PROLOGUE

52 18 11
                                    

Senja tersenyum tipis kearah buku yang terbuka dengan halaman yang penuh dengan bait aksara yang ia tulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja tersenyum tipis kearah buku yang terbuka dengan halaman yang penuh dengan bait aksara yang ia tulis. Buku berwarna biru pastel yang sudah sedikit lusuh itu nyatanya adalah saksi bisu bagaimana lika-liku kehidupannya selama ini.

Segala hal yang datang dalam hidupnya seakan hanya bayang yang singgah, bukan sesuatu sungguh yang pasti akan menetap.

Ingatan memori kehidupan seakan selalu terputar dalam otaknya, bagaimana kelamnya kehidupan yang dilaluinya, sakitnya realita yang harus selalu apa adanya, bahkan segala yang terasa pahit jika dipikir menggunakan logika.

"Keluarga gue hancur, hidup gue juga berantakan, masalah selalu aja dateng beruntun, kepala gue selalu riuh, Sam."

"Dan sekarang, lo yang gue jadiin satu-satunya rumah buat pulang,"

"Kenapa malah ikutan pergi kaya yang lain?"

"Mana yang katanya lo nggak akan pernah tinggalin gue?"

"Mana bahagia bersama yang lo janjikan, Sam?"

"Semuanya bohong, Sam. Semuanya omong kosong."

Senja memejamkan matanya sejenak, meresapi rasa sesak yang begitu kuat menjalar dalam dadanya.

Ia menarik napasnya dalam-dalam, kemudian membuangnya perlahan, napasnya terasa begitu berat, sungguh, ini sangat menyakitkan. Namun sudah kebal rasanya untuk menangisi sebuah kehilangan, karena Senja pun sadar, bahwa pada hakikatnya dunia hanyalah tempat untuk meninggalkan dan ditinggalkan.

Kali ini, Senja (harus) rela, lagi.

"Terimakasih telah menjadi bagian akhir paling bahagia sekaligus cinta yang paling dalam, Sam. Gue tutup bukunya, dan selamanya lo akan menjadi tokoh utama."

🍓🍓🍓

tbc.

Tinggalkan jejakmu dengan vote dan komentar, see u on next chapter! ☆

Sajak Sastra SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang