorang pengecut. Sang elang hanya butuh teman, bukan pahlawan kan? Maka seorang pengecut pun bisa menjadi teman. Lalu apalagi yang mau diharapkan dari si pengecut ini?


To Be Continued----->



Post ulang untuk cerita yang lebih panjang.

Selamat membacaa~~

04.07.2023

Sang ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang