Senja menoleh ke belakang saat seseorang menepuk kasar pundaknya dari belakang.
"Kak Asel?"
Plak!
Satu tamparan mendarat secara tiba-tiba di pipi kanan Senja hingga kepalanya menoleh ke kiri.
Senja reflek memegangi pipi kanannya yang terasa panas, kemudian memandang kakak kelas yang berada di hadapannya itu.
"APA?!" solot Asellia-kakak kelasnya.
"Lo mau kemana? Ke lapangan basket, kan?" tanya Asellia.
"Mau temuin Karel, kan?" lanjutnya.
"NGGAK BISA SEMUDAH ITU, YA!"
"Lo kenapa, sih, Kak?" tanya Senja.
"Gue nggak suka lo deket-deket sama Karel!" jawab Asellia.
"Why?" kata senja heran.
"Dia cuma mantan lo, Kak,"
"Kenapa panas? Gamon?" lanjut Senja dengan nada yang terdengar santai.
"BERANI YA LO!" seru Asellia tak terima, ia kemudian mendorong kasar tubuh Senja hingga tersungkur ke belakang, kepalanya membentur sebuah kursi yang ada didepan ruang lab kimia.
"WOI!" suara berat seorang cowok dari arah belakang itu membuat keduanya menoleh.
Samudra, ia berlari menghampiri dua cewek itu.
"Apa maksud lo dorong-dorong siswi lain kayak gitu?!" tanya Samudra.
"Siapa lo? Nggak usah ikut campur." kata Asellia.
"Can you see my name tag?" jawab Samudra.
"Ouh, kakak kelas." lanjutnya.
Sementara Asellia, dia hanya memutar bola matanya.
"Bukan bermaksud nggak sopan ya, Kak Lolita Asellia," kata Samudra menekankan kata 'Kak' setelah melihat name tag gadis dihadapannya itu.
"Apa yang lo lakuin tadi termasuk kedalam bullying. Gua ga segan-segan buat aduin lo langsung ke kepala sekolah." lanjutnya.
"Ck, Awas ya lo!" kata Asellia mendengar apa yang dikatakan Samudra.
"Dan lo, urusan kita belum selesai, ya!" Asellia menunjuk ke arah seorang yang masih terduduk di lantai. Kemudian ia beranjak pergi, meninggalkan dua orang yang menurutnya sangat menyebalkan itu.
Samudra berjalan ke arah gadis korban bullying tadi, siapa lagi kalau bukan Senja, gadis itu masih memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit.
"Kepala lo biru gitu, mending ke UKS." kata Samudra yang berdiri didepan Senja.
"Gue nggak apa-apa." jawab Senja.
"Nggak usah munafik, nggak usah sok-sokan nggak kenapa-kenapa padahal lo aja udah jelas kenapa-kenapa." tutur Samudra.
"Kalau lagi sedih, ya sedih aja. Nggak usah mau berlagak selalu bahagia, lo juga manusia." lanjutnya.
Deg.
"Apa maksudnya?" batin Senja.
"Iya." hanya kata itu yang bisa terucap dari mulut Senja, ia tak tahu harus menanggapi apa.
"Ayo ke UKS." ajak Samudra, ia mengulurkan tangannya.
"Gue bisa sendiri."
Senja kemudian berdiri perlahan, namun, kepalanya yang masih sangat pusing itu membuat ia tak sanggup untuk menopang dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Sastra Senja
Teen Fiction"Akan ku buat kamu abadi di dalam tulisanku, dan akan ku jadikan kamu sebagai tokoh utama di dalam prosaku." Yaa, kira-kira begitulah ucapan seorang penulis ketika ia menemui hal yang bermakna dalam hidupnya, begitu juga dengan Abia Senja Kumala, ga...