Sambungan

191 5 0
                                    

"Dia itu playboy," ucapku dengan geram.

"emang sih, tapi kan dia itu tampan banget. Siapa sih yang nggak mau sama dia? Kamu sikat saja Nay."

Enak saja Siska ngomong seperti itu.  "sudah dulu ya Sis, pulsa aku mau habis nih." Aku langsung menutup telponnya.

Mario! Mario! Mario! Pusing kepalaku gara-gara dia. Apa sih yang ada didalam otaknya itu? Apa belum puas dengan segudang ceweknya itu? Emang dia pikir aku suka sama dia. Aku benar-benar kesal sama dia.

Panjang umur! Baru saja dipikirkan orangnya nelpon. Apa yang harus aku lakukan? Lebih baik jangan diangkat.

Hufh! Akhirnya dia berhenti juga nelepon aku. Tidak lama kemudian Mario kembali nelepon. Akhirnya sudah lima panggilan tidak terjawab.

Dia kembali nelepon. Ok, aku menyerah...

"halo," sapaku dengan dingin.

"ini Nayla bukan?" Tanya Mario dengan ramah alias sok ramah.

"bener. Ini siapa?" aku pura-pura tidak tahu.

"Mario. Kamu lagi ngapain?"

Aku malas sekali  ngomong sama Mario, kalau tidak memikirkan asas kesopanan sudah daritadi aku menutup telponnya.

"lagi nunggu pacar aku, lama sekali dia datang." Jawabku asal. Biarin saja dia mengira aku punya pacar. Jadi dia tidak perlu repot-repot menghabiskan pulsanya untuk nelepon aku.

"Oh, Ya udah, aku temenin aja sampe cowok kamu datang," Suara Mario terdengar santai dan biasa saja.

Emang sakit nih orang.

"ehmm.. tunggu dulu. Sebenarnya ada perlu apa kamu telpon aku?" kesabaranku sudah hampir habis sekarang. Sabar! Sabar!

"Pengen ngobrol aja sama kamu. Soalnya kita kenal udah lama, tapi nggak pernah ngobrol. Aku jadi penasaran aja sama kamu. Apalagi waktu ketemu di apotik tadi kamu malah pergi waktu aku mau antar pulang, beda aja sama cewek lain," tanganku gemetar mendengar kata-kata Mario yang begitu terus terang. Dia nelpon aku cuma penasaran saja.

"Sudah dulu ya, cowok aku udah datang. Bye," akhirnya aku bisa menutup telpon.

Dasar cowok sok ganteng. Masa cuma gara-gara tidak mau diantar pulang dibilang lain daripada cewek lain. Besok Mario pasti akan mendekatiku  Jadi apa yang harus aku lakukan. Kalau dia nanyain tentang pacarku gimana?

***
Berhubung mama belum pulang terpaksa aku lagi yang membuat sarapan. Benar-benar mirip suami istri. Aku sibuk menyiapkan sarapan, sementara itu kak Raka sibuk membaca Koran di ruang makan. Beberapa kali aku mencuri pandang kearahnya. Aku terus terpesona melihat kak Raka begitu tampan dengan kemeja hijaunya. Tepatnya kak Raka terlihat berkarisma. Aaarggghh! Apa yang aku pikirkan? Aku mengetuk kepalaku keras-keras agar tidak berpikir macam-macam lagi.

"Loe kenapa? Sakit ya?"

Aku meloncat kaget ada yang menyentuh kepalaku. Aku mendongak, ternyata Kak Raka yang menyentuh kepalaku. Tak lama kemudia dia mengelus lembut kepalaku. Sial! Lagi-lagi jantungku berdetak keras. Mirip bunyi genderang perang. DAG DIG DUG DAG DIG DUG DUG DUG...

Tangan kak Raka segera aku tahan "kepalaku nggak sakit."
"serius?"
Aku mengangguk. ayo, "kita sarapan."

Untung kak Raka setuju. Hari ini aku membuatkan kak Raka bubur. Kayaknya bubur cocok untuk orang yang sakit maag. Kak Raka juga tidak protes aku membuatkannya bubur. Malah dia terlihat sangat menikmati bubur yang aku buatkan untuknya.

"enak sekali bubur buatan kamu," puji kak Raka. Mendengarnya aku tersenyum senang.

"makasih, aku pergi kuliah dulu ya," aku mengambil jaket di atas kursi, kemudian aku melangkah pergi.

Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang