BAB 6

144 2 0
                                    


Raka

Hampir dua bulan aku dan Nayla tinggal dalam satu atap, tapi hubungan kami tidak memiliki peningkatan yang berarti. Nayla memang tidak lagi menghindar saat kami bertemu hanya saja dia masih saja canggung berada di dekatku. Aku mulai frustasi dengan keadaan ini, belum lagi Mario  seperti hantu yang selalu bergentayangan di dekat Nayla.

Aku tidak bisa memantau langsung gerak gerik Mario, tapi  aku memiliki mata-mata yang paling terpercaya, dia adalah Mari si gadis pemilik wajah jenaka dan hati yang tulus. Dia akan dengan senang hati melaporkan seluruh kegiatan Nayla selama di kampus padaku, termasuk semua gerak gerik Mario yang berhubungan dengan Nayla. Bahkan kalau diperlukan Mari akan turun tangan menjauhkan Mario dari hadapan Nayla. Sayangnya Siska sahabat Nayla yang super genit itu sangat mengagumi Mario. Dia selalu membantu Mario untuk mendapatkan hati Nayla.

Hari ini Nayla harus pulang bersamaku karena itu setelah pulang kerja aku langsung meluncur kesini, ke kampusnya Nayla. Kebetulan waktu mengantar Nayla tadi aku sempat menanyakan jam berapa dia pulang ternyata setengah jam lebih lama dari jam pulang kantorku. Kebetulan yang menyenangkan bukan?

Bahagia sekali rasanya melihat Nayla berlari menghampiriku yang sedang berdiri di gerbang kampusnya. Wajahnya yang cantik tampak berseri-seri, senyum bahagia terpampang dari bibir mungilnya itu. Apakah Nayla bahagia karena kehadiranku?

Apakah kalian tahu aku sudah mempersiapkan sesuatu untuk Nayla? Tentunya sahabatku Mari dan Bono sudah membantuku untuk mempersiapkan semuanya.

"Yuk kita pulang," ajakku sambil meraih lengan kirinya yang sangat halus untuk kugandeng.

Nayla menahan lenganku saat aku ingin mengajaknya ke mobil. "Ada apa?"

"Kak Raka jemput aku?" Tanyanya sambil menutupin kedua pipinya yang merona dengan telapak tangannya yang putih.

Aku tidak dapat menahan tawaku setelah mendengar pertanyaan lucu dari Nayla, "tentu saja, kakak kesini khusus buat jemput kamu. Memangnya ada alasan lain?" Tanyaku dengan mengerlingkan mata sebelah kananku. Lucu sekali bukan?

Wajah Nayla lagi-lagi merona merah. Oh Tuhan, Nayla begitu menggemaskan, " teri-terima kasih kak," kepala Nayla langsung menunduk menatap ujung sepatu flat berwarna pink miliknya. Ternyata dia malu.

"Sama-sama Nay," tubuhnya langsung kurapatkan kedalam rangkulanku. Aku bisa merasakan tubuhnya langsung menegang tapi kepalanya masih saja menatap ujung sepatunya dan aku bisa melihat pipinya semakin merona, untungnya Nay tidak menolak rangkulan dariku kali ini.

"Sebelum kita pulang kamu mau ikut kak Raka kesuatu tempat dulu nggak?" Tanyaku setelah kami berada di dalam mobil.

Nayla yang sedang menatap ke luar jendela mobil langsung menoleh kearahku dengan antusias, "kemana?" Mata indah Nayla terlihat berbinar-binar. Aku sangat bahagia sekali melihatnya.

"Rahasia," jawabku sok misterius.

Pipinya yang putih mulus itu mengembung dan matanya yang indah itu menatapku tak suka, "kok rahasia si kak? Jangan-jangan kak Raka mau culik aku ya?" Aku bisa melihat tubuhnya menegang.

Hah? Menculik gadis cantik yang aku sukai? Itu sangatlah tidak mungkin, tapi kalau menculiknya untuk membawanya ke penghulu? Hmmm kalau itu...

"Heeeei kak Raka."

"Eh."

"Bukannya menjalankan mobil, kak Raka malah melamun mana pertanyaanku nggak dijawab lagi," omel Nayla dengan tangan terlipat di depan dada.

Tanganku dengan lancang mencubit kedua pipinya dengan gemas, "Hehe maaf ya, aku tidak akan menculikmu. Tenang saja ya," ucapku sambil menghidupkan mesin mobil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang