Damian

112 11 1
                                    

Tak lama, orang yang gue telepon ngangkat teleponnya juga.

"Clara!! Baru aja gue pengen nelpon lo, eh taunya lo telpon duluan. Oh iya, Clar, gue ada kabar loh. Mau tau gak?? Kepo kan lo! Yaudah gue kasih tau deh, jadi, gue jadian ama Angga. Hehe. Kaget gak lo? Pasti kaget kan!" Duh kebiasaan kan si Ara langsung nyerocos. Belum juga gue curhat, eh dia malah curhat balik.

"Gak, gua ga kaget sama sekali. Ra, kayak nya gue besok kerumah lu buat cerita."

"Emang kenapa kalo ditelepon?" Sahut Ara rada kecewa.

"Pasti segala cerita itu didominasi lo. Dan gue ga ada kesempatan buat cerita. Besok lo ga ada acara kan?" Penjelas gue

"Hehe sorry. Ga ada kok darling. Pintu rumah gue selalu open kok buat lo. Gue tunggu ya"

"Hmmm" setelah itu telepon gue tutup secara sepihak.

Ara, sahabat gue dari SMP. Anak yang supel, ceria dan eksis ini membuat mata gue terbuka untuk memahami orang lain. Hanya dengan dia gue bisa ngomong lo-gue. Dengan yang lainnya? Pasti gue gugup ga jelas. Ga terbiasa. Tapi saat sama Ara, gugup gue ilang. Kayak nemu sesuatu yang selama ini lo cari. Dia bukan tipe sahabat yang cuma nenangin dengan pelukan, tapi juga dengan bacotannya, omelannya, tingkahnya dan juga jitakannya. Gue sayang dia apa adanya. Gue beruntung jadi sahabat dia. Gue beruntung punya dia. Gue beruntung bisa ditakdirin ketemu dia.

ΠΠΠΠΠ

Diminggu pagi ini Adel sudah siap dengan pakainnya, skinny jeans dengan atasan lengan panjang pink dengan rambut yang dibiarkan tergerai. Sangat sederhana, mengingat dia hanya pergi kerumah Ara yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

"Pagi bunda" sapa Adel melongokkan kepala nya ke arah dapur, tempat sang bunda sedang masak. Bunda Mira, terbiasa masak siang karena saat sarapan, mereka hanya memakan roti dengan selai dan segelas susu.

Ayah Adel, seorang pendiri perusahaan terkenal sedang mengurus cabang baru di luar negri. Jadi dirumah yang luas ini hanya tinggal bunda Mira, kak Natalia dan Adel.

"Pagi sayang. Mau kemana?" Sang bunda hanya bisa tersenyum manis ke arah anaknya yang sudah beranjak dewasa. Adel semakin hari semakin cantik pikir sang bunda.

"Mau kerumah Ara, bund. Adel pamit ya. Adel naik taksi. Oh iya, pulangnya jam 8, gapapa kan bund?"

Bunda berpikir sejenak "Oke. Hati-hati. Salam buat Ara dan keluarganya."

"Oke bunda. Dadah"

Adel duduk diteras rumah menunggu taksi yang sudah dia pesan. Tak berapa lama taksi tersebut sampai. Adel langsung memasuki taksi dan menyebutkan alamat rumah Ara.

10 menit perjalanan yang Adel tempuh. Setelah sampai didepan rumah Ara, Adel membayar taksi sesuai dengan argo yang tertera. Lalu berjalan menuju gerbang rumah Ara.

"Pagi non Adel. Cari non Ara ya?" Sapa seorang satpam yang sudah kenal dengan Adel

"Hehe iya pak. Ara ada?"

"Ada non. Silahkan masuk" satpam yang bernama Bejo membukakan gerbang untuk Adel.

Adel tersenyum ramah pada satpam tersebut dan menuju pintu rumah kediaman Ara. Adel mengetok pintu beberapa kali hingga pintu terbuka. Seorang cowok dengan bertelanjang dada memakai celana pendek dengan muka baru bangun tidur muncul didepan Adel.

Sontak Adel hanya terpaku memandang laki-laki itu dari atas ke bawah lalu menatap wajahnya lekat-lekat.

"Ka..Kak Bayu, Ara nya ada?" Tanya Adel dengan gugup. Adel mencengkram ujung kaosnya.

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang