01

723 79 4
                                    

Bagas menatap tespek yang di sodorkan oleh Dita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagas menatap tespek yang di sodorkan oleh Dita. Dirinya terdiam membisu. Perasaannya campur aduk. Andita Savitri—ibu satu orang anak sekaligus sekretaris pribadi Bagas itu kini tengah mengandung anaknya.

Status Dita yang belum lama bercerai dari sang mantan suami, kini tengah mengandung benih Bagas karena satu kejadian malam yang dimana keduanya mabuk berat dan berakhir panas di ranjang.

Bagas tidak menyangka kejadian malam saat acara ulang tahun perusahaannya kini menghasilkan benih yang tumbuh dengan baik di rahim Dita, yang notabene juga sahabat sang isteri Winda.

"Pak Bagas tidak perlu khawatir saya meminta pertanggung jawaban mengenai kehamilan saya. Saya datang kesini tidak untuk meminta itu. Saya hanya ingin Pak Bagas tahu kalau hasil malam itu kini menghuni rahim saya," ucap Dita memberanikan diri berbicara.

Tubuh Bagas yang semula terlihat tegang kini perlahan mencair. Ia menyandarkan punggungnya di sofa ruang kerjanya lalu menatap kearah Dita. Dita yang ditatap intens seperti itu sesekali memalingkan wajahnya tak nyaman.

"Ji jika tidak ada lagi yang mau Bapak sampaikan sama saya, saya pamit kalau begitu. Hari sudah mulai larut. Dimas pasti sudah menunggu saya pulang ke rumah," ucap Dita lagi seraya beranjak dari duduknya.

Bagas tidak mengatakan satu kata pun padanya. Dan itu membuat Dita kesal. Dita berjalan cepat keluar dari ruang kerja bosnya. Hari itu kantor sudah sepi. Hanya ada dua orang satpam yang tengah berkeliling memeriksa kondisi kantor.

"Eh Bu Dita masih di kantor toh. Saya kira sudah pulang, Bu." Pak Marno satpam yang paling sepuh menyapa Dita saat akan masuk ke dalam lift.

"Iya Pak. Tadi masih ada kerjaan di kantornya Bos. Ini sudah mau pulang."

"Jadi, si Bos masih diruangannya, Bu?"

"Masih Pak. Mungkin sekarang sudah pulang juga pakai lift pribadi."

Pak Marno dan temannya hanya beroh ria. "Ya sudah Pak saya pamit pulang. Hati-hati jaganya ya Pak."

Dita sempat melambaikan tangan kearah bapak bapak satpam yang bertugas sebelum pintu lift tertutup kembali. Dita menghela nafas panjang. Beruntunglah ia sendirian di dalam lift hingga tidak ada yang tahu kalau dirinya menangis.

Tangannya mengusap perutnya yang masih rata. "Maaf ya nak cuma itu yang mampu ibu lakukan sekarang. Ibu ngga bisa minta Papa mu bertanggung jawab. Setidaknya Papa mu tahu kehadiran mu di rahim Ibu. It's oke baby. Tanpa Papa, Ibu dan Kak Dimas akan membuat mu bahagia," ucap Dita dengan suara serak dan bergetar.

Setibanya di lantai dasar, Dita menghapus air matanya terlebih dahulu sebelum keluar dari lift. Dita mampir sejenak ke toilet yang berada disana untuk membasuh wajahnya. Barulah ia keluar kantor megah yang sudah menjadi tempatnya mencari rejeki selama 2 tahun terakhir ini.

***

"Apa katanya?! Tidak minta tanggung jawab?! Semudah itu dia mengatakan hal sepenting ini padaku," ucap Bagas geram.

I'M PREGNANT BABY BOSS (VERY SLOWLY UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang