BAB 3

482 10 0
                                    

Nayla

Malu! Malu! Malu! Aku tertangkap basa. Raka menoleh tepat saat aku sedang memandangnya sambil senyum-senyum tidak jelas. Aku begitu terhipnotis karena suaranya begitu merdu saat menyanyikan lagu romantis tadi, sampai secara tidak sadar aku datang dan berdiri di depan pintu kamarnya, lalu membayangkan dirinya sedang bernyanyi untukku. Mungkin setiap wanita yang mendengarnya akan merasakan hal yang sama, seperti yang aku rasakan saat ini. Suaranya begitu menghanyutkan, bahkan mungkin suaranya mampu membuat  banyak wanita klepek-klepek ditempat. Apalagi Raka begitu menghayati saat menyanyikannya.

Zet zet

Ponselku bergetar membuatku tersadar dari lamunan, dengan cepat aku mengambil ponsel dari saku celana. Aku tersenyum, ternyata sms dari Mari sahabat karibku, tepatnya sahabatku dari SMP. Aku dan Mari dari SMP sampai sekarang selalu menempuh pendidikan ditempat yang sama.

Aku di depan rmh kamu Nay

Aku menggelengkan kepala sambil terkekeh geli setelah membaca isi SMS Mari, "Bagaimana bisa gadis itu berada di depan rumahku? Bukannya dia harus mengikuti lomba masak di dunia abal-abal," kataku dengan suara tawa tertahan. Aku segera melempar ponselku ke atas kasur, lalu mengambil ikat rambut di atas lemari sebelum melesat menemui Mari di depan rumahku.

Aku hampir saja melempar sendal jepit yang aku pakai pada orang yang sedang nemplok di pagar rumahku, sampai aku tersadar ternyata orang itu adalah Mari. Mari persis seperti orang gila dengan rambut keriting kecil-kecil ala sarang lebah miliknya itu dibiarkan tegerai menutupi sebagian wajahnya, untungnya setelah menyadari kehadiranku Mari menjauh dari pagar rumahku dan tanganya menyapu rambut yang menutupi wajahnya itu sampai wajah jenakanya terlihat secara jelas.

Aku segera berlari untuk membukakan pagar rumahku agar Mari bisa masuk, kebetulan pagar rumahku memang masih tergembok. Berhubung mama nggak ada di rumah, jadi nggak ada yang ingat untuk membuka gembok pagar "kenapa  kamu kesini? Kamu nggak jadi ikut lomba masaknya ?" Tanyaku pada Mari sambil membuka gembok pagar rumahku.

Mari langsung menatapku sambil mengerutkan kening dan hidungnya secara bersamaan sampai wajahnya mengkerut seperti jeruk purut, "sejak kapan aku bisa masak?" Tanya Mari lalu berjalan santai dengan wajah tanpa dosa setelah pagar rumahku terbuka.

Aku melirik Mari sambil menahan tawa, ternyata kecurigaanku memang benar Mari hanya membohongi ketua paduan suara kampusku. Kemarin Jodi, ketua paduan suara kampusku meminta Mari untuk latihan paduan suara hari ini,  dengan wajah sedih dibuat-buat Mari mengatakan kalau dirinya tidak bisa karena harus mengikuti lomba memasak. Anehnya Jodi percaya begitu saja, padahal wajah jenaka Mari memperlihatkan secara jelas kalau dirinya hanya berbohong. Lagian mana ada wajah seperti Mari bisa memasak.

Aku mencubit lengan Mari dengan pelan, "kamu tega sekali membohongi Jodi." Kataku sambil menutup pintu rumah. "Ngomong-ngomong kenapa kamu nggak mau latihan hari ini? Bukannya kamu ikutan paduan suara supaya bisa ketemu terus sama Jodi." Sambungku lagi.

Mari mendekati sofa yang ada di ruang tamu, lalu merebahkan tubuh mungilnya ke salah satu sofa yang ada disana, matanya yang bulat itu menatapku dengan wajah cemberut, "ternyata Jodi sudah punya pacar," suara Mari terdengar lemah sekali.

Aku segera duduk di sofa yang ada disebelah Mari, "kamu tahu darimana?" Tanyaku sambil mendekatkan wajahku kearah Mari. Setahuku Jodi baru saja putus sama Noni si bintang kampus satu minggu yang lalu. Katanya si Noni ketahuan selingkuh, tapi aku nggak tahu selingkuh sama siapa.

"Kemarin aku lihat sendiri Jodi merangkul pundak si Josi sambil ketawa ketiwi lagi,"  jawab Mari sambil menerawang jauh seolah-olah sedang membayangkan kejadian kemarin, saat Jodi merangkul pundak Josi. Wajah Mari terlihat memerah karena menahan kesal.

Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang